PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Umat islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syariat islam. Pendapat
pertama menyatakan bahwa islam adalah agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat
antara lain ketatanegaraan atau politik. Dalam bahasa lain, sistem politik atau disebut juga
fiqih siasah merupakan bagian integral dari ajaran islam, lebih jauh kelompok berpendapat
bahawa sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang harus diteladani
oleh Nabi Muhammad saw. Dan oleh para khulafa al-Rasyidin yaitu sistem khalifah.
Kedua,kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat.
Artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi
Muhammad hanyalah seorang Rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan
risalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugasuntuk mendirikan atau memimpin
suatu negara.
Aliran ketiga menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak
pendapat bahwa islam sebagaimana pendapat barat yang hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam islam tidak terdapat sistem
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. Dalam QS 4 (al-
Nisa’) : 58 Allah berfirman:
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.
4. Kemestian menaati Allah dan Rasulullah dan uli al-Amr (pemegang kekuasaan)
sebagaimana difirmankan dalam QS 4 (al-Nisa’) : 59 :
Artinya : dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya (dirugikan).
11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat, dalam QS 59 (al-Hasyr) : 7
Allah berfirman :
Artinya : apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya.
1) Siasah “dusturiyyah” atau dalam fikih modern disebut hukum tata negara
2) Siasah “dauliyyah” atau biasa disebut hukum internasional dalam islam
3) Siasah “maaaliyyah” yaitu hukum yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan
pengeluaran uang milik negara
Dalam ajaran islam, siasah dauliyah (hubungan internasional) dalam islam bedasar pada :
1. Damai adalah asas hubungan internasional. Dengan demikian, perang tidak dilakukan
kecuali dalam keadaan darurat. Sesuai dengan persyaratan darurat, perang hanya
dilakukan sesuai dengan keperluan kolektif. Orang yang tidak ikut berperang tidak
boleh diperlakukan sebagai musuh. Segera hentikan perang apabila salah satu pihak
cenderung kepada damai.
2. Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi.
3. Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.
4. Perjanjian-perjanjian internasional. Syarat mengikuti perjanjian adalah. 1) yang
melakukan perjanjian memiliki kewenangan ; 2) kerelaan; 3) isi perjanjian dan
obyekya tidak dilarang oleh agama islam; 4) perjajian penting harus ditulis; 5) saing
memberi dan menerima.
5. Perjanjian ada yang selamanya (mu’abbad) dan sementara (muaqqat).
6. Perjanjian terbuka dan tertutup.
7. Menaati perjanjian.
8. Siasah “dauliyyah” dan orang asing.
Secara khusus siasah dauliyyah membahas hubungan internasional dalam kondisi perang
yang berkisar pada persoalan berikut :
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Islam sebagai agama yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah
memberikan kontribusi yang cukupsignifikan terhadap kehidupan politik Indonesia. Pertama
ditandai dengan munculnya partai-partai yang berasaskan Islam serta partai nasionalis yang
berbasis umat islam. Kedua ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik islam
dan umat islam terhadap keutuhan negara, negara kesatuan Republik Indonesia sejak proses
kemerdekaan, masa-masa mempertahankan kemerdekaan, masa pembangunan hingga
sekarang masa reformasi.
Islam telah menyumbang banyak pada Indonesia. Islam membentuk “civic culture”
(budaya bernegara), “nasional solidarity”, ideologi jihad, dan kontrol sosial. Sumbangan
besar islam berujung pada keutuhan negara dan terwujudnya persatuan dan kesatuan.
3.2 Saran