Anda di halaman 1dari 28

Tinjauan Pustaka

CARCINOMA MAMMAE

DISUSUN OLEH:
Yogei Hasdiansyah
H1AP13011

PEMBIMBING: dr. Dian Kurnia, Sp. B (K) Onk

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH


SMF BEDAH RSUD. DR. M. YUNUS
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS BENGKULU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Yogei Hasdiansyah


NPM : H1AP13011
Fakultas : Kedokteran
Judul : Carcinoma Mammae
Bagian : Ilmu Penyakit Bedah
Pembimbing : dr. Dian Kurnia, Sp. B (K) Onk

Bengkulu,5 November 2018

Pembimbing

dr. Dian Kurnia, Sp. B (K) Onk

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tinjauan ini. Tinjauan ini disusun
untuk memenuhi salah satu komponen penilaian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Yunus Fakultas Kedokteran Universitas
Bengkulu.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Dian Kurnia, Sp. B (K) Onk sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan referat ini.
2. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan serta memberikan semangat
kepada penulis dalam pennyusunan referat ini.
3. Teman – teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun moral
kepada penulis dalam menyusun referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini,


maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bengkulu,5 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Payudara ........................................................................................................ 6
2.1.1 Anatomi .................................................................................................. 6
2.1.2 Suplai Vaskular ....................................................................................... 8
2.1.3 Aliran limfe ............................................................................................. 8
2.1.4 Persyarafan.............................................................................................. 9
2.1.5 Fisiologi .................................................................................................. 9
2.2. Carcinoma Mammae .................................................................................. 10
2.2.1 Defenisi ................................................................................................. 10
2.2.2 Epidemiologi ......................................................................................... 10
2.2.3 Etiologi.................................................................................................. 10
2.2.4 Manifestasi klinis .................................................................................. 13
2.2.5 Jalur penyebaran ................................................................................... 15
2.2.6 Staging carcinoma mammae ................................................................ 15
2.2.7 Klasifikasi stadium ............................................................................... 16
2.2.8 Diagnosis .............................................................................................. 17
2.2.9 Diagnosis banding................................................................................. 21
2.2.10 Penatalaksanaan .................................................................................. 21
2.2.11 Prognosis ............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Payudara lateral dan ventral 8 ............................................................. 7


Gambar 2. 2 Payudara potongan sagital 8 ............................................................... 7
Gambar 2. 3 Arteri, vena dan pembuluh limfe kelenjar mammae 8 ........................ 9
Gambar 2. 4 Patogenesis Carcinoma Mammae2 ................................................... 13
Gambar 2. 5 Staging Carcinoma Mammae.2 ......................................................... 15
Gambar 2. 6 Klasifikasi Stadium Carcinoma Mammae.2 ..................................... 16
Gambar 2. 7 Gambaran Mamogram Payudara.11 .................................................. 18
Gambar 2. 8 Gambaran USG pada carcinoma mammae.12................................... 20
Gambar 2. 9 Gambaran MRI pada carcinoma mammae.13 ................................... 20

4
BAB I PENDAHULUAN

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang


tidak terkendali. Sel kanker memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang
bersebelahan atau invasi maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh atau
metastasis. Ca mammae merupakan suatu keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.1
Carcinoma mammae adalah kanker yang paling umum dan merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita diseluruh dunia, pada tahun
2008 terdapat sekitar 1,38 juta kasus yang di diagnosis sebagai kanker payudara,
dan angka kematian akan bertambah pada negara dengan penghasilan lebih
rendah.2
Berdasarkan American cancer society angka kejadian carcinoma mammae
pada tahun 2018 di Amerika adalah sekitar 266.120 kasus pada wanita yang
merupakan angka kejadian penyakit kanker terbanyak pada wanita sedangkan
2
pada angka kejadian terhadap laki-laki sebanyak 2.550 kasus. Insiden Ca
mammae di Indonesia menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian
yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki
dengan frekuensi sekitar 1 %. 3
Beberapa faktor resiko diduga berhubungan dengan insiden terjadinya Ca
mammae adalah masa kesuburan yang lama, menarche dini, menopause diusia
tua, tidak mempunyai anak, penggunaan alat kontrasepsis hormonal, obesitas,
alkohol dan penggunaan terapi pengganti hormonal esterogen.4
Rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya di Indonesia dan rasa takut
terhadap penyakit carcinoma mammae, mengakibatkan lebih dari 80% kasus ca
mammae ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan
sulit dilakukan.5

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Payudara
2.1.1 Anatomi
Payudara atau mammae terdiri dari glandula mammaria dan stroma fibrosa
yang terisi oleh jaringan lemak. mammae memiliki hingga 20 kelenjar individual
(lobi), masing-masing lobus memiliki Ductus lactiferi eferen yang terpisah yang
6
bermuara keputing payudara (Papilla mamaria). Dasar papilla mammaria
dikelilingi oleh areola. Pada areola terdapat tonjolan tonjolan halus yang
disebabkan oleh kelenjar areola di bawahnya. Lobus-lobus kelenjar dipisahkan
oleh septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentus suspensorium.7
Mammae biasanya berbentuk kubah walaupun beberapa juga bervariasi
antara konikal pada nulipara dan bentuk pendulous pada multipara. Mammae
terdiri dari 3 unsur yaitu kulit, lemak subkutan, dan jaringan payudara yang terdiri
dari jaringan parenkim dan stromal.7
Dasar mammae terbentang dari costa II sampai VI dan dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media. Sebagian besar kelenjar terletak di dalam
fascia superficialis, sedangkan sebagian kecilnya akan meluas ke atas dan ke
lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal Musculus pectoralis major
dan sampai axilla. Pada bagian belakang payudara terdapat sebuah ruang yang
berisi jaringan ikat jarang, disebut dengan Spatium retromammaria.7

6
Gambar 2. 1 Payudara lateral dan ventral 8
Mammae terletak antara lapisan superfisial dan lapisan profunda dari fasia
superfisialis subkutis. Serabut lapisan superfisial fasia superfisial dan glandula
mamae dihubungkan dengan dengan jaringan serabut pengikat, yang disebut
dengan Ligamentum suspensori Cooper mammae .Dengan adanya invasi
keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi,
menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas.8

Gambar 2. 2 Payudara potongan sagital 8

7
2.1.2 Suplai Vaskular
2.1.2.1 Arteri
Cabang-cabang pembuluh darah mammae yaitu rami perforantes arteri
thoracica interna, arteriae intercostales, arteria thoracica lateralis dan arteria
thoracoacromialis, serta cabang-cabang arteria axillaris.7

2.1.2.2 Vena
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 akan
mengalirkan darah dari kelenjar payudara. Vena-vena ini mengikuti arterinya.7

2.1.3 Aliran limfe


Kuadran lateral mammae akan mengalirkan limfenya ke nodi lymphoidei
axillaris anteriores atau kelompok pectorales. Kuadran medial akan mengalirkan
limfenya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan intercostal dan
masuk ke dalam nodi lymphoidei thoracales interna. Beberapa pembuluh limfe
mengikuti arteriae intercostales posteriores dan mengalirkan limfenya ke posterior
kedalam nodi lymphoidei intercostales posteriores, beberapa pembuluh juga
berhubungan dengan limfe mammae sisi yang lain dan dengan kelenjar didinding
anterior abdomen.7

8
Gambar 2. 3 Arteri, vena dan pembuluh limfe kelenjar mammae 8

2.1.4 Persyarafan
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervus interkostales ke 2-6 dan 3-4
rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi
bedah adalah nervus torakalis lateralis, nervus torakalis medialis, nervus torakalis
longus, dan nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis.7

2.1.5 Fisiologi
Fungsi faal dari kelenjar mammae adalah untuk mensekresi susu, adapun
fungsi lainya adalah sebagai ciri seksual sekunder yang pentig dari wanita,
termasuk organ tanda seks yang penting. Kelenjar mammae merupakan target dari
berbagai hormon. Perkembangan dan sekresi
susu serta fungsi yang lain hanya diperngaruhi sistem endokrin, dan korteks
sereberi secara tak langsung.7
Perubahan histologi dari jaringan payudara juga sangat berhubungan
dengan variasi hormonal pada siklus haid. Pengaruh FSH dan LH pada fase

9
folikular akan menyebabkan sekresi esterogen meningkat, yang akan
menyebabkan terjadinya proliferasi epitel jaringan payudara. Pada fase midluteal,
akan terjadi sekresi dari progesteron yang cukup banyak, yang juga akan
meyebabkan terjadinya proliferasi pada epitel jaringan payudara.6

2.2. Carcinoma Mammae


2.2.1 Defenisi
Carcinoma mammae merupakan suatu keganasan yang terjadi pada
jaringan payudara (mammae) yang dapat berasal dari epitel duktus ataupun dari
epitel lobus payudara. Merupakan salah satu jenis kanker yang terbanyak di
Indonesia.9

2.2.2 Epidemiologi
Carcinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering
ditemukan pada wanita. Menurut data dari Pathological Based Registration,
insiden Ca mammae di Indonesia menempati urutan pertama dengan frekuensi
relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian
yang dijumpai pada wanita. 5
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki namur insidennya lebih
jarang yaitu dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ca
mammae ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan
sulit dilakukan.5

2.2.3 Etiologi
Etiologi ca mammae masih belum jelas, tetapi data menunjukan angka
kejadian berhubungan dengan beberapa faktor berikut:
1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae
Penelitian menunjukan pada wanita dengan saudara primer menderita
carcinoma mammae, maka probabilitas terkena akan meningkat 2-3 kali

10
dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Penelitian juga menunjukan gen utama
yang terkait dengan timbulnya carcinoma mammae adalah BRCA-1 dan BRCA-
2.10

2. Reproduksi
Usia menarche yang cepat, henti haid lanjut dan siklus haid pendek
merupakan faktor resiko tinggi untuk terjadinya carcinoma mammae. Partus
pertama pada usia lebih dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui, juga
diduga akan meningkatkan resiko terjadinya carcinoma mammae.10
Keterlambatan menarke selama dua tahun dikaitkan dengan terjadinya
pengurangan risiko untuk terjadinya carcinoma mammae sebesar 10%. onset
menopause juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Setiap
penundaan tahun di awal menopause memberikan peningkatan 3% dalam risiko
dan setiap penundaan setahun pada onset menopause akan mengkatkan resiko
carcinoma mammae sebesar 17%.10

3. Riwayat penyakit Ca mammae


Jika mempunyai riwayat terkena ca mamma sebelumnya, maka mammae
kontralateral resikonya akan meningkat.10

4. Kelainan kelenjar mammae


Kelainan proliferasi dari kelenjar mammae akan berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya Ca mammae. Hiperplasia atipikal termasuk duktal
dan lobular, biasanya secara tidak sengaja akan ditemukan pada skrining
mamografi, dan juga akan meningkatkan resiko terhadap terjadinya carcinoma
mammae. Wanita dengan atipikal hiperplasia akan memiliki sekitar 4,3 kali lebih
berisiko terkena kanker dibandingkan dengan populasi umum.10

5. Penggunaan obat dimasa lalu


Penggunaan jangka panjang hormon, insidennya akan lebih tinggi.
Laporan penelitian menunjukan obat-obatan seperti reserpin, metildopa, analgesik

11
trisiklik dII, dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi sehingga beresiko
meningkatkan karsinogenik bagi mammae.9

6. Radiasi pengion
Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan
berlebihan akan menyebabkan peningkatan resiko kanker payudara.9

7. Diet dan gizi


Dari hasil penelitian menunjukan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan
dengan peningkatan resiko terjadinya carcinoma mammae. Kebiasaan minum bir
juga berhubungan dengan peningkatan kadar esterogen dalam tubuh, yang akan
berhubungan dengan terjadinya carcinoma mammae. Penelitian lain juga
memnunjukan diet tinggi sellulosa, vitamin A dan protein kedelai dapat
menurunkan insiden carcinoma mammae.9

12
2.2.4 Patogenesis

Gambar 2. 4 Patogenesis Carcinoma Mammae2

2.2.4 Manifestasi klinis


Tanda atau gejala gejala dari carcinoma mammae adalah sebagai berikut:
1. Massa tumor
Pada stadium awal Ca mammae terbanyak bermanifestasi sebagai massa
mammae yang tidak nyeri. Sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi

13
massa kebanyakan dikuadran lateral atas. Umumnya lesi soliter, konsistensi agak
keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (dalam stadium
lanjut terfiksasi kedinding dada). Massa cenderung membesar bertahap.10

2. Perubahan kulit
 Tanda lesung (Dimpling) terjadi ketika sel tumor mengenai ligamen
glandula mammae, ligamen ini mengalami tarikan sehingga kulit setempat
menjadi cekung.
 Perubahan kulit jeruk (peau d’orange) terjadi ketika vasa limfatiksubkutis
tersumbat sel kanker. Hambatan drainase limfe menyebabkan udem pada
kulit danfolikel rambut tenggelam kedalam
 Nodul satelit kulit, ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer terdapat
banyak nodul tersebar.
 Invasi, ketika tumor menginvasi kulit tampak perubahan warna merah atau
merah gelap. Bila tumor bertambah besar lokasi tersebut dapat menjadi
iskemik.10

3. Perubahan papilla mammae


 Retraksi,distorsi papilla mammae, yang umumnya disebabkan akibat
jaringan sel tumor menginvasi jaringan subkutis
 Sekret papillar, umumnya terjadi karena carcinoma papilar dalam duktus
besar atau tumor mengenai duktus besar.
 Perubahan eksematoid, merupakan manifestasi klinis dari kanker
eksematoid.10

4. Pembesaran kelenjar limfe regional


Pembesaran umumnya terjadi pada kelenjar limfe aksilar ipsilateral, dapat
soliter atau multiple, pada awalnya mobile kemudian dapat berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar
limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar.10

14
2.2.5 Jalur penyebaran
1. Invasi lokal
Carcinoma mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar.
Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga dinding
thoraks.10
2. Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering carcinoma mammae adalah kekelenjar limfe aksilar.
semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis
makin tinggi.10
3. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh
darah, selain itu sel kanker juga dapat langsung menginvasi melalu pembuluh
darah melalui vena kava atau sistem vena interkostalis vertebra, sehingga timbul
metastasis hematogen.10

2.2.6 Staging carcinoma mammae

Gambar 2. 5 Staging Carcinoma Mammae.2

15
2.2.7 Klasifikasi stadium

Gambar 2. 6 Klasifikasi Stadium Carcinoma Mammae.2

16
2.2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis data yang dikumpulkan harus mencakup status haid,
perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat
keluarga kanker, penyakit ginekologik, riwayat pemakaian kontrasepsi dan
paparan pengion, serta gaya hidup seperti alkohol dan juga aktivitas sehari-hari.9
Dalam riwayat penyakit sekarang hal utama yang harus diperhatikan
waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan dan hubungan dengan haid.10

2. Pemeriksaan fisik
Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh dan pemeriksaan kelenjar
mammae
a. Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan apakah ada benjolan
tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi,
dan nodul satelit). Perhatikan kedua papilla mammae apakah simetri , ada retraksi,
distorsi, erosi dan kelainan lain.9
b. Palpasi
Umumnya dalam posisi baring, tetapi juga bisa dilakukan dalam posisi
kombinasi duduk dan baring. Waktu pemeriksaan rapatkan keempat jari, gunakan
ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam, palpasi
lembut. Kemudian dengan lembut pijat areola mammae, papilla mammae, lihat
apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus rinci , periksa dan catat lokasi,
ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas, dan nyeri tekan.9
Dalam pemeriksaan tumor, juga diperhatikan apakah melekat kedasarnya,
dengan meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, hal ini bertujuan untuk
mengkontraksikan Musculus pectoralis mayor. Apabila tumor melekat pada kulit
atau dasarnya melekat , mobilitas akan berkurang.9
Pemeriksaan kelenjar limfe regional dilakukan paling baik dalam posisi
duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri topang siku kanan
pasien, dengan ujung jari palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Untuk

17
pemeriksaan fossa aksila kiri, dilakukan dengan tangan sebaliknya. Selanjutnya
pemeriksaan dilanjutkan pada kelenjar supraklavikular.9

3. Pemeriksaan penunjang
a. Mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Indikasi pemeriksaan mamografi adalah wanita dengan usia
>40 tahun, atau wanita dengan resiko tinggi kanker payudara, adanya benjolan
pada payudara, atau adanya pembesaran kelenjar limfe axilla.Kelebihan
mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau terpalpasi
atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul
namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis
diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosis dari mamografi sekitar
80%.10

Gambar 2. 7 Gambaran Mamogram Payudara.11


Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS
yang dikembangkan oleh American College of Radiology.

18
a) Tanda primer berupa:
 Densitas yang meninggi pada tumor
 Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan
 sekitarnya atau batas yangtidak jelas (komet sign).
 Gambaran translusen disekitar tumor
 Gambaran stelata.
 Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
 Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
b) Tanda sekunder :
 Retraksi kulit atau penebalan kuli
 Bertambahnya vaskularisasi
 Perubahan posisi putting
 Kelenjar getah bening aksila (+)
 Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
 Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah kalsifikasi
dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran < 0,5mm dengan jumlah > 5 dan
bentuk stelata.5

b. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tetapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya.10

19
Gambar 2. 8 Gambaran USG pada carcinoma mammae.12

c. MRI
Mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD) abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis carcinoma mammae stadium dini. Akan tetapi pemeriksaan ini cukup
mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis
banding mikrotumor.9

Gambar 2. 9 Gambaran MRI pada carcinoma mammae.13

20
d. Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus
Pemeriksaan menggunakan sitologi aspirasi jarum halus cukup baik,
Sensitivitas pemeriksaan mencapai 90%.9

e. Pemeriksaan biopsi
Pemeriksaan ini dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tetapi umumnya
dengan biopsi eksisi. 9
f. Pemeriksaan biomolekuler

Gambar 2.10 Subtipe intrinsik kanker payudara14


2.2.9 Diagnosis banding
Diagnosis banding dari carcinoma mammae adalah sebagai berikut
1. Fibroadenoma mammae
2. Hiperplasia klasik kelenjar mammae
3. Tumor papiliform intraduktal besar
4. Kista retensi susu
5. Tuberkulosis kelenjar mammae.9

2.2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari carcinoma mammae meluputi tindakan operasi,
kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, targeting therapy, terapi rehabilitasi
medik serta terapi paliatif.9

21
1. Pembedahan
Pembedahan dapat berisfat kuratif maupun bersifat paliatif. Indikasi
dilakukan tindakan pembedahan yaitu tumor stage Tis-3, N0-2, dan M0. Jenis
pembedahan kuratif yang dapat dilakukan adalah Breast conserving treatment
(BCT), mastektomi radikal klasik, mastektome radikal extended, mastektomi
simpel, ataupun lumpektomi.9
a. Mastektomi radikal klasik
Meliputi pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan sebagian besar
kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, dan seluruh kelenjar limfe level I,II dan
III.10

b. Mastektomi radikal dimodifikasi


Operasi dengan mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor apabila
otot-otot tersebut bebas dari tumor, sehingga hanya kelenjar limfe level I, dan II
yang terangkat.10

c. Mastektomi simpel
Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk puting,namun tidak
menyertakan kelenjar limfe aksila dan otot pektoralis. Mastektomi simpel atau
sering disebut total, hanya dilakukan bila dipastikan tidak ada penyebaran ke
kelenjar aksila. Pada tumor kecil, kini lebih sering dilakukan skin sparing
mastectomy yaitu membuang seluruh kelenjar payudara dan hanya membuang
puting dan kompleks areolanya. Biasanya digunakan untuk mastektomi profilaktif
pada kelompok beresiko tinggi dan pada keganasan in situ yang rekuren atau tidak
dapat diterapi dengan BCT.10

d. Breast conserving treatment.9


Bertujuan untuk membuang massa dan jaringan payudara yang mungkin
terkena tumor namun dengan semaksimal mungkin menjaga tampilan kosmetik
payudara. BCT paling sering dilakukan pada tumor stage Tis, T1, dan T2 yang
penampangnya kurang dari 3cm. Kontraindikasi absolute BCT antara lain

22
multisentrisitas, mikrokalsifikasi maligna luas atau diatas 3cm, margin positif luas
pascaeksisi ulang, ada riwayat radiasi payudara, dan pasien memilih mastektomi
karena merasa lebih tuntas. Pada BCT hanya tumor dan jaringan payudara sehat
disekitarnya yang dibuang, oleh karena itu BCT juga sering disebut lumpektomi. 9

e. Bedah paliatif
Bedah paliatif pada carcinoma mammae jarang dilakukan. Walaupun
beberapa penelitian menunjukan terapi paliatif ada yang menghasilkan angka
harapan hidup yang lama.9

2. Radioterapi
Radioterapi carcinoma mammae dapat digunakan sebagai terapi adjuvan
yang kuratif pada pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal
dimodifikasi, serta sebagai terapi paliatif. Radioterapi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu penyinaran dari luar dan dari dalam. 9

3. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-esterogen (tamoksifen,
toremifen), analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol,letrozol), agen
progestasional, egen endogen dan prosedur ooforektomi. Terapi hormonal standar
yang berperan sebagai terapi adjuvan adalah tamoksifen 5 tahun untuk pasien
pramenopause dan penghambat aromatase untuk pasien pascamenopause.
Tamoksifen hanya akan berguna kalau status reseptor ER dan PR tumor (+).10

4. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita carcinoma mammae dapat berupa kemoteapi
adjuvan ataupaliatif. Kemoterapi adjuvan diberikan pasca mastektomi untuk
membunuh sel-sel tumor yang walaupun asimtomatik mungkin tertinggal atau
menyebar secara mikroskopik.10

23
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sebelum
pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor, sehingga dapat dilakukan
lumpektomi atau mastektomi simpel.10
Kemoterapi adjuvan paling baik dimulai dalam empat minggu pascabedah.
Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid,
metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC ( sikolsfosfamid, adriamisin, 5-
fluorourasil), AC (adriamisin, dan sklofosfamide),CEF (siklofosfamid, epirubisin,
dan 5-fluorourasil).10
Sebagai terapi paliatif, penggunaan terapi sistemik dilakukan jika
dipastikan terdapat metastasis yang jelas atau adanya progresivitas. Regimen
kemoterapi yang sering diberikan yaitu CMF, FAC (5-fluorourasil, adriamisin,
siklofosfamid), atau FEC (5-fluourasil,epirubisin, siklofosfamid). 10
2.2.11 Follow up
Optimalisasi follow up adalah suatu strategi pengelolaan penderita setelah
mendapatkan pengobatan defenitif, terutama pengobatan operasi yang diharapkan
akan memberikan manfaat yang optimal pada penanganan pasien secara
keseluruhan.5

Gambar 1.11 Follow up pasca penatalaksanaan pasien ca mammae.5

24
2.2.11 Prognosis
Seperti keganasan pada umunya, prognosis kanker payudara ditunjukan
oleh angka harapan hidup atau interval dari bebas penyakit. Prognosis penderita
diperkirakan buruk jika usianya muda, menedirta kanker payudara
bilateral,mengalami mutasi genetik, dan adanya tripple negative yaitu grade
tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negatif, dan reseptor permukaan
sel HER-2 juga negatf. 10

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C., 2013. Robbins Basic Pathology. Edisi 9.
Jakarta :Elsevier.
2. Shah, R., Kelly, R., Nathanason D.S., 2014. Pathogenesis, Prevention,
Diagnosis and Treatment of Breast Cancer. World Journal of Clinical
Oncology, 5(3), pp. 283-298. http:// dx.doi.org/10.5306/wjco.v5.i3.283
3. Cancer fact and figur. 2018. American Cancer Society. [online] Available at:
https://www.cancer.org/research/cancer-facts-statistics/all-cancer-facts-
figures/cancer-facts-figures-2018.html [Accessed 2 november 2018].
4. Ghoncheh, M., Zahra, P., Hamid, S., 2016. Incidence and Mortality and
Epidemiology of Breast Cancer in the World . Asian Pacific Journal of
Cancer Prevention, 9(17), pp. 43-46
5. Kementiran Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara. Jakarta
6. Prawirohardjo, S., 2014. Ilmu kandungan . Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
7. Snell, Richard S. 2004. Clinical Anatomy for Medical Students, Fifth edition,
New York
8. Paulsen, F., Waschke, J., 2013. Sobotta atlas anatomi manusia. Edisi 23.
Jakarta:EGC.
9. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2014.
10. Japaries W. Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: FKUI; 2011
11. National Cancer Institute. 2018. Breast Cancer. [online] Available at:
https://www.cancer.gov/types/breast/breast-changes [Accessed 2 november
2018].
12. Brem Rachel, F., Lenihan Megan, J., Lieberman, J., Torrente, J., 2015.
Screaning Breast Ultrasound: Past, Present, Future. American Journal of
Roentgenology, 204(2), pp. 234-240

26
13. Fahrettin K., Hayri O.., Ummugulsum B., Hatice G., Ozlem U., Mecit K., M.
Halit Y., 2012. Diagnosti Magnetic Resonance Imaging of Breast. The
Eurasian Journal of Medicine, 44, pp 106-14

27

Anda mungkin juga menyukai