Hig Refarat Yoan
Hig Refarat Yoan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh :
Pembimbing :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan referat, dengan judul “Hiperemesis Gravidarum” Sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti kegiatan di Kepaniteraan Klinik Senior SMF Kandungan RSUD Kabanjahe.
Pada kesempatan ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing yaitu dr. Raymond Ginting, Sp.OG atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti di Kepaniteraan Klinik Senior SMF Kandungan RSUD Kabanjahe serta dalam
penyusunan referat ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam referat ini, baik dari segi isi
maupun penyajiannya untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka menyempurnakan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat semua, amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................ 1
Pendahuluan .................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 3
2.7 Risiko.......................................................................................................................... 7
BAB III............................................................................................................................. 13
Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah, pening, perut kembung, dan badan terasa lemah dapat
terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12
minggu dan dapat dijumpai sampai usia sekitar 16 minggu. Keluhan mual muntah
sering terjadi pada waktu pagi sehingga dikenal juga dengan “morning sickness”.
Juga terdapat keluhan ptialisme, hipersalivasi yaitu banyak meludah. Epulis
gravidarum, infeksi gingivitis dapat menyebabkan perdarahan gusi. 1,2
Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul pada saat kehamilan atau oleh
kelainan yang sebelumnya sudah ada dan akan bertambah berat sewaktu hamil.
Memahami adanya keluhan atau kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat
memberikan perawatan sebaik-baiknya. Perubahan-perubahan fisiologik atau
patologik umunya tidak berbahaya dan dapat ditangani dengan mudah melalui
penjelasan pada pasien serta pemberian obat-obat relatif ringan. 1
1
kolestasis kehamilan, inflammatory bowel disease, dan acute fatty liver (AFL) yang
ditandai liver function test meningkat (SGOT>SGPT), PT>PTT, bilirubin sedikit
meninggi, AT III menurun banyak, amonia sedikit meninggi, dan hiperglikemia.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama
keluar makanan, lendir dan cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin
sedikit tetapi masih normal.1
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit,
tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
3
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
1
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi
adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria dalam urin. 1
2.4 Etiopatogenesis
Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan erat
dengan etiologi dan pathogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti
mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon
selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen,
yang dapat merangsang mual dan muntah.
Perempuan dengan kehamilan ganda atau molahidatidosa yang diketahui
memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami
keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan
4
mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi
otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH)
pada awal kehamilan juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun
mekanismenya belum jelas. Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan
hormonal yang lebih drastis dibandingkan kehamilan biasa. 2
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan. Ditemukan peninggian yang bermakna dari kadar serum
korionik gonadotropin total maupun β-subunit bebasnya pada ibu dengan
hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.2
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
ini merupakan faktor organik. 2
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik. 2
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.2
5. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain. Gejala mual-
muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada
penderita diabetes melitus (gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan
oleh gangguan motilitas usus pada penderita. 2
6. Helicobacter pilory juga merupakan faktor risiko terhadap hiperemis
gravidarum.6
7. Peningkatan daya penciuman dan daya perasa pada penderita hiperemis
gravidarum.7
5
2.5 Diagnosis
Muntah hebat
Haus, mulut kering
Dehidrasi
Foetor ex ore (mulut berbau)
Berat badan turun
Keadaan umum menurun
Suhu bertambah
Ikterus
Gangguan serebral (kesadaran menurun, delirium)
Laboratorium: hipokalemia, asidosis. Dalam urine ditemukan protein,
aseton, urobilinogen, pertambahan porfirin, dan silinder positif. 3
6
Gejala penyakit biasanya dimulai setelah kehamilan memasuki minggu 5 –
6 minggu dan berangsur-angsur membaik sendiri sekitar minggu ke 12. 3
Pada bentuk ringan, pasien hanya mual atau muntah pada pagi hari saja,
sementara pada siang hari pasien sudah membaik. Oleh karena sebab itu,
penyakit ini disebut juga morning sickness. Keadaan ini tidak mempengaruhi
keadaan umum penderita.3
2.7 Risiko
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia,
palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk
hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR). 2
2.8 Tatalaksana
7
o Antasida: asidrin 3 x 1 tablet/hari/oral atau milanta 3 x 1
tablet/hari/oral atau magnam 3 x 1 tablet/hari/oral
Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
• Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari. 1
• Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. 1
• Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium. 1
Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose
tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk
mengoreksi hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara
intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau
150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga
harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk
mengetahui terjadinya ketonuria. 1
8
Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine
antagonis (metoklopramid, domperidon) fenotiazin (klorpromazin,
proklorperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor
antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan
respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor
antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). 1
2.9 Komplikasi
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang
berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat
mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh
kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah
terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100
kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran.1
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda
dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. Selain
dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi
keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia.
Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan
atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan
habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan
dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi
penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga
menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada
napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum
dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. 4
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila
muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan
9
perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi
darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil
untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.4
2.10 Pencegahan
10
hipertiroidisme dan infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil
biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi
sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus
peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan makanan atau antacid
dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus
peptikum. 4
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya
ruam. ikterus, warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar
enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan
fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan perubahan
kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 4
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan
gambaran klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami
demam dan nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri
lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus
yang semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda
yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda
Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah). Meskipun
jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu,
perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan
TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit
Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis
penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4
meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi,
saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala
hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah. Sebuah studi lain yang
menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. 7
11
2.12 Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Literatur
lain menyebutkan, prognosis hiperemesi gravidarum umumnya baik, namun dapat
menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi
dengan tepat dan cepat.5
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
14