Anda di halaman 1dari 9

MEMENUHI TUGAS KOMUNITAS

ARTIKEL PENCEMARAN AIR

Di susun oleh :

Boby Wahyu N (1601200028)


M.Saufi Ilham (1601200029)
Mita Agustina (1601200030)
Eka Fajar Dwi M. (1601200031)
Ayu Istiqomah (1601200032)
Yurike Pratika P (1601200033)
Wahyu Eka W (1601200034)
Pratiwi Kusuma S (1601200035)
Winny Rizky U. (1601200036)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


D – III KEPERAWATAN LAWANG
Jl. A. Yani , Lawang , Kabupaten Malang , Telepon (0341) 427487

Pencemaran Kali Bekasi, Air Berbusa dan


Bau Ganggu Produksi PDAM
Reporter: Adi Warsono (Kontributor)
Editor: Untung Widyanto
Kamis, 18 Oktober 2018 13:32 WIB

Air Sungai Rawatembaga, Bekasi berbusa dan berwarna hitam. Saluran itu merupakan pemasok
bahan baku air bersih ke PDAM Bekasi. TEMPO/Adi Warsono

TEMPO.CO, Bekasi – Pencemaran kembali terjadi di Kali Bekasi yang menggangu produksi
air bersih PDAM Tirta Patriot milik Pemerintah Kota Bekasi. Sejak Kamis pagi, 18 Oktober
2018, air berbusa dengan aroma tidak sedap tercium di sepanjang sungai.

"Pengurangan produksi hampir 50 persen dari biasanya," kata juru bicara PDAM Tirta Patriot,
Uci Indra Wijaya, Kamis, 18 Oktober 2018. Ia mengatakan, pengurangan produksi dimulai pukul
00.00 WIB, sampai dengan pukul 10.30, produksi air bersih untuk 31 ribu pelanggan belum
normal.
Uci mengatakan, normalnya produksi air bersih di PDAM Tirta Patriot mencapai 550 liter per
detik. Namun, karena ada gangguan produksi berkurang menjadi 320 liter per detik.

Menurut Uci, meskipun air baku tercemar berat, pihaknya memutuskan tidak menyetop produksi
karena menyangkut pelayanan air bersih.

"Risikonya biaya produksi lebih besar, karena penggunaan kimia mengurai limbah," kata Uci.

Pencemaran di Kali Bekasi bukan kali ini saja, melainkan sudah sering terjadi. Berdasarkan
pengamatan Tempo, warna air Kali Bekasi berubah menjadi hitam pekat, disertai munculnya
buih layaknya salju yang menutup semua permukaan aliran sungai. Hal ini terjadi sejak Selasa
pagi kemarin.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Jumhana Lutfi mengatakan, timnya kembali turun
ke lapangan memeriksa kondisi pencemaran.

Ia mengatakan, hasil penyelidikan sementara bahwa pencemaran sudah terjadi sejak di


perbatasan di wilayah Bantargebang. Artinya, kata dia, limbah masuk dari wilayah Bogor.

"Kami terus koordinasi, karena wilayah itu bukan kewenangan kami," kata Jumhana.

Ia mengatakan, butuh penanganan serius terhadap pencemaran di Kali Bekasi. Bukan hanya
dilakukan oleh dua pemerintah daerah, melainkan pemerintah provinsi, dan pusat harus turun
tangan. "Karena dibutuhkan biaya besar untuk restorasi," ujar Jumhana.

Pencemaran tumpahan minyak di Teluk


Balikpapan: 'Sudah tiga hari kami mencium
bau solar'
Heyder Affa

BBC Indonesia

4 April 2018
Para pegiat lingkungan di Kalimantan Timur menganggap tumpahan minyak ini telah menyebar
sekitar tujuh kilometer di pesisir Teluk Balikpapan. Mereka juga menyebut kasus ini sebagai
pencemaran berat.

Sebagian warga di pesisir kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengaku terdampak akibat
terbakarnya tumpahan minyak yang dilaporkan telah menyebar lebih dari lima kilometer di
perairan Teluk Balikpapan.

Mereka mengeluhkan bau menyengat dan mengaku khawatir atas tumpahan minyak yang terjadi
pada Sabtu (31/03) itu menyebar hingga di sekeliling rumahnya di pinggir laut.

"Sudah tiga hari ini masih mencium bau (seperti solar)," ungkap Mukmin, seorang nelayan yang
tinggal di Kampung Margasari, di kawasan pesisir kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Rumah Mukmin, yang berdiri di atas pinggiran laut, juga terdampak. "Kalau air pasang, banyak
minyak, yang menempel di dinding dan tiang."

Image caption Sebagian warga di pesisir kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengaku
terdampak akibat terbakarnya tumpahan minyak yang dilaporkan telah menyebar lebih dari lima
kilometer di perairan Teluk Balikpapan.

Dan semenjak terbakarnya tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Sabtu (31/03), dirinya tidak
berani melaut untuk mencari ikan. "Lautnya hitam, itu jadi kendala, dan kita takut."

Dia juga masih trauma setelah rekannya meninggal dunia terbakar akibat tumpahan minyak di
perairan Teluk Balikpapan, seperti diungkapkannya kepada wartawan Smart FM di Balikpapan,
Debi Aditya.
Kekhawatiran seperti ini barangkali juga dirasakan sebagian warga Balikpapan yang tinggal
kawasan Pantai Kilang Mandiri, Melawai, Klandasan Ulu, hingga Sepinggan. Di kawasan ini,
terlihat tumpahan minyak dengan warna hitam pekat dengan ketebalan berbeda.

Darurat lingkungan

Sejak Senin (02/04), Pemerintah Kota Balikpapan telah menyatakan keadaan darurat atas kasus
ini, dan mereka terus berupaya membersihkan minyak dan melokalisirnya agar tidak menyebar.

"Darurat lingkungan untuk kawasan pesisir Balikpapan yang terkena dampak tumpahan minyak,"
kata PLT Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas'ud, kepada wartawan, Senin.

Image caption Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan itu telah berdampak tidak baik terhadap
lingkungan di kawasan itu, yang antara lain ditandai kematian sejumlah pesut, Minggu (01/04).

Dengan ditetapkannya darurat lingkungan, Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kota
Balikpapan bisa bersama-sama melakukan penanganan dan penyelidikan atas kasus ini.

Rahmad Mas'ud berjanji untuk terus memimpin dan mengendalikan tumpahan minyak agar tidak
menyebar. "Jangan sampai melebar dan berdampak terhadap lingkungan dan rakyat Balikpapan,"
ujar Rahmad.

Ditemukan pesut mati

Bagaimanapun, tumpahan minyak di Teluk Balikpapan itu telah berdampak tidak baik terhadap
lingkungan di kawasan itu, yang antara lain ditandai kematian sejumlah pesut, Minggu (01/04).

Image caption Pemerintah Kota Balikpapan telah menyatakan keadaan darurat atas kasus ini, dan
mereka terus berupaya membersihkan minyak dan melokalisirnya agar tidak menyebar.

Hewan-hewan itu ditemukan terdampar di pesisir kawasan Klandasan Ulu dan diduga akibat
tumpahan minyak itu.

"Sudah ada indikasi tidak baik untuk ekosistem. Buktinya ada pesut yang mati. Di dalamnya
sudah ada kontaminasi minyak," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan,
Suryanto, kepada wartawan Smart FM di Balikpapan, Etty Hariyani, Senin (02/04).

Dia mengkhawatirkan, apabila tumpahan minyak ini tidak segera ditangani lebih cepat, akan
merusak ekosistem di kawasan Teluk Balikpapan. "Makanya kita harus cepat menanganinya, biar
cepat recovery-nya," tandas Suryanto.

Sampai Selasa (03/04), ratusan personil gabungan, seperti dari Polri, TNI, dan Pertamina, terus
membersihkan minyak di sejumlah titik di pinggir pantai di kawasan teluk tersebut. Mereka
menggunakan gayung, menciduknya dan menampungnya dalam ember.
Image caption Sampai Selasa (03/04), ratusan personil gabungan, seperti dari Polri, TNI, dan
Pertamina, terus membersihkan minyak di sejumlah titik di pinggir pantai di kawasan teluk
tersebut.

"Ini sudah berjalan dua hari," kata Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Ade Yaya, kepada
BBC Indonesia, Rabu (03/04), melalui sambungan telepon.

Tim gabungan juga menggunakan teknik oil boom untuk melokalisir atau mengurung tumpahan
minyak terutama yang agak di tengah laut. "Supaya bisa membatasi ruang gerak minyak dan bisa
terkumpul yang kemudian disedot," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan,
Suryanto.

Kepada warga yang tinggal di pesisir dan terdampak tumpahan minyak ini, Suryanto meminta
berhati-hati saat menghidupkan api. "Apalagi cuaca yang panas terik, saya khawatir ada
penguapan tinggi."

Pemerintah Kota Balikpapan sudah memutuskan untuk mendahulukan pembersihan minyak di


sekitar pemukiman penduduk di kawasan pesisir.

Ungkap siapa pelakunya

Para pegiat lingkungan di Kalimantan Timur menyebut kasus ini sebagai "pencemaran berat" dan
mereka menuntut aparat hukum untuk mengungkap siapa penyebab tumpahnya minyak tersebut.

Image caption Walhi menyatakan dampak tumpahan minyak di Teluk Balikpapan ini masuk
kategori "pencemaran berat" karena termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

"Kerusakan yang ditimbulkan cukup serius, bukan hanya ekosistem lautnya, tetapi juga
terpaparnya manusia," kata Fathur Roziqin Fen, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Kalimantan
Timur, Selasa (03/04) kepada BBC Indonesia, melalui sambungan telepon.

"Karena aroma menyengat, yang seperti aroma solar, masih dirasakan warga kota Balikpapan,"
ungkap Fathur.

Menurutnya, dampak tumpahan minyak di Teluk Balikpapan ini masuk kategori "pencemaran
berat" karena termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.

Karena itulah, Fathur dan sejumlah pegiat lingkungan hidup di Kaltim mendesak agar aparat
hukum mengungkap siapa yang bertanggungjawab atas tumpahan minyak ini.

"Kami mendesak penegak hukum untuk membuka temuan investigasi yang telah dan sedang
dilakukan," katanya. Hal ini untuk memastikan tindakan hukum yang akan ditempuh,
tambahnya.
Tanggapan Pertamina

Bagaimanapun pihak berwenang belum berhasil mengungkap sumber tumpahan minyak, meski
tudingan antara lain sempat diarahkan ke fasilitas milik Pertamina.

Image caption Kapolda Kaltim Irjen Polisi Priyo Widyanto mengatakan penyelidikan kasus ini
masih berlangsung, termasuk pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium atas
sample minyak yang tumpah.

Sebuah tuduhan yang langsung diluruskan oleh General Manager PT Pertamina RU 5


Balikpapan, Togar MP, kepada wartawan di Balikpapan, Sabtu (31/03), tidak lama setelah
terbakarnya tumpahan minyak di Teluk Balikpapan.

"Pipa Pertamina dari Penajam ke Balikpapan, berada dari jauh dari titik api yang terjadi tadi
(Sabtu) siang," kata Togas MP.

Dia menjamin bahwa tumpahan minyak itu bukan berasal dari fasilitas Pertamina. Dia juga
menegaskan bahwa tidak ada kebocoran pipa minyak mentah distribusi Lawe-lawe.

Secara terpisah, Kapolda Kaltim Irjen Polisi Priyo Widyanto mengatakan penyelidikan kasus ini
masih berlangsung, termasuk pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium atas
sample minyak yang tumpah:

"Pihak Puslabfor sudah mengambil (contoh minyak yang tumpah), kemudian dibawah ke
laboratorium apakah jenis minyaknya. Hasilnya akan diketahui setelah ada pemeriksaan," kata
Priyo Widyanto kepada wartawan Smart FM di Balikpapan, Debi Aditya, untuk BBC Indonesia,
Selasa (03/04).

"Kita akan menyelidiki, apakah tumpahan minyak itu dari kapal yang membuang limbah, apakah
jalur pipa, itu belum bisa kita pastikan sekarang. Masih kita verifikasi ya," tandasnya.

Warga Bintan Cemas, Air Laut di Pantai


Lagoi Tiba-Tiba Menghitam

Batamnews.co.id

10 Jan 2018, 13:30 WIB


Limbah hitam di pantai Lagoi, Bintan, yang menerpa pantai beberapa hari terakhir (Foto:
Batamnews)

Bintan - Tumpahan limbah minyak hitam (sludge oil) mencemari pantai kawasan pariwisata
Lagoi, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Selasa, 9 Januari 2018. Akibatnya, tiga resort dan
penakaran penyu mengalami kerusakan dan kotor.

Resort yang paling besar terkena dampaknya adalah Nirwana Garden's Resort, Sanchaya, dan
Angsana. Kemudian juga penangkaran penyu di Laguna Bintan.

"Pemandangan limbah minyak hitam di pantai ini sudah biasa. Karena tindakan dari pemerintah
setempat juga tidak ada," ujar salah satu warga Kampung Baru Lagoi, Sapri.

Batamnews.co.id memberitakan, perairan ini sering dilewati kapal-kapal asing. Namun, tidak
jarang kapal-kapal asing ini membuang limbah yang sudah bercampur bahan kimia itu ke laut.

Limbah yang awalnya berwarna bening itupun terbawa arus hingga sampai ke pantai. Ketika itu
juga limbah berubah menjadi cairan berwarna hitam dan berbentuk gumpalan.

"Kalau limbah itu dibuang di tempat penampungan, otomatis biayanya sangat besar. Jadi dari
pada keluarin banyak uang, mereka memanfaatkan cuaca buruk ini untuk buang limbah," kata
Sapri.
Gerak Cepat Warga Bersihkan Limbah

Bapak tiga anak ini berharap pemerintah daerah dan pusat segera bertindak. Jangan sampai laut
milik NKRI ini dijadikan septic tank oleh kapal-kapal raksasa milik negara asing.

"Kita harapkan pemerintah segera mengambil langkah tegas. Jangan sampai pembuangan limbah
ini menjadi genda rutin tahunan bagi kapal-kapal asing di laut internasional," jelasnya.

Pengelola Pelestarian Penyu milik Angsana Resort, Renal membenarkan jika limbah minyak
hitam melanda kawasan ini. Namun, pihak hotel langsung melakukan pembersihan karena turis
merasa terganggu dan tidak nyaman.

"Sejak pagi sudah kami bersihkan. Bahkan, kami pasang tanda larangan bermain di pantai saat
aktivitas pembersihan itu berjalan. Karena turis merasa terganggu dengan keberadaan limbah
itu," katanya.

Usai membersihkan limbah-limbah itu dari pantai dan kandang penyu. Selanjutnya, limbah itu
pun dibuang ke dalam sebuah drum pemberian pemerintah sejak 2017 lalu.

"Pemerintah sudah memberikan perhatian. Yaitu menyediakan drum penampungan limbah.


Drum berisikan limbah itu juga akan dijemput oleh petugas khusus dari pemerintah," Renal
menandaskan.

Anda mungkin juga menyukai