Anda di halaman 1dari 4

McQuail (2011, 222) dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa, menyebutkan

bahwa konsep paling inti dari teori media yang berkaitan dengan kualitas informasi adalah

obyektivitas, terutama jika berhubungan dengan informasi berita. Obyektivitas adalah bentuk

tertentu dari praktik media dan juga merupakan sikap tertentu dari tugas pengumpulan,

pengolahan dan penyebaran informasi. Ciri utamanya adalah penerapan posisi keterlepasan dan

netralitas terhadap obyek peliputan. Kedua, terdapat upaya untuk menghindari keterlibatan; tidak

berpihak dalam perselisihan atau menunjukkan bias. Ketiga, obyektivitas membutuhkan

keterikatan yang kuat terhadap akurasi dan jenis kebenaran media yang lain (seperti relevansi

dan keutuhan).

Tahun 1998 gerakan reformasi berhasil menumbangkan rezim Orde Baru. Keberhasilangerakan

ini melahirkan peraturan perundang-undangan sebagai pengganti peraturan perundang-undangan

yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, yaitu Undang-undang No. 40 Tahun1999 tentang

Pers

Agar penyelenggaraan pemerintah yang baik dapat tercapaimaka dibutuhkan peran pers yang

bebas berekspresi dan berinformasi merupakan wujud darikemerdekaan pers yang merupakan

salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsuryang sangat penting untuk menciptakan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Maka dari itu pers memang tidak terlepas hubungannya dengan sistem sosial dan sistem politik

dari suatu masyarakat atau bangsa, karena hubungan pers itu adalah dengan pemerintah dan

masyarakat, di mana hubungannya atau interaksinya itu tidak bisa dihilangkan. Jadi sistem pers

itu tidak akan terlepas dari pengaruh pemikiran atau filsafat yang mendasari sistem masyarakat

dan sistem pemerintahan, dimana pers itu berada dan beroperasi.

dipilih, serta jajaran redaksi Wawasan yang sebahagian besar berada


di Semarang. Karena itu informasi yang lengkap dan mendalam dapat
diperoleh dengan dipilihnya kota Semarang tersebut.
ds
2. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian yang telah
dilakukan ini yang lebih menekankan proses ( persepsi ), maka jenis
penelitian dengan strateginya yang terbaik adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Dengan jenis penelitian ini, diharapkan mampu menangkap
berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti, penuh
nuansa natural ( Lincoln dan Guba, 1985).
Strategi yang digunakan adalah studi kasus, dan karena lokasinya satu
kota ( Semarang ) dan hanya menyangkut satu koran ( Wawasan ), serta
yang diamati hanyalah persepsi masyarakat terhadap berita utamanya,
maka digunakanlah strategi studi kasus tunggal terpancang ( Sutopo, 2002
). Disebut studi kasus tunggal terpancang karena permasalahan dan fokus
penelitiannya sudah ditentukan lebih dahulu sebelum peneliti terjun
menggali permasalahan di lapangan.
: Penelitian yang telah dilakukan ini juga menggunakan pendekatan
fenomenologis dengan tafsir hermeneutic ( Deddy Mulyana, 2001 ),
dengan dilengkapi pendekatan kritik holistik ( Sutopo, 1995 ).
Pendekatan kritik holistik ini dilakukan dengan melihat 3 faktor, yaitu
faktor genetik, faktor objektif, dan faktor afektif. Faktor genetik
merupakan faktor yang terkait dengan pola pikir jajaran redaksi
Wawasan dalam menyajikan berita, faktor objektif terkait dengan
berita utama yang tersaji pada koran sore Wawasan, dan faktor afektif
terkait dengan persepsi masyarakat yang multiperspektif terhadap
objektivitas berita utama yang disajikan Wawasan. Dengan demikian
pendekatan fenomenologis dan hermeneutik ini sebenarnya sekaligus
juga menyatu dengan pendekatan kritik holistik. Dengan pendekatan
nene

Maka dari itu pentingnya kedudukan teori khususnya dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga

hampir tidak ada sesuatu yang tidak dingkat dari teori dengan satu atau beberapa fungsinya.

Dalam penelitian kualitatif teori dikembangkan dimulai di lapangan studi dari data yang

terpisah-pisah dan atas bukti-bukti yang terkumpul serta saling berkaitan. Penekanannya pada

proses analisis induktif, sehingga penelitian yang demikian juga disebut sebagai "empirico

inductive research” (Sutopo, 2002:39).


Charon (dalam Deddy Mulyana,2001:7) melihat sepintas kesamaan persepsi dengan perspektif.

Namun, menurutnya sebenarnya perspektif itu bukan persepsi, melainkan pemandu persepsi kita

dalam menafsirkan apa yang kita lihat. Menurutnya pula perspektif kita yang biasanya

didasarkan pada kerangka konseptual, perangkat asumsi, perangkat nilai atau perangkat gagasan

itu akan mempengaruhi persepsi kita dalam memahami sesuatu, termasuk dalam penelitian ini

adalah persepsinya terhadap objektivitas berita. Menurut Bigge(dalam Sutopo,2002: 186)

persepsi selalu dikaitkan dengan pengalaman dan tujuan seseorang pada waktu terjadinya

persepsi. la merupakan tingkah laku selektif dan bertujuan, juga merupakan proses

Dalam penelitian kualitatif teori dikembangkan dimulai di lapangan studi dari data yang

terpisah-pisah dan atas bukti-bukti yang terkumpul serta saling berkaitan. Penekanannya pada

proses analisis induktif, sehingga penelitian yang demikian juga disebut sebagai "empirico

inductive research” (Sutopo, 2002:39).

Objektivitas secara teoritis adalah konsep utama bagi media dalam menyediakan kualitas

informasi, khususnya terkait pemberitaan. Kriteria obyektivitas oleh Westerstahl dalam McQuail

(2005) dinyatakan sebagai berikut:

Faktualitas adalah bentuk pelaporan peristiwa dan pernyataan yang dapat dicek ke sumber dan

ditampilkan bebas ataupun terpisah dari komentar. Faktualitas juga berisi kriteria kebenaran

yaitu kelengkapan laporan, akurasi dan niat untuk tidak menyesatkan atau menekan apa yang

relevan. Aspek kedua dari faktualitas adalah relevansi, yaitu proses seleksi atas apa yang

signifikan bagi penerima dan atau masyarakat. Yang dimaksud dengan signifikan adalah apa

yang paling cepat dan paling kuat mempengaruhi masyarkat. Selain itu keadilan berisi kriteria

keseimbangan (kesetaraan atau proporsional waktu/ruang/penekanan) dan netralitas.


Elemen tambahan yang perlu untuk melengkapi bagan di atas yaitu keinformatifan; kualitas isi

informasi yang dapat meningkatkan kesempatan untuk informasi yang disampaikan ke khalayak

diperhatikan, dimengerti, diingat dan lainnya. Syarat utama kualitas informasi antara lain:

 Media massa harus menyediakan pasokan berita relevan yang

 komprehensif dan latar belakang informasi tentang peristiwa-peristiwa di masyarakat dan

dunia.

 Informasi harus obyektif dalam artian akurat, jujur, realitasnya cukup lengkap, nyata, dan

dapat dipercaya, dapat dicek kembali serta terpisah antara fakta dan opini.

 Informasi harus seimbang dan adil, menyajikan perspektif alternatif dan interpretasi, serta

sedapat mungkin dalam cara nonsensasional dan tidak bias.

Selain itu McQuail (2005) juga mengungkapkan pentingnya akuntabilitas dalam media. Secara

harfiah akuntabilitas media ialah semua proses yang secara sukarela maupun dipaksakan oleh

media agar bertanggung jawab secara langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat atas

kualitas maupun konsekuensi dari publikasi suatu media.

Yale ( dalam Em Grffin, 2000 : 36 ) menyebut perlunya karakter sumber berita yang memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap sumber berita tersebut ( dalam hal ini Wawasan ) di mata

masyarakat, yang tampaknya mempengaruhi makna persepsinya terhadap berita yang

disajikannya.

Tomas Szase ( dalam Johannesen, 1990 ), menyebut karakteristik moral manusia adalah

pengalaman ganda dari kebebasan berkehendak dan tanggung jawab pribadi. Keduanya

merupakan aspek dari fenomena, yaitu kebebasan dan tanggung jawab. Untuk mewujudkan etika

berkomunikasi yang bebas dan bertanggung jawab.

an

Anda mungkin juga menyukai