Anda di halaman 1dari 4

38

BAB III

BAHAN DAN METODE EVALUASI

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan :

1. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan pengamatan langsung dan wawancara

pada penanggung jawab program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Diare Pada Balita di Puskesmas Rawat Inap Satelit.

2. Data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dengan mempelajari dokumentasi

Puskesmas yaitu menelaah laporan program Pencegahan dan

Penanggulangan Diare Pada Balita di Puskesmas Rawat Inap Satelit

periode Januari – Desember 2017.

3.2 Indikator dan Tolak Ukur Penilaian

Evaluasi dilakukan pada laporan program Pencegahan dan Penaggulangan

Diare Pada Anak di Puskesmas Rawat Inap Satelit. Rujukan tolak ukur penilaian

yang digunakan adalah:

1. Buku Saku Pengendalian Deman Berdarah Dengue untuk Pengelola

Program DBD Puskesmas, Tahun 2013.

2. Pedoman Penatalaksanaan DBD di Puskesmas, Departemen

Kesehatan RI, Tahun 2004.


39

3.3 Cara Analisis

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita di

Puskesmas Rawat Inap Satelit dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menetapkan beberapa tolak ukur dari unsur keluaran

Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari

pencapaian hasil output adalah dengan menetapkan beberapa tolak

ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau tolak ukur ini

dapat diperoleh dari Pedoman Kerja Puskesmas tahun 2013.

2. Menentukan satu tolak ukur yang akan digunakan

Dari beberapa tolak ukur yang ada, dipilih satu tolak ukur

yang akan digunakan.

3. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur

keluaran

Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. Setelah

diketahui tolak ukur, selanjutnya adalah membandingkan hasil

pencapaian keluaran. Puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut.

Bila pencapaian keluaran Puskesmas tidak sesuai dengan tolak

ukur, maka ditetapkan sebagai masalah.

4. Menetapkan prioritas masalah

Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi

secara bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas.

Selain itu adanya kemungkinan masalah-masalah tersebut berkaitan

satu dengan yang lainnya dan bila diselesaikan salah satu masalah

yang dianggap paling penting, maka masalah lainnya dapat teratasi


40

pula. Oleh sebab itu, ditetapkanlah prioritas masalah yang akan dicari

solusi untuk memecahkannya.

5. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan

Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan

tersebut, maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini

bertujuan untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah

yang telah diprioritaskan tadi yang berasal dari komponen sistem

yang lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan

balik. Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan semua

faktor penyebab masalah dapat diketahui dan di identifikasi sehingga

tidak ada yang tertinggal.

6. Identifikasi penyebab masalah

Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep

selanjutnya akan di identifikasi. Identifikasi penyebab masalah

dilakukan dengan membandingkan antara tolak ukur atau standar

komponen-komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik

dengan pencapaian di lapangan. Bila terdapat kesenjangan, maka

ditetapkan sebagai penyebab masalah yang diprioritaskan tadi.

7. Membuat alternatif pemecahan masalah

Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat

beberapa alternatif pemecahan masalah. Alternatif -alternatif

pemecahan masalah tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-

penyebab masalah yang telah ditentukan. Alternatif pemecahan

masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan serta situasi


41

dan kondisi Puskesmas.

8. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah

Dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka

akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing

penyebab masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai