PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspirin ( asetosal ) adalah suatu ester dari asam asetat dengan asam
salisilat. Oleh karena itu senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam
salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai
katalisator. Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk
metal salisilat dan dapat disintesa dari fenol. Asam salisilat memiliki sifat-sifat:
berasa manis, membentuk kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, meleleh
ester dan garam yang cukup penting. Asam salisilat menjadi bahan baku
pembuatan aspirin. Sintesa asam salisilat yang terkenal adalah Sintesis Kolbe.
Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal sekarang sebagai aspirin
bentuk salah satu aromatic asetat yang paling dikenal dapat disintesa dengan
reaksi esterifikasi gugus hidroksi fenolat dari asam salisilat dengan menggunakan
asam asetat. Aspirin memiliki sifat – sifat sebagai berikut : Mr = 180, titik leleh =
133,4°C, dan titik didih = 140°C. Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara
mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat
berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan asam asetat.
glacial sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (
aspirin ). Gugus asetil ( CH3CO– ) berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-
Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit
pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga
mengetahui lebih jauh tentang pembuatan aspirin (Acetoxy- benzoit acid), maka
B. Prinsip Percobaan
nukleofilik yang terjadi apabila asam salisilat direaksikan dengan anhidrida asam
asetat.
C. Rumusan Masalah
bagaimanakah proses pembuatan aspirin dari asam salisilat dan anhidrida asam
asetat?
D. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah dapat membuat aspirin dari asam salisilat
TINJAUAN PUSTAKA
pada atom oksigen. Senyawa- senyawa ini disebut dengan asam anhidrida atau
asil anhidrida, kerana senyawa- senyawa ini dihasilkan dari penggabungan atau
dapat bersifat simetrik,ketika 2 gugus asil yang sama, atau merupakan 2 gugus
asil yang berbeda diikatkan pada atom oksigen. Anggota kelompok ini yang
paling sederhana adalah anhidrida asetat (CH3CO)2O, yang mana gugus asil
turunan asam karboksilat yang reaktif, nomor 2 setelah asil klorida. Anhidrisa
dapat dengan segera diubah menjadi turunan asam karboksolai lain yang kurang
karboksilat dan dapat digunakan untuk mensintesis keton, ester atau amida.
Anhidrida asam bereaksi dengan nukleofil yang sama seperti yang bereaksi
dengan air untuk menghasilkan asam karboksilat. Laju reaksi, seperti laju
hidrolisis hidrida asam, tergantung pada kelarutan amhidrida dalam air. Dengan
reaktif. Suatu reaksi reversibel terjadi antara suatu asam karboksilat dan suatu
B. Aspirin
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika
terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
dikenal saat ini. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk
menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman, replika tablet aspirin raksasa
dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land der
asam asetat menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam
salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –
COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan
menghasilkan aspirin.
Uji terhadap asam salisilat, ”my aspirin”, dan aspirin komersil digunakan untuk
salisilat dalam sampel. Kemurnian aspirin bisa diuiji dengan menggunakan besi
(III) klorida. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks
ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3
C. Rekristalisasi
Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang
lewat jenuh, jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada,
viskositas larutan, jenis dan banyaknya pengotor dan ergerakan antara larutan
dan kristal. Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut
yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan
telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu
(Hiyu, 2011).
dalam dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika
padatan terlarut dalam keadaan berlebih (di luar kesetimbangan, maka sistem
Pembentukan kristal dari larutan homogen tidak terjadi tepat pada harga
konsentrasi ion sesuai dengan hasilkali kelarutan, tetapi baru akan terjadi saat
konsentrasi zat terlarut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi larutan jenuhnya.
Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besar kemungkinan membentuk inti baru
(Devina, 2003).
sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran
pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski
tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-
lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang
karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih
cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan
METODE PRAKTIKUM
Haluoleo Kendari.
Filler 1 buah
Termometer 1 buah
FeCl3 1%
Asam salisilat
Etanol
H2SO4 pekat
Natrium bikarbonat
HCl pekat
Aquades
Kertas saring.
C. Prosedur kerja
Campuran salisilat
Dipanaskan pada temperatur 50-60oC
- Diaduk selama 10-15 menit
- Dibiarkan dingin pada suhu kamar
- Ditambahkan 50 mL air sambil diaduk dan
didinginkan dengan es batu
Kristal aspirin
Warna ungu
Cara Rekristalisasi:
Kristal aspirin
- Dimasukkan dalam gelas kimia
- Ditambahkan 25 mL larutan jenuh natrium
bikarbonat
- Diaduk
- Disaring dengan corong Buchner
- Dicuci dengan air bersih
Filtrat Residu
Warna ungu
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
C. Pembahasan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
Struktur dari aspirin adalah :
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan
anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugus –OH, sedangkan asam asetat glacial sebagai anhidrida asam.
Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat ( aspirin ). Gugus asetil (
CH3CO– ) berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam
salisilat.
salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai
zat penghidrasi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam
salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida
asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan
sulfat pekat dipanaskan pada suhu 50- 60 ºC, untuk mempercepat terjadinya
reaksi. Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-
benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C.
putih (aspirin) yang terbentuk dilarutkan dalam air dan disaring untuk
suhu kamar. Tujuan dari pendinginan pada suhu kamar ini yaitu agar H2SO4
campuran tersebut dalam air es. Tujuan dari pendinginan campuran dengan air es
yaitu agar dapat terbentuk kristal aspirin, yang kemudian akan disaring dengan
corong buchner, sehingga diperoleh filtrat dan residu yang berupa kristal aspirin.
Kristal aspirin direaksikan dengan FeCl3 maka akan terjadi perubahan warna
kristal dari warna putih menjadi warna ungu. Penambahan FeCl3 ini bertujuan
untuk menguji kemurnian aspirin khususnya mendeteksi apakah masih ada atau
terdapat asam salisilat dalam sampel atau tidak. Ketika FeCl3 berekasi dengan
gugus fenol yang terdapat dalam asam salisilat akan membentuk kompleks ungu.
Dan hal ini membuktikan bahwa kristal yang diperoleh masih mengandung asam
salisilat (kristal belum murni). Sehingga untuk mendapatkan kristal aspirin murni
sehingga aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3 membentuk garam
natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut
filtrat dan residu. Filtrat yang dihasilkan dicampuran dalam HCl pekat 3,5 mL
yang diperoleh disaring dengan corong Buchner, hal ini agar Kristal yang
diperoleh dapat benar-benar murni. Setelah itu, kristal yang diperoleh
ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3
ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dan anhidrida asam asetat dengan
adanya H2SO4 pekat. Pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi. Kristal yang
diperoleh dari percobaan ini masih mengandung asam salisilat (belum murni)
Satyajit. 2007. Kimia untuk Farmasi. Bahan Kimia Organik, Alam dan Umum.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Zatna. 2011. Pemisahan dan pemurnian zat padat dengan cara rekristalisasi
(Rekristalisasi Asam Benzoat Dengan Pelarut Heksana) .
http://allaboutzatna.blogspot.com/2011/12/pemisahan-dan-pemurnian-
zat-padat.html [ 06 Juni 2012].
LAPORAN PRAKTIKUM ORGANIK II
PERCOBAAN I
“PEMBUATAN ASPIRIN”
OLEH :
NAMA : NURMAWATI
KELOMPOK : V1
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012