Anda di halaman 1dari 10

A.

DEFINISI

Halusinasi merupakan persepsi terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya


rangsangan dari luar. Keadaan tersebut dibedakan dari distersi dan ilusi yang merupakan
kekeliruan persepsi (W. Kusuma, 1997)

Halusinasi adalah penyerapan tanda adanya rangsangan apapun pada panca indra
seseorang yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun dasarnya organic fungsional,
psikotik, atau historik ( Maramis, 1994)

B. RENTANG RESPON HALUSINASI

ADAPTIF MALADAPTIF

Gejala Pikiran

1. Delusi Halusinasi

2. Perilaku Disgonisasi

3. Sulit Berespon
Dengan Pengalaman

C. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi (Stuart And Sudeen, 1995)

a. Faktor perkembangan

Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang


berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal, bila dalam pencampaian tugas
perkembangan tersebut mengalami gangguan akan menyebabkan seseorang
berperilaku menarik diri.

b. Faktor biologi

Penilaian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang


lebih luas dalam perkembangan skizofrenia-lesi pada area frontal temporal dan
limbic paling berhubungan dengan perilaku psikotik, beberapa kimia otak
dikaitkan dengan gejala skizofrenia antara lain : dopain, neurotrransmitter dan
lain-lain.

c. Faktor sosiokultural
Teori sosial budaya atau lingkungan meyakini bahwa orang yang berasal dari
sosial ekonomi rendah atau kondisi orangtua tunggal dan tidak mempunyai
kesempatan mendapatkan penghargaan dari orang lain yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realita sehingga memberikan reaksi yang
salah dan tidak mampu berespon terhadap stimulus dari luar

d. Faktor keluarga

Sistem keluarga yang terganggu dan norma keluarga yang mendukung


hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga dapat mengembangkan
perilaku menarik diri. Faktor genetik dapat mendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial sehingga menimbulkan perilaku menarik diri sampai
dengan halusinasi.

2. Faktor Prespitasi (Stuart and Sundeen, 1995)

a. Stressor sosio kultural

1) Menurunnya stabilitas unit keluarga

2) Berpisah dari orang yang berarti dalam keluarga dalam kehidupannya


misalnya, karena dirawat dirumah sakit, dan perceraian

b. Stressor psikologi

ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan


kemampuan untuk mengatasinya

c. Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang


maladaptif.

d. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi

D. JENIS HALUSINASI

Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi :

1. Halusinasi penglihatan (visual, optik)

Tak berbentuk (sinar, kilapan atau pola cahaya ) atau yang berbentuk (orang,
binatang, barang yang dikenal) baik itu yang berwarna atau tidak.

2. Halusinasi pendengaran (autif, akustik)

Suara manusia, binatang, mesin, barang, kejadian alamiah atau musik

3. Halusianai Penciuman (olfaktorus) : mencium sesuatu bau


4. Halusinasi pengecap (gustatorik ) : merasa atau mengecap sesuatu

5. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau seperti
ada ulat bergerak dibawah kulitnya.

6. Halusinasi kinetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan atau


anggota bedannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom
limb )

7. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

8. Halusinasi hpnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap
sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah.

9. Halusinasi hipnopompik : seperti pada halusinasi hipnogogik, tetapi terjadi tepat


sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula
pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.

10. Halusinasi histerik : timbulnya pada nerosa histerik karena konflik emosional.

E. TAHAP HALUSINASI

1. Sleep Desorder

Halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi

a. Karakteristik : seseorang merasa banyak masalah, ingin menghindar dari


lingkungan takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.

b. Perilaku : klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga


terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal sebagai pemecah
masalah.

2. Comforting ( cemas sedang )

Halusinasi tahap menyenangkan

a. Karakteristik : klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas,


kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk meredakan cemas.

b. Perilaku : klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakan bibir


tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam
dan berkonsentrasi.

3. Condeming (cemas berat)

Tahap halusinasi menjadi menjijikan


a. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang persepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.

b. Perilaku : ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom


akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan,
dan tekanan darah, rentang perhatian dengan lingkungan berkurang dan
terkadang asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.

4. Controling (cemas berat)

Tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa

a. Karakteristik : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap


halusinasi dan menyerah pada halusianasi tersebut

b. Perilaku : perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan


dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan berkurang,
biasanya hanya beberapa detik saja.

5. Conquering

Tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur dalam halusinasi

a. Karakteristik : pengalaman sensori menjadi mengancam jika mengikuti


perintah halusinasi

b. Perilaku : perilaku panik, risiko tinggi mencederai, bunuh diri atau


membunuh orang lain ( Yudi Hartono, 2012 :108)

F. TANDA DAN GEJALA

1. Berbicara dan tertawa sendiri

2. Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu

3. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

4. Disorientasi

5. Merasa ada sesuatu di kulitnya

6. Ingin memukul atau melempar barang-barang

7. Banyak keringat

8. Nadi cepat, tekanan darah meningkat dan pernafasan cepat


G. EFEK

Akibat dari halusinasi adalah risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada dibawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakukan sesuatu hal diluar kesadrannya.

H. POHON MASALAH

Risiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUM : klien dapat berinteraksi dengan orsng lain sehingga tidak terjadi halusinasi

TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, selama klien
yang lain dan kelompok

Kriteria hasil :

 Ekspresi wajah berahabat

 Menunjukkan rasa senang

 Ada kontak mata

 Mau berjabat tangan

 Meu menyebutkan nama

 Mau menjawab salam

 Klien mau mengutarakan masalahnya


Tindakan : bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik

TUK II : klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria hasil :

 Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi

 Klien dapat mengungkapkan halusinasinya

Tindakan :

 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

 Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya bicara dan tertawa


tanpa stimulus, memandang kekiri / kekanan / kedepan seolah-olah ada
teman bicara

 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi


(marah, takut, sedih, senang ) beri kesempatan mengungkapkan
perasaan.

TUK III : klien dapat mengendalikan halusinasinya

Kriteria hasil :

 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya

 Klien dapat menyebut cara baru untuk mengendalikan

 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah


didiskusikan klien dan dapat melaksanakannya

Tindakan :

 Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan jika terjadi


halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri )

 Didiskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat


beri pujian

 Didiskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya


halusinasi

 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara


bertahap dan beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dipilih.
Evaluasi hasilnya dan beri pujian apabila berhasil.

TUK IV : klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya


Kriteria hasil :

 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda , dan tindakan untuk


mengendalikan halusinasinya

Tindakan :

 Anjurkan klien memberitahukan keluarga jika mengalami halusinasi

 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung )

 Cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan halusinasi


dirumah

 Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk membantu klien


mengenal realita

TUK V : klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya

Kriteria hasil :

 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dosis obat dan efek
samping obat

 Klien dan keluarga dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa


konsultasi

Tidakan :

 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan


manfaat obat

 Diskusikan dengan klien dan keluarga akibat berhenti obat

 Program pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana

 Beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompo

K. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Untuk Pasien

a. SP I

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2) Mengidentifikasi jenis halusinasi


3) Mengidentifikasi isi halusinasi

4) Mengidentifikasi waktu halusinasi

5) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

6) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

7) Mengidentifikasi respon terhadap halusinasi

8) Mengajarkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi


dalam jadwal kegiatan harian

b. SP II

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-


cakap dengan orang lain

3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap


dengan orang lain kedalam jadwal kegiatan harian

c. SP III

1) Mengevaluasi kegiatan harian pasien

2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan


kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien dirumah)

3) Mengajarkan pasien memasukkan kegiatan tersebut kedalam


jadwal kegiatan harian

d. SP IV

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat


secara teratur

3) Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan


harian

2. Untuk keluarga

a. SP I

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi yang
dialami oleh pasien beserta proses terjadinya

3) Menjalankan cara-cara merawat pasien halusinasi

b. SP II

1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien yang


mengalami halusinasi

2) Melatih keluarga melaksanakan cara merawat langsung kepada


pasien halusinasi

c. SP III

1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk


minum obat

2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang


TINJAUAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai