Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf dalam pembentukannya mengalami proses metamorfisme. Proses


ini ada dalam fase padat namun tidak melewati fase cair. Temperatur yang dibutuhkan
sekitar 200 derajat Celcius sampai 6500 derajat Celcius. Tanpa adanya proses
metaformisme, batuan ini tidak bisa terbentuk.

Batuan malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain sebagai induk, seperti
batuan sedimen atau batuan beku. Batuan induk tersebut juga bisa berasal dari batuan
itu sendiri namun dengan syarat sudah melalui proses mineralogi, struktur dan tekstur
yang disebabkan oleh perubahan temperatur dan tingginya tekanan pada batuan
induknya

Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk tersebut akan berakibat merubah
struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang terbentuk akan menyesuaikan
sifatnya sesuai dengan material pembentuknya. Sehingga, bisa saja antara satu batuan
dengan yang lain memiliki perbedaan struktur dan tekstur disebabkan proses
metamorfismenya.

Proses Pembentukan Batuan Metamorf


Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh beberapa
faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan temperatur batu induknya. Di
bawah ini dijelaskan mengenai faktor yang berpengaruh saat proses pembentukan
batuan malihan atau metamorf.

1. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan
batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan rekristalisasi
(pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk sebelumnya.
Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson)
Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh
utama berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari
batuan – batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.

2. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu mengubah dan
merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu melewati fase cair. Tempetur
saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat Celcius sampai 1200 derajat Celcius.
Sedangkan tekanan yang terbentuk ada diantara 1 – 10000 bar (Jackson)

Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida dan gas pada jaringan
batuan induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia dan mineral
dalam batuan metamorf. Fluida yang mudah ditemukan yaitu karbondioksida, asam
hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada umumnya zat kimia tersebut berguna sebagai
katalis dalam reaksi kimia.

3. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient geothermal atau
dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan antar massa batuan
menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung saat proses metamorfisme
berlangsung.

Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar 350 sampai 1200 derajat
Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi sebagai pengontrol saat proses pembentukan
batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair terlebih dahulu. Sehingga proses
metamorfisme berjalan lancar dan menghasilkan batuan yang sempurna.
Ciri
Karakteristik Batuan Metamorf
Batuan metamorf memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang memudahkan mengenalinya.
Rincian mengenai ciri khas batuan malihan atau metamorf akan dijelaskan dengan jelas
di bawah ini.

1. Warna
Karena proses metamorfisme yang beragam dan berbeda mengakibatkan warnanya
bervariasi. Mulai dari feldspar, kwarsa dan mika. Feldspar berciri khas adanya belahan
pada warna batuan. Belahan tegak lurus dan memiliki warna merah bisa juga
disebut ortoklas. Jika berbentuk kristal dan berwarna abu-abu /putih
adalah plagioklas.

Kemudian warna kwarsa, yaitu putih susu atau putih jernih. Batuan dengan warna ini
tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Yang terakhir adalah mika, yakni
batuan yang memiliki belahan dan berwarna putih yang bernama muskovit dan hitam
yang disebut dengan nama biotit.
2. Struktur
Ada dua struktur yaitu foliasi dan non-foliasi.

 Foliasi bermakna sebagai lapisan pada batuan metamorf dengan bentuk


menyerupai belahan. Hal tersebut merupakan hasil dari aktivitas penjajaran
beberapa mineral yang berasal dari penyusun utama batuannya.
 non-foliasi adalah batuan metamorf tanpa belahan. Tidak adanya belahan
dalam batuan ini karena proses penjajaran beberapa yang berasal dari
penyusun utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa diamati.

3. Tekstur
Tekstur yaitu terdiri dari bentuk, ukuran, dan susunan butir mineral- mineral batuan
tersebut. Akan tetapi ada dua tekstur yang biasanya mudah dijumpai, yaitu relik dan
kristaloblastik. Relik atau bisa disebut sisa adalah tekstur batuan asal dari batuan
metamorf masih bisa diamati dan terlihat jelas dengan memakai mata telanjang.

Kemudian kristaloblastik yaitu mineral dalam kandungan batuan sudah terkristalisasi.


Namun sebelum batuan tersebut menjadi batuan metamorf, bisa saja terjadi proses
kristalisasi tambahan agar proses metamorfisme semakin baik dan menghasilkan batu
dengan kandungan cukup baik.

4. Bentuk Kristal
Bentuk kristal sebagai kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu euhedral,
subhedral, dan anhedral. Euhedral yaitu kristal sempurna namun dibatasi dengan tegas,
jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk kristal ini adalah yang paling baik
diantara ketiga jenis yang ada. Kedua adalah subhedral, definisi subhedral adalah
kandungan batuan yang memiliki kristal terbatasi dengan tidak jelas dan sebagian tidak
teratur oleh bidang kristal yang ada. Yang terakhir yakni anhedral, Anhedral adalah
kristal yang dibatasi oleh bidang kristal dengan sifat tidak teratur.

5. Komposisi Mineral
Mineral yang mendukung proses metamorfisme antara lain garnet, andalusi, kyanit,
silimanit, dan stauroli. Mineral yang berfungsi sebagai pembentuk batuan metamorf
disebut dengan mineral metamorfik. Suhu dan tekanan yang tinggi mampu
membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan tersebut.

Klasifikasi Jenis Batuan


Metamorf
Batuan Malihan atau Metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis dalam proses
pembentukannya yang menyebabkan batuan ini terbentuk menjadi beraneka macam.
Berikut ini adalah tiga jenis batuan metamorf berdasarkan proses terbentuknya :

1. Batuan Metamorf Kontak


Batuan Malihan/Metamorf kontak atau thermal adalah batuan metamorf yang terbentuk
karena adanya sebuah peningkatan suhu atau pemanasan dan perubahan kimia yang
terjadi karena intrusi magma.

Contoh : Batu marmer yang terbentuk dari batu gamping atau batu kapur.

2. Batuan Metamorf Dinamo


Batuan Metamorf dinamo adalah suatu batuan yang terbentuk karena terdapat tekanan
yang cukup besar disertai dengan pemanasan serta tumbukan. Tekanan tersebut bisa
berasal dari lapisan bertumpuk yang terdapat di atas batu dalam jangka waktu yang
lama.

Contoh : Batu Sabak yang diketahui berasal dari tanah liat. Kemudian Batubara yang
terbentuk dari sisa-sisa jasad hewan serta tumbuhan di daerah rawa.

3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik


Batuan Metamorf thermal-pneumatolik yaitu suatu batuan yang terbentuk karena
terdapat zat-zat tertentu memasuki batuan yang pada saat itu sedang mengalami sebuah
proses metamorfosis batuan.

Contoh : Batu Topaz, Zamrud dan Permata

Macam Contoh Batuan


Metamorf
1. Batu Sabak (Slate)

Batu sabak memiliki warna hijau dan hitam.


Batu ini bisa dipecah-pecah menjadi beberapa lempeng tipis. Batu sabah dapat digunakan
sebagai bahan bangunan atau bahan kerajinan yang berestetika tinggi.

 Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone


 Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
 Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
 Derajat metamorfisme : Rendah
 Ukuran butir : Very fine grained
 Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
 Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

2. Batu Marmer (Marble)


Batu marmer bisa juga disebut batu pualam.
Batu ini berasal dari batu gamping atau batu kampur namun memiliki warna berbeda.
Ada juga beberapa pita warna dan kristal dengan berbagai tekstur terkandung dalam
batu marmer atau batu pualam ini. Batu ini berfungsi sebagai bahan utama pembuatan
ubin.

 Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone


 Komposisi : Kalsit atau Dolomit
 Struktur : Non foliasi
 Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
 Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
 Warna : Bervariasi
 Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil,
bereaksi dengan HCl.

Anda mungkin juga menyukai