Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aris Riyanto

NIM : 1608020112
Kelas B

MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI APOTEK

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga
sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasiaan.

Dalam kehidupan nyata sering kita temui di apotek hanya sekedar sarana jual beli obat,
dimana para pelanggan membeli obat yang dituju, kemudian membayar, dan urusan pun selesai,
padahal terkadang pelanggan bingung bagaimana penggunaan obat tersebut. Disinilah
permasalahan sebagai seorang apoteker tidak melakukan pelayanan sebagaimana mestinya
sebagai profesi tenaga kesehatan. Serta menejemen apotek dalam memberikan harga melebihi
harga eceran tertinggi (HET) teruma obat-obatan generik hal ini tentu melanggar syariat dalam
islam.

Dengan masalah tersebut saya ingin mendirikan bisnis sebuah apotek yang menanamkan
nilai-nilai islami dan melakukan pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan dimana seorang
apoteker harus memberikan konseling dan mempunyai solusi atas masalah yang dibawa pelanggan.
Serta taat tehadap peraturan yang ada sebagaimana yang termuat dalam peraturan pemerintah.

Untuk membangun sebuah apotek yang memiliki nilai-nilai islami maka sebagai seorang
apoteker harus memiliki etos kerja islam yang dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang
diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya
mempunyai nilai ibadah. Oleh sebab itu seorang apoteker harus mengetahui tugas dan fungsi di
apotek agar dapat terwujud tujuan didirikan sebuah apotek yang bukan hanya mengutamakan
keuntungan belaka tetapi ada nilai ibadah. Seorang apoteker tidak akan berhasil melakukan
konseling jika dia tidak menguasai farmakoterapi dan farmakologi dengan baik. Apalagi, interaksi
obat, efek samping, dan masih banyak cabang ilmu farmasi lainnya. Oleh karena itu apoteker harus
memiliki sifat yang selalu merasa kurang dengan ilmu yang dimiliki dan senantiasa belajar dan
meningkatkan kapasitas diri. Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim,
makanya seorang apoteker akan terus belajar dan terus melakukan perbaikan. Disisi lain Allah SWT
akan mengangkat orang beriman dan berilmu.
Dalam Al Qur’an, semangat kewirausahaan ada dalam QS. Hud: 61, QS. Al-Mulk: 15, dan
QS. Al Jumuah: 10, QS. Al-Anbiya: 125, QS. Ar-Ra’du:11 dimana manusia diperintahkan untuk
memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta diperintahkan berusaha untuk
mencari rizki. Dalam hal manajemen apotek saya akan belajar mengenai hukum jual beli karena
Allah SWT menghalalkan jual beli tetapi mengharamkan riba. Oleh sebab itu dalam menjalankan
bisnis jual beli dalam apotek harus berhati-hati dengan masalah riba. Dalam penentuan harga
seharusnya dijual dengan harga yang wajar yang tidak menzalimi dan menjerumuskan pembeli.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamu dengan jalan
yang bathil (tidak benar, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang
kepadamu”

Jadi apabila menjual obat melebihi HET. Ditinjau dari segi suka sama suka, jual beli beli obat
telah memenuhi sahnya jual beli menurut syari'at Islam. Akan tetapi harga yang telah ditetapkan
oleh pihak pengusaha/pedagang telah menzalimi pihak pembeli, yaitu dengan mengambil
keuntungan di atas normal. Jelas harga yang ditetapkan sifatnya memaksa terhadap para pembeli.
Mereka telah menetapkan harga yang tidak wajar dengan mengambil tingkat keuntungan yang tidak
wajar (di atas normal). Dalam bertransaksi secara syari’ah, ada beberapa prinsip yang harus
dipegang, yakni: saling ridha (‘An Taradhin), bebas manupulasi (Ghoror), aman/tidak
membahayakan (Mudharat), tidak spekulasi (Maysir), tidak ada monopoli dan menimbun (ihtikar),
bebas riba, dan halalan thayyiban.

Apotek merupakan tempat pelayanan farmasi yang merupakan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien atau
masyarakat. Atas dasar tersebut maka sebagaian keutungan apotek akan dialokasikan atau
disisikan khusus untuk pasien yang kurang mampu dan mencarikan solusi agar kesehatan tetap
terjamin. Dari dana tersebut dapat digunakan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
melakukan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat dan pengobatan gratis bagi
masyarakat kurang mampu dengan membagikan kupon pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai