DCD adalah gangguan perkembangan motorik, motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat
berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya.
Ciri-Ciri :
1. Anak yang sulit mengendari sepeda, mengancingkan baju atau menggunakan gunting.
2. Anak lebih sulit mengatur keseimbangan setelah melakukan gerakan dan keseimbangan saat berdiri.
3. Kemampuan olahraga anak juga kurang
4. Anak juga mengalami gangguan konsentrasi atau masalah keterlambatan bicara pada anak
5. Anak dengan fungsi koordinasi yang buruk akan berdampak pada kemampuannya melakukan
aktivitas fisik dan dalam waktu lama bisa memengaruhi berat badannya.
Terapi :
Penanganan anak dengan DCD membutuhkan latihan-latihan khusus.
1. ketidakmampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang lain
yang mencoba berkomunikasi dengannya, bermain sendiri, dan tidak mau berkumpul dengan orang
lain.
2. memiliki kelebihan atau keahlian tertentu, seperti pintar menggambar, berhitung atau matematika,
musik, dan lain-lain
Terapi:
Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan
membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hanya saja, untuk anak yang tergolong
“pemberontak” atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tidak memaksa meski
tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan”. Misalnya, “Ma, yuk, kita lali-lali!”,
segera timpali, “Oh, maksud Adik, lari-lari”. Sedangkan yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf
tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. “Pengucapan”
semacam ini akan sulit ditangkap oleh orang lain.
Terapi:
Jika seorang anak didiagnosis dengan gangguan bipolar pada saat berusia 2-5 tahun, maka sekitar 50
persennya menerima obat antipsikotik obat untuk menstabilkan suasana hati, stimulan dan obat anti depresi.
CHILD ABUSE
Abuse didefinisikan sebagai tindakan mencederai oleh seseorang terhadap orang lain. child abuse dapat
menimbulkan akibat yang panjang, seorang anak yang pernah mengalami kekerasan, dapat menjadi orang
tua yang memperlakukan anaknya dengan cara yang sama.
Ciri:
a. Mengalami gangguan belajar
b. Retardansi mental
c. Gangguan perkembangan termasuk perkembangan bahasa, bicara, motorik halusnya
Macam Child Abuse:
1. Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau
mengisolasi anak.
Indikator fisik:kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan
Indikator perilaku:kelainan kebiasaan (menghisap, menggigit, atau memukul-mukul)
2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan kaarena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan
cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga
mencederai anak.
Indikator fisik: memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran.
Indikator perilaku: waspada saat bertemu orang dewasa, berperilaku ekstreem seperti agresif atau
menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang kerumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak seperti tidak memberikan rumah
yang aman, makanan, pakaian, pengobatan atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang
tidak dapat merawatnya.
Indikator fisik: kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah
kesehatan yang tidak ditangani
Indikator kebiasaan: meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah
kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yan kurang memadai.
4. Sexual Abuse
Termasuk mengguanaka anak unttuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau
aktivitas sexual lainnya kepada anak.
Indikator fisik: kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah dibaju dalam, nyeri atau gatal
diarea genital, memar atau perdarahan diarea genital, berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan: pengetahuan tentan sexual atau sentuhan sexual yang tidak sesuai dengan usia,
perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan
fisik, berperilaku premisif/menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku
regresif(misal:ngompol)
Terapi:
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan dirumah
tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikankesehatan tentang child abuse
dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.
SINDROM DOWN
Suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil
memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom.
Ciri:
a. Adanya keterbelakanan perkembangan fisik dan mental pada anak
b. Bentuk kepala yang relatif kecil dari nornal (microchepaly) denan bagian anteroposterior kepala mendatar
c. Pada wajah biasanya tampak sela hidun yang datar
d. Mulut yang mengecil dan lidah keluar (macroglosida)
e. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanichal folds)
f. Tangan yang pendek termasuk ruas jarinya
g. Lapisan kulit tampak keriput (dermatoglyphics)
Terapi:
1. Penanganan secara medis
a. Pendengarannya: sekitar 70-80% anak sindrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes
pendengaran oleh THT sejak dini
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan: perlu evaluasi sejak dini
d. Nutrisi: akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/ prasekolah
e. Kelainan tulang: dislokasi patela, subluksasio pangkal paha/ ketidakstabilan atlantoaksikal. Bila keadaan
terakhar ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti
tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi
neurologis
2. Pendidikan
a. Intervensi dini
b. Taman bermain
c. Pendidikan khusus (SLB-C)
d. Penyuluhan pada orang tua