POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES RIAU JURUSAN GIZI 2018/2019 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pelayanan Gizi Institusi Sosial Makanan institusi sosial adalah makanan yang dipersiapkan dan dikelola untuk masyarakat yang diasuhnya, tanpa memperhitungkan keuntungan dari institusi tersebut. Pelayanan Gizi Institusi Sosial adalah pelayanan gizi yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta yang berdasarkan azas sosial dan bantuan. Sedangkan makanan institusi sosial adalah makanan yang dipersiapkan dan dikelola untuk masyarakat yang diasuhnya, tanpa memperhitungkan keuntungan dari institusi tersebut. Berikut yang termasuk golongan ini adalah panti asuhan, panti jompo, panti tuna netra, tuna rungu, dan lembaga sejeis lainnya yang menglola makanan institusi secara sosial (Mukrie & Nursiah A. 1990).
2.1.1 Ciri-ciri penyelenggaraan makanan institusi
Ciri-ciri penyelenggaraan makanan institusi, adalah :
1. Penyelenggaraan makanan dilakukan oleh institusi sendiri dan tidak
mencari keuntungan.
2. Dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan makanan sudah
ditetapkan jumlahnya sehingga penyelenggaraan harus menyesuaikan pelaksanaanya dengan dana yang tersedia.
3.Makanan yang diolah dan dimasak didapur yang berada dilingkungan
tempat institusi berada.
4.Hidangan makanan yang disajikan tidak banyak berbeda dengan
hidangan yang biasa disajikan dilingkungan keluarga (Sjahmien Moehyi, 1992). Menurut Mukrie & Nursiah. A (1990) , Ciri-ciri MMI di Panti asuhan:
1. Pengelolaannya oleh atau mendapat bantuan dari Departemen Sosial
atau badan-badan amal lainnya. 2. Melayani sekelompok masyarakat dari usia 0 – 75 tahun, sehingga memerlukan kecukupan gizi yang berbeda-beda. 3. Mempertimbangkan bentuk makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut kondisi klien (kecukupan gizi anak dan kecukupan gizi orang dewasa/jompo). 4. Harga makanan yang disajikan selayaknya wajar dan tidak mengambil keuntungan sesuai dengan keterbatasan dana. Dana yang tersedia terbatas. 5. Kosumen mendapat makanan 2 – 3 kali ditambah makanan selingan 1-2 kali perhari. Makanan yang disediakan dengan secara kontinyu setiap hari. 6. Macam konsumen yang dilayani macam-macam dan jumlahnya tetap. 7. Susunan hidangan sederhana dan variasi terbatas.
2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan makanan institusi sosial
Penyelenggaraan makanan institusi sosial bertujuan untuk mengatur
menu yang tepat agar dapat diciptakan makanan yang memenuhi kecukupan gizi klien (Bakrie. P., Intiyati. A., dan Widartika. 2018).
2.1.3 Karakteristik Penyelenggaraan makanan institusi sosial
Menurut Bakrie. P., Intiyati. A., dan Widartika (2018) Karakteristik
penyelenggaraan makanan institusi sosial adalah:
1. Pengelolaannya oleh atau mendapat bantuan dari departemen sosial atau
badan-badan amal lainnya. 2. Melayani sekelompok masyarakat semua umur, sehingga memerlukan kecukupan gizi yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu perhitungan yang saksama untuk memenuhi kebutuhan porsi makanan masing- masing kelompok umur.
3. Mempertimbangkan bentuk makanan, suka atau tidak suka klien
menurut kondisi klien (kecukupan gizi anak dan kecukupan gizi orang dewasa/usia lanjut). Jadi kemungkinan perlu membuat bentuk dan cara pengolahan yang berbeda-beda untuk masing-masing klien.
4. Harga makanan yang disajikan seyogyanya wajar dan tidak mengambil
keuntungan, sesuai dengan keterbatasan dana.
5. Konsumen mendapat makanan 2-3 kali ditambah makanan selingan 1-2
kali sehari
6. Makanan disediakan secara kontinu setiap hari.
7. Macam dan jumlah konsumen yang dilayani tetap.
8. Susunan hidangan sederhana dan variasi terbatas.
2.1.3 Kekurangan Institusi Sosial :
1. Tenaga pemasak jarang (mungkin tidak ada) yang melibatkan ahli gizi
Untuk panti umumnya orang anak-anak atau orang dewasa yang
dilibatkandalam pengelolaan, pengawasan dan pelaksanaan pemasakan. 2. Keterbatasan dana terutama panti asuhan yang dikelola perorangan. Konsumsi gizi rendah.
Penyelenggaraan makanan institusi social ini, sebagian besar mendapat
subsidi dari pemerintah pusat, daerah ataupun dari yayasan-yayasaan amal yang ada. Disamping itu juga ada donatur tetap dan donator tidak tetap, keadaan ini yang mengakibatkan pengelola makanan institusi harus dapat memperhitungkan secara tepat sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaannya (Bakrie. P., Intiyati. A., dan Widartika. 2018). DAFTAR PUSTAKA
Bakrie. P., Intiyati. A., dan Widartika. 2018. Sistem penyelenggaraan
Makanan Institusi. Kemenkes RI Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes Jakarta : Jakarta Moehyi, S. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk Penyembuhan Penyakit. Gramedia : Jakarta