Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainya. Etika adalah pengetahuan tentang asa-asas mengenai
akhlak atau moral. Untuk menjaga kelangsungan hidup manusia yang
berhubungan dengan pemukimandan kehidupan sosial ekonomi budayanya,
digunakan etika yang menggunakan penalaran ekologi yaitu etika lingkungan.
Etika menyangkut perilaku seseorang dalam hal moral seperti susila, jujur,
curang, bohong, sopan, santun, jorok, dan sebagainya. Jadi bila di suatu
lingkungan yang penghuninya menjunjung tinggi etika, akan terbentuk suatu
kehidupan bermasyarakat yang sehat, nyaman dan menyenangkan. Nilai atau
martabat seseorang ditentukan oleh etika yang dimilikinya. Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering melihat dan mengalami terjadi pelanggaran terhadap etika
lingkungan.
Kondisi lingkungan dapat berubah oleh campur tangan manusia dan faktor
alam sehingga diperlukan keseimbangan lingkungan. Keseimbangan lingkungan
dapat terganggu apabila terjadi perubahan berupa pengurangan fungsi atau
hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai
dalam ekosistem. Salah satu penyebabnya adalah polusi atau pencemaran
lingkungan di samping factor-faktor lain. Maka dari itu perlu adanya etika
lingkungan.

B. RUMUSAH MASALAH
1. Apakah pengertian etika lingkungan?
2. Apa saja jenis-jenis etika lingkungan?
3. Apa saja teori yang melandasi etika lingkungan?
4. Apa saja prinsip-prinsip etika lingkungan?
5. Bagaimana gambaran urgensi etika lingkungan?
6. Apa saja dasar etika lingkungan dalam mewujudkan kesadaran masyarakat?
7. Apa saja upaya pelestarian lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian etika lingkungan
2. Menjelaskan jenis-jenis etika lingkungan.

1
3. Menjelasskan teori yang melandasi etika lingkungan.
4. Menjelaskan prinsip-prinsip etika lingkungan.
5. Menjelaskan gambaran urgensi etika lingkungan.
6. Mengetahui dasar etika lingkungan dalam mewujudkan kesadaran masyarakat
7. Upaya pelestarian lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA LINGKUNGAN


Etika lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika
berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Ada tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi,
dan etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau
buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika
Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu
tindakan. Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan
karakter moral pada diri setiap orang.
Etika menurut Keraf (2002) adalah refleksi kritis tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret, situasi khusus tertentu.
Etika adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis
persoalan benar dan salah secara moral, dan bagaimana harus bertindak dalam
situasi konkret. Sedangkan lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk

2
di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad hidup lainnya.
Jadi dapat disimpulkan etika lingkungan adalah sebuah disiplin filsafat
yang berbicara mengenai hubungan moral antara manusia dengan lingkungan atau
alam semesta, dan bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap
lingkungan, jadi yang menjadi fokus perhatian etika lingkungan menurut
pengertian ini, bagaimana manusia harus bertindak, bagaimana perilaku manusia
yang seharusnya terhadap lingkungan hidup (Keraf, 2002).
Etika lingkungan dipahami sebagai refleksi kritis tentang apa yang harus
dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan
isu lingkungan hidup. Termasuk apa yang harus diputuskan manusia dalam
membuat pilihan moral dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak
pada lingkungan hidup, juga apa yang harus diputuskan pemerintah dalam
kebijakan ekonomi dan politiknya yang berdampak pada lingkungan hidup (Keraf,
2002: 27). Maksudnya adalah bahwa etika lingkungan tidak hanya berbicara
mengenai perilaku manusia terhadap alam. Etika lingkungan juga berbicara
mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan
makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya
kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak
langsung terhadap alam.

2.2 Jenis-jenis Etika Lingkungan


Yunita (2015) menyatakan etika lingkungan disebut juga sebagai etika
ekologi. Untuk penyebutan etika ekologi dikelompokkan menjadi dua, yakni etika
ekologi dangkal dan etika ekologi dalam.
1. Etika Ekologi Dangkal
Etika ekologi dangkal ialah pendekatan terhadap lingkungan yang
menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang
bersifat antroposentris. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan
bahwa alam hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2. Etika Ekologi Dalam

3
Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat
pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling
menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama.
Selain kedua jenis tersebut, etika lingkungan dipilah kembali menjadi dua,
yaitu etika pemeliharaan, yakni etika yang dimaksudkan untuk mendukung usaha
pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua makhluk. Yang kedua adalalah etika
pelestarian. Etika pelestraian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia (Yunita,2015).

2.3 Teori Etika Lingkungan


Menurut A.Sony Keraf (2010) terdapat lima teori etika lingkungan yaitu:
1. Antroposentrisme
Teori lingkungan ini memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam
semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya, yaitu : nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi
manusia dan etika hanya berlaku bagi manusia.Antroposentrisme selain bersifat
antroposentris, juga sangat instrumentalistik. Artinya pola hubungan manusia dan
alam di lihat hanya dalam relasi instrumental.Alam ini sebagai alat bagi
kepentingan manusia, sehingga apabila alam atau komponennya dinilai tidak
berguna bagi manusia maka alam akan diabaikan (bersifat egois).Karena bersifat
instrumentalik dan egois maka teori ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan
yang dangkal dan sempit (Shallow environmental ethics). Teori ini dianggap
sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang
terjadi. Teori ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam
semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak peduli
terhadap alam.
2. Biosentrisme
Teori lingkungan ini memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia yang
mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari
kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen antroposentrisme, karena

4
yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela oleh teori ini adalah kehidupan,
secara moral berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka bumi ini
mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan
diselamatkan.Konsekuensinya alam semesta adalah sebuah komunitas moral baik
pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya. Manusia maupun bukan
manusia sama-sama memiliki nilai moral, dan kehidupan makhluk hidup apapun
pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral,
bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia.
3. Ekosentrisme
Teori ini secara ekologis memandang makhluk hidup (biotik) dan makhluk
tak hidup (abiotik) lainnya saling terkait satu sama lainnya. Etika diperluas untuk
mencakup komunitas ekologis seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak.
Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup.
Deep Ecology (DE) menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia,
tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitannya dengan upaya
mengatasi persoalan lingkungan hidup.
4. Zoosentrisme
Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan
hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang.
Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang
mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang
dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa
senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The
Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita
mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas
kasih.
5. Hak Asasi Alam
Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan
berkembang.Makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak,
meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan kewajiban. Mereka ada
dan tercipta untuk kelestarian alam ini. Maka mereka juga mempunyai hak untuk

5
hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip nilai intrinsik yang menyatakan
bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi bernilai. Dengan demikian,
pembabatan hutan secara tidak proporsional dan penggunaan binatang sebagai
obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.

2.4 PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN


Adapun prinsip-prinsip etika lingkungan dapat diinventarisasi dalam
Suprayogo dan Utomo (2010) sebagai berikut.
1. Prinsip Sikap Hormat Terhadap Alam (Respect For Nature)
Manusia mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup
untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan
tujuan penciptanya. Untuk itu manusia perlu merawat, menjaga, melindungi, dan
melestarikan alam beserta seluruh isinya serta tidak diperbolehkan merusak alam
tanpa alasan yang dapat dibenarkan secara moral.
(QS: Al-Anbiyaa Ayat: 107) Allah SWT berfirman:

‫مومماَ أملرمسللمناَ م‬
‫ك إإلل مرلحممةة لإللمعاَلمإميِمن‬
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature)


Sejatinya alam adalah milik kita bersama. Jika alam dihargai sebagai
bernilai pada dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan
sendirinya pada diri manusia. Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas
adalah tanggung jawab moral terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai
khalifah (penanggung jawab) di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah
bagian integral dari alam. Sesuai dengan firman Allah dalam surah al Baqarah : 30
(QS: Al Baqarah Ayat: 30)

‫ض مخلسفيفمسسةة مقساَلدفواْ أمتمفجمعسسدل فسفيمهساَ ممسسنَ يدففسسسسدد‬


‫ك لسفلمملمئسمكسة إسننفيِ مجاَسعلِل سفيِ اْفلمفر س‬
‫مو إسفذ مقاَمل مربَب م‬
‫ك مقاَمل إسننفيِ أمفعلمدم مماَ لم تمفعلمدمفومن‬
‫س لم م‬
‫ك مو ندقمند د‬
‫ك اْلندمماَمء مو نمفحدنَ ندمسبندح بسمحفمسد م‬
‫فسفيمهاَ مويمفسفس د‬
Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata
mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di
dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji

6
Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

3. Prinsip Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)


Solidaritas kosmis pada hakekatnya adalah sikap solidaritas manusia
dengan alam. Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia
dalam batas-batas keseimbangan kosmis, serta mendorong manusia untuk
mengambil kebijakan yang pro alam dan tidak setuju terhadap tindakan yang
merusak alam.

4. Prinsip Kasih Sayang Dan Kepedulian Terhadap Alam (Caring For


Nature)
Prinsip ini merupakan prinsip moral satu arah yang artinya tanpa
mengharap balasan serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi
melainkan untuk kepentingan alam.
5. Prinsip Tidak Merugikan (No Harm)
Prinsip ini merupakan prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu.
Bentuk minimal berupa tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau
mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta.
6. Prinsip Hidup Sederhana Dan Selaras Dengan Alam
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan
kekayaan, sarana,standard material. Bukan rakus dan tamak mengumpulkan harta
dan memiliki sebanyak-banyaknya,mengeksploitasi alam, tetapi yang lebih
penting adalah mutu kehidupan yang baik. Prinsip moral hidup sederhana harus
dapat diterim oleh semua pihak sebagai prinsip pola hidup yang baru agar kita
dapat berhasil menyelamatkan lingkungan hidup.
7. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan sangat berbeda dengan prinsip-prinsip sebelumnya,
Prinsip keadilan lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku adil
terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta juga tentang sistem
social yang harus diatur agar berdampak positif bagi kelestarian lingkungan
hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang dan akses yang sama
bagi semua anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumbar daya alam, dan dalam ikut menikmati pemanfaatannya.

7
8. Prinsip Demokrasi
Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan,
keanekaragaman, dan pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang peduli dengan
lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang demokratis
sangat mungkin bahwa dia seorang pemperhati lingkungan. Pemperhati
lingkungan dapat berupa multikulturalisme, diverivikasi pola tanam, diversivikasi
pola makan, dan sebagainya.

9. Prinsip Integrasi Moral


Prinsip ini terutama ditujukan untuk pejabat, misalnya orang yang diberi
kepercayaan untuk melakukan analissi mengenai dampak lingkungan merupakan
orang-orang yang memiliki dedikasi moral yang tinggi karena diharapkan dapat
menggunakan akses kepercayaan yang diberikan dalam melaksanakan tugasnya
dan tidak merugikan ingkungan hidup fisik dan non fisik atau manusia.
Prinsip-prinsip etika lingkungan perlu diupayakan dan
diimplementasikan dalam kehidupan manusia karena krisis, persoalan ekologi
dan bencana alam yang terjadi pada dasamya diakibatkan oleh pemahaman
yang salah. Yaitu bahwa alam adalah objek yang boleh diberlakukan dan
dieksploitasi sekehendak kita.Pola pembangunan yang berlangsung saat ini perlu
diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-
mata hanya pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu memberikan
bobot yang setara pada aspek-aspek sosial, budaya dan lingkungan. Kerusakan
yang terjadi pada masa sekarang, tidak hanya dirasakan oleh kita sekarang
ini, namun juga akan dirasakan pula oleh generasi yang akan datang.
Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan membumi yang
selalu selaras dengan keseimbangan alam. Pembangunan membumi dapat
dikatakan identik dengan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.Dari beberapa pembahasan di atas, bahwa kita di tuntut untuk menjaga
lingkungan. Dalam menjaga lingkungan, manusia harus memiliki ”etika”. Etika
lingkungan ini adalah sikap kita dalam menjaga kelestarian alam ini agar alam ini
tidak rusak, baik ekosistem maupun habitatnya. Perlu kita sadari bahwa kita ini

8
juga nagian dari alam ini. Maka kita harus menjaga lingkungan ini dengan baik
dengan norma-norma etika lingkungan (Selamat riyadi, 1981).

2.5 URGENSI ETIKA LINGKUNGAN


Menurut (Sutomo, 2009), Fakta menunjukan bahwa permasalahan
lingkungan hidup merupakan masalah seluruh umat manusia yang fenomenal saat
ini. Materi perusak lingkungan yang diproduksi di suatu daerah belum tertentu
merusak lingkungan daerah tersebut. tetapi bisa jadi masalah merusak lingkungan
daerah lain. Rusaknya lingkungan di suatu daerah memiliki potensi mengangu di
daerah lain atau dikurun waktu mendatang. Demikian keunikan fenomena
lingkungan, sehingga sering diserukan”kejadian lokal, tetapi penangan lokal”.
Dari beberapa kajian lingkungan hidup, terungkap bahwa kecenderungan
kerusakan di bumi dan atmosfer ini ternyata sudah begitu menghawatirkan.
Menurut Sutomo (2009) Sebagai gambaran, kerusakan kerusakan tersebut
antara lain dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Perubahan Lahan Menjadi Gurun Pasir
Perubahan lahan menjadi gurun pasir dapat terjadi akibat kelembapan
tanah yang menurun drastis. Penurunan tersebut sebagai gambaran dalam kurun
waktu 30 tahun terakhir terakhir ini di daratan Qinghai Tibet Cina yang
merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai atap dunia mengalami
kenaikan suhu sebesar 0,2C. Meskipun kenaikan tersebut tidaklah besar, akan
tetapi efek yang ditimbulkan sungguh luar biasa. Berdasarkan laporan yang ada,
samapai pada tahun 2007 banyak terjadi pemebntukan gurun masir di daerah
tersebut yang keberadaanya semakin meluas. Hal yang sama juga dilaporkan
terjadi pada daerah pingiran gurun sahara di afrika utara. Meskipun tidak
diketahui secara pasti beberapa perluasan yang terjadi, tetapi terjadinya perubahan
suhu gelobal diyakini oleh para ilmuan telah memperluas gurun terluas di dunia
tersebut. Terbentuknya gurun pasir juga dicontohkan dengan terjadinya gurun
pasir di lembah sungai Euprahate dan sungai tinggris.
2. Fenomena Kerusakan Hutan yang Terus Meningkat
Fenomena kerusakan hutan telah banyak dilaporkan sebagai negara di
dunia, yang kecenderungannya sebagian meningkat. Indonesia sampai tahun 2009

9
laju kerusakan hutan indonesia diberikan mencapai 1,08 juta ha per tahun.
Sekalipun demikian, laju kerusakan hutan yang dilaporkan pda tahun tersebut
sudah mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya yang
mencapai 3,8 juta per tahun. Sampai pada tahun 2005, kerusakan hutan
diindonesia telah mencapai 50% dari total luas hutan indonesi yang mencapai
120,34 juta ha. Secara rinci kerusakan hutan meliputi kerusakan pada hutan
produksi sebesar 44,42 juta ha. Hutan lindung sebesar10,52ha, dan hutan
konservasi sebesar 4,69 juta ha.

3. Pemanasan Global
Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini, suhu global rata rata pada
permukaan bumi telah meningkat 0,74 -0,18C. Lembaga internasional yang
bernama Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa sejak pertengahan abad 20, sebagian besar peningkatan suhu global rata-
rata kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya konsenterasi gas gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia.terdapat beberpa hal yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global yaitu 1) efek rumah kaca, 2) efek umpan balik, 3) variasi
matahari dan 4) dampak perternakan.
4. Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ozon merupakan suatu lapisan gas di atmosfer pada ketingian 19-
48 km di atas permukaan bumi,yang mengandung molekul ozon. Ozon
didefinisikan sebagai senyawa gas yang molekulnya terdiri atas 3 atom oksigen
(O3). Di alam, ozon dapat terbentuk pada kadar rendah dalam udara akibat arus
listrik, seperti kilat pada petir atau oleh tenaga tinggi seperti radiasi
elektromagnetik. Disamping itu ozon juga dapat dihasilkan apabila O2 menyerap
sinar ultravuiolet (UV) pada jarak gelombang 242 nm(nanometer) dan disingirkan
dengan fotosintesi dari sinar bagi jarak gelombang yang besar 290 nm. Peristiwa
ini telah terjadi berjuta juta tahun yang lalu dengan campuran molekul molekul
nitrogen yang muncul di atmosfer berhasil menjaga konsentrasi ozon relatif di
lapisan ini konsentrasi ozon stabil mncapai 10ppm. Memang ozon adalah gas
beracun yang sangat berbahaya karena apabila berada dekat permukaan tanah
akan terhirup dan dapat merusakparu paru. Sebaliknya lapisan ozon di atmosfer

10
dapat berfungsi untuk melindungi kehidupan di bumi, karena sifatnya yang
menyerap radiasi sinar UV.
5. Produk Limbah Di Luar Jangkauan Pembersihan
Bentuk kerusakan lingkungan yang lain akibat dari ulah manusia adalah
pembuangan limbah yang berupa bahan bahan kimia beracun ke dalam perairan
maupun tanah. Industri pertambangan sering membuang limbahnya yang dikenal
“taling” langsung ke perairan laut atau sungai. Limbah taling mengandung
berbagai material racun yang berasal dari reaksi oksidasi batuan dan bahan kimia
yang digunakan dalam proses pemisahan logam. Karena kandungan material yang
beracun tersebut, maka cara yang ideal untuk membuang limbah tailing adalah
dengan mencampurkan semen yang dilakukan pengepresan sehingga terbentuk
balok balok beton untuk dibuang dalam palung laut yang dalam.

2.6 Dasar Etika Lingkungan dalam Mewujudkan Kesadaran Manusia


Tingkat kesadaran lingkungan mengidentifikasi bahwa awalnya
pemikiran etika lingkungan itu muncul karena adanya krisis lingkungan yang
sebab utamanya adalah gaya hidup manusia dan perkembangan peradabannya.
Pola hidup konsumtif, tanpa memperhitungkan bagaimana ketersediaan atau daya
dukung lingkungan serta didukung pengangkatan-pengangkatan teknologi
membuahkan perilaku eksploitasi. Namun, sering berjalannya waktu, manusia
mulai menghadapi masalah persaingan mendapatkan sumber daya alam yang
ironisnya justru semakin berkurang dan tingkat daya dukungnya pun mulai
menurun. Masalah ini lah yang memaksa manusia untuk melihat kembali
bagaimana kedudukan, fungsi dan interaksinya dengan alam semesta yang
melahirkan gagasan kesadaran dan etika lingkungan (Mohammad soerjani, 1983)
Menurut Mohammad Soerjani (1983), dasar-dasar pemikiran atau
pendekatan etika lingkungan, yaitu:
1. Dasar Pendekatan Ekologis
Mengenalkan suatu pemahaman adanya keterkaitan yang luas atas
kehidupan yang luas atas kehidupan dimana tindakan manusia pada masa lalu,
sekarang dan yang akan datang yang akan memberi dampak yang tak dapat
diperkirakan. Kita tidak bisa melakukan hanya satu hal atas alam, kita tidak juga
bisa sepenuhnya memahami bagaimana alam bekerja, pun kita tidak akan pernah

11
bisa mengelak bahwa apa yang kita lakukan pasti memberi dampak pada
organisme lain, sekarang atau akan datang.
2. Dasar Pendekatan Humanisme
Setara dengan pendekatan ekologis, dasar pendekatan ini menekankan
pada pentingnya tanggung jawab kita untuk hak dan kesejahteraan manusia lain
atas sumber daya alam.
3. Dasar Pendekatan Teologis
Merupakan dasar dari kedua pendekatan sebelumnya, bersumber pada
agama yang nilai-nilai luhur dan mula ajarannya menunjukkan bagaiman alam
sebenarnya diciptakan dan bagaimana kedudukan dan fungsi manusia serta
interaksi yang selayaknya terjalin antara alam dan manusia.
Menurut (Otto soemarwoto, 1983), Kesadaran-kesadaran lingkungan
selayaknya ada bagi kepentingan keberlanjutan bumi dan sumber daya alam,
yaitu:
a) Manusia bukanlah sumber utama dari segala nilai. Keberadaan alam dan
segala sumber dayanya bukanlah untuk manusia semata, tetapi untuk seluruh
spesies organisme yang ada didalamnya.
b) Tujuan kehidupan manusia dibumi bukan hanya memproduksidan
mengonsumsi, tetapi sekaligus mengkonservasi dan memperbarui sumber
daya alam.
c) Meningkatkan kualitas hidup menjadi tujuan kehidupan.
d) Hubungan antara manusia dengan alam sebaiknya kesetaraan antara manusia
dan alam, sebuah hubungan dengan organisme hidup dalam kerja sama
ekologik.
e) Memelihara stabilitas ekologik dengan mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman biologis dan budaya.
f) Fungsi utama negara adalah mencanangkan dan pengawasan pemberdayaan
sumber daya alam, melindungi individu dan kelompok masyarakat dari
eksploitasi dan perusakan lingkungan.
g) Manusia hendaknya saling berbagi dan mengasihi, tidak individualis dan
mendominasi.

2.7 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Berkelanjutan


Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin
negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai

12
manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan
hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun
usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang
layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak (Soeriaatmadja, 2003).

Di Indonesia, undang-undang mengenai lingkungan hidup tercantum pada


UUD 1945 bab 9 pasal 24 yang berisi hak, kewajiban, wewenang, dan ketentuan
pidana,yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan dan mencegah serta
meanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.
3. Setiap orang mempunyai hak berperan serta dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup. Peran serta tersebut diatur dengan perundang-undangan
4. Barang siapa dengan sengaja atau karena kealaliannya melakukan perbuatan
yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup diancam pidana penjara atau
denda.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi
rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan
menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan
memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Menurut
Soeriaatmadja (2003), di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
b. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang
hidup.
c. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Menurut Soeriaatmadja (2003), adapun ciri-ciri Pembangunan
Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.

13
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan
tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun
2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.

14

Anda mungkin juga menyukai