BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang
berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat
kesehatan yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan
sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan
pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap
4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860
orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240
orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per
100.000 penduduk.
Berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2006 , kasus leukemia (5,93%) berada pada peringkat kelima
setelah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker hati dan saluran empedu
intrahepatik, limfoma non-Hodgkin dari seluruh pasien kanker rawat inap
rumah sakit di Indonesia.
Data yang diperoleh dari rekam medik di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun
2005-2009 ditemukan penderita leukemia rawat inap sebanyak 116 orang.
Rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2005 jumlah penderita 27 orang, tahun
2006 jumlah penderita 25 orang, tahun 2007 jumlah penderita 20 orang, tahun
2008 jumlah penderita 26 orang, dan tahun 2009 jumlah penderita 18 orang.
Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia
menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya
meninggal karena penyakit tersebut, Hampir 90% dari semua penderita yang
terdiagnosa adalah dewasa (Wikipedia, 2000).
Sementara itu berdasarkan data registrasi kanker berbasis rumah sakit di DKI
Jakarta tahun 2005, kanker pada anak usia 0-17 tahun terbanyak adalah
leukemia (33,7%), neuroblastoma (7%), retinoblastoma (5,3%), osteosarcoma
(4,8%), dan Lyphoma Non Hodgkin (4,8%) ( dinkes, 2005).
Para ahli kedokteran sampai saat ini masih meraba penyebab terjadinya
penyakit tersebut karena banyak faktor penyebab namun belum ada yang
mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk
mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang
leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit leukemia, cara
diagnosa dan penyembuhannya.
Dari uraian di atas, penyakit leukimia ini harus ditangani dengan tepat agar
penderita tidak terjangkit penyakit lainnya karena tranfusi yang tidak steril.
Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit leukimia ini dan sebagai pemenuhan
tugas pada blok sistem imun dan hematologi.
Definisi Leukimia
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur
atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen
sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus,
dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal
dan kulit (Reeves, 2001).
Klasifikasi
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor genetik seperti virus tertentu menyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
2. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.
3. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya
4. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
5. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
6. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
7. Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya
benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma
Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
1. Sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu
perkembangan (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177).
Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.
Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,
faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra
medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri
persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175).
Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
Menurut Soedoyo, 2007, manifestasi klinis leukemia dibagi menjadi :
Komplikasi
Menurut Betz, 2000 komplikasi leukemia adalah :
1. Kelelahan
2. Perdarahan, epistaksis, ptekie
3. Splenomegali
4. Stroke
5. Infeksi
Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC
kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling
baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang
baik pada anak sembarang umur.
17. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan (Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan
pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi,
konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak
menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode
intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas
keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama
beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang
dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin
(antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin
(menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol,
siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel
selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
1. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke
otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
TINJAUAN KASUS
Tn. I usia 40 tahun, agama Islam, alamat tinggal jln. Ratu Jambi, pekerjaan buruh,
masuk rumah sakit tanggal 8/11/2011, ruang isolasi, interne. Klien masuk rumah sakit
dengan alasan sesak nafas yang tidak tertahan sejak 2 hari yang lalu,klien mengatakan
demam, tidak enak badan, tidak nyaman (gerah), klien juga mengatakan tidak ada
nafsu makan sejak 5 hari yang lalu, BB sebelum sakit 60 kg. Saat pengkajian
didapatkan data: klien tampak sesak, tampak menggunakan otot bantu napas, klien
tampak pucat, tampak terpasang oksigen 3 liter. Klien tampak demam, klien tampak
berkeringat, badan klien tampak kurus dan klien tampak lemah. Dari hasil
pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/I, RR :
37x/I, S : 38,60C, konjungtiva anemis, sianosis, kafilarevil 4 detik, akral teraba
dingin, mukosa bibir kering, tubuh klien teraba hangat, klien terlihat gelisah, BB
klien turun 3 kg sejak sakit, BB saat pemeriksaan 57 Kg, makan yang dihabiskan
hanya ¼ porsi, mual (+), muntah (+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
hasil lab : Hb: 6,7 gr/dl, leukosit: 16.500 ml3, trombosit: 340.000 ml3.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jln. Ratu Jambi
Tanggal masuk : 8 November 2011
Unit : Rawat Inap
Ruang : Interne
Kelas : Iso
2. Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit dengan alasan sesak nafas yang tidak tertahan sejak
2 hari yang lalu,klien mengatakan demam, tidak enak badan, tidak nyaman
(gerah), klien juga mengatakan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu,
BB sebelum sakit 60 kg.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian pada Tn. I didapatkan : klien tampak sesak, tampak
menggunakan otot bantu napas, klien tampak pucat, tampak terpasang oksigen
3 liter. Klien tampak demam, klien tampak berkeringat, badan klien tampak
kurus dan klien tampak lemah. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian
diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/I, RR : 37x/I, S : 38,60C, konjungtiva
anemis, sianosis, kafilarevil 4 detik, akral teraba dingin, mukosa bibir kering,
tubuh klien teraba hangat, klien terlihat gelisah, BB klien turun 3 kg sejak
sakit, BB saat pemeriksaan 57 Kg, makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi,
mual (+), muntah (+).
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah mengalami penyakit seperti ini.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengalami penyakit hipotensi.
f. Pemeriksaan Spritual
Istri dan anak klien mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan ayahnya.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : sadar/compos mentis
3. Kepala :
a. Lingkar kepala : 55 cm
b. Rambut : kebersihan.(bersih) warna. (hitam) Tekstur (kasar) distribusi
rambut.(merata) Kuat/mudah tercabut
( kuat ).
4. Mata :
a. Simetris : iya
b. Serumen : tidak ada peningkatan sekret
c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
Septum simetris :ya
Sekret :tidak ada peningkatan sekret
Polip :tidak
7. Mulut :
b. Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yang di atas)
8. Leher :
9. Dada/pernafasan :
a. Inspeksi : simetris
12. Perut :
16. Kulit :
a. Warna :sawo matang
b. Turgor :kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas :ada purpura di abdomen
d. Elastisitas :elastic
1. Nervus 1 (oltautorius)
Klien dapat membau makanan,dapat membedakan aroma dan bau.
1. Nervus 2 (optikus)
Klien dapat menggerakkan bola mata,otot mata normal,penglihatan kiri dan kanan
normal, jauh jarak pandang normal
1. Nervus 3 (coculomotorus)
Klien dapat menggerakan bola mata secara bersamaan seperti
mangadip,menutup,membuka secara bersamaan.
1. Nervus 4 (troclearis)
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menggerakkan bola mata untuk melirik
bawah dan samping.
1. Nervus 5 (trigewitis)
Untuk seluruh otot wajah dan mulut klien tidak mengalami kekakuan dan klien dapat
merasakan rangsangan
1. Nervus 6 (obdusens)
Mata kiri/kanan mampu menggerakkan bola mata ke arah tengah dan menjauhkan
sumbu tubuh
1. Nervus 7 (tacialis)
Wajah klien simetris dan ketajaman pengecapan baik.
1. Nervus 8 (vortibular)
Dapat menerima rangsangan suara dan kepala mampu berorientasi
1. Nervus 9 (glesso paringeus)
Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan..
1. Nervus 10 (vasus)
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan
1. Nervus 11 (asesorius)
Kemampuan mobilitas leher klien baik dan mampu mengangakat bahu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
1. Laboratorium :
ANALISA DATA
Nama : Tn. I
Umur : 40 Tahun
NO Sympthom Etiologi Problem
Ds :
Klien mengatakan sesak
napas yang tidak tertahan sejak 2
hari yang lalu.
Do :
Klien tampak sesak
Penurunan
Klien tampak menggunakan Gangguan perfusi
1. komponen
otot bantu pernapasan jaringan (perifer)
pengangkut O2.
RR : 37 x/menit
TD : 80/50 mmHg
Wajah klien tampak pucat
konjungtiva tampak anemis
ujung jari klien tampak
sianosis
kafilarevil 4 detik
akral klien teraba dingin
Hb : 6,7 gr %
Klien terlihat gelisah.
Ds :
klien mengatakan demam
Klien mengatakan tidak
enak badan
Klien mengatakan tidak
nyaman (gerah) Proses inflamasi
2. Do : Hipertermi
penyakit
klien tampak demam
klien tampak berkeringat
tubuh klien teraba hangat
S : 38,6 0C
leukosit: 16.500 ml3
Ds :
klien mengatakan tidak ada
nafsu makan sejak 5 hari yang lalu
Klien mengatakan BB
sebelum sakit 60 kg
Do :
badan klien tampak kurus
klien tampak lemah Perubahan nutrisi
3. mukosa bibir klien kering Mual, muntah kurang dari
kebutuhan tubuh
BB klien turun 3 kg sejak
sakit
BB saat pemeriksaan 57 Kg
makan yang dihabiskan
hanya ¼ porsi
mual (+)
muntah (+)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Nama : Tn. I
Umur : 40 Tahun
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
Gangguan Tujuan :
perfusi Setelah
jaringan diberikan
(perifer) tindakan Dengan
berhubungan keperawatan mengetahui penyebab
dengan selama 3 x perawat dapat
penurunan 24 jam, Mandiri : mengkaji dan
komponen diharapkan Kaji yang m menghilangkan
pengangkut perfusi endasari dan banyaknya penyebab. Banyaknya
O2ditandai jaringan darah yang keluar darah yang dikeluarkan
dengan : perifer dapat diberikan
Kaji TTV
Ds : kembali intervensi yang tepat
Bantu klien
Klien efektif Untuk menent
dengan untuk meninggikan
mengatakan ukan intervensi
Kriteria posisi kepala lebih
sesak napas selanjutnya
1. tinggi daripada badan
yang tidak hasil: Posisi kepala
tertahan sejak Kulit Kolaborasi :
lebih tinggi kira- kira 30
2 hari yang membran Pemberian
mukosa O2sesuai indikasi – 450 dapat
lalu. mempertahankan
tidak pucat
Do : masukan O2 yang
Klien Satu
adekuat, agar kebutuhan
tampak sesak rasi oksigen tubuh terhadap O2
normal (97
Klien dapat terpenuhi
%)
tampak Kolaborasi :
menggunakan Pemberian O2
otot bantu sesuai indikasi dapat
Capi
pernapasan memenuhi kebutuhan
llary refill
RR : normal (2 – O2klien
37 x/menit 3 detik)
TD : Intak
80/50 mmHg e dan output
Wajah seimbang
klien tampak
pucat
konjun
gtiva tampak
anemis
ujung
jari klien
tampak
sianosis
kafilar
evil 4 detik
akral
klien teraba
dingin
Hb :
6,7 gr %
Klien
terlihat
gelisah.
Hipertermi Setelah
Mandiri :
berhubungan dilakukan 1. Suhu 38 sampai 41,1
1. Pantau suhu tubuh
dengan proses tindakan menujukan adanya
pasien perhatikan
inflamasi keperawatan infeksius akut.
adanya
penyakit selama 2 x
mengiggil/diafores.
ditandai 24 jam 2. Suhu ruangan
dengan : diharapkan /jumlah selimut harus di
2. Pantu suhu
Ds : suhu tubuh ubah untuk
lingkungan,batasi/tamb
klien klien mempertahankan suhu
ahkan linen tempat
2. mengatakan kembali mendekati normal.
tidur sesuai indikasi.
demam normal
dengan KH 3. Dapat membantu
Klien 3. Berikan kompres
: mengurangi demam,
mengatakan mandi hangat hindari
penggunaan air
tidak enak penggunaan alkohol.
es/aklhokol
badan Pada daerah frontalis
mungkinmenyebabkan
Klien dan aksila.
Tida kedinginan,
mengatakan k peningkatan suhu secara
tidak nyaman 4. Berikan selimut
mengalami actual.
(gerah) komplikasi pendingin. 4. Di gunakan untuk
yang mengurangi demam
Do : berhubunga umumnya lebih besar
klien n. dari 39,5°csampai 40°c
tampak S : pada waktu terjadi
demam 36,5- 5. Anjurkan klien kerusakan /gangguan
37,5 0C. memakai pakaian tipis pada otak.
klien dan mudah menyerap
tampak Leuk keringat. 5. Dengan pakaian tipis
berkeringat osit : 5000-
dan menyerap keringat
tubuh 10000/ml3.
maka akan mengurangi
klien teraba Kolaborasi: penguapan
hangat 1. Berikan antipiretik,
S : Misalnya aspirin
0
38,6 C asetaminofen
leukosi 1. Di gunakn untuk
t: 16.500 ml 3 memgurangi demam
dengan aksi sentral nya
kepada hipotalamus.
Perubahan Tujuan: Mandiri:
nutrisi kurang Setelah Kaji kebiasaan
dari melakukan diet, masukan makan Pasien distress
kebutuhan tindakan saat ini. Catat derajat pernapasan akut sering
tubuh keperawatan kesulitan makan menderita karena
berhubungan selama 3 x dispnea, produksi
dengan 24 jam sputum dan obat.
anoreksia diharapkan Berikan
ditandai nutrisi klien perawatan oral sering
dengan : dapat Rasa tak enak,
Ds : terpenuhi bau dan penampilan
3. klien secara adalah pencegah utama
mengatakan adekuat. terhadap napsu makan
tidak ada dan dapat membuat
nafsu makan mual dan muntah
sejak 5 hari Kriteria dengan peningkatan
yang lalu Hasil: kesulitan napas.
Klien Nafs
mengatakan u makan
BB sebelum klien Berikan Dapat
sakit 60 kg meningkat makanan porsi kecil meningkatkan masukan
Do : Kea dan sering.
badan daan umum
klien tampak klien
kurus membaik Kolaborasi:
klien Puca Konsul dengan
tampak lemah t hilang. ahli diet / gizi untuk
memberi makanan yang Metode
mukos
mudah dicerna. makanan dan kebutuhan
a bibir kering kalori didasarkan pada
BB situasi / kebutuhan
klien turun 3 individu untuk
kg sejak sakit memberikan nutrisi
BB maksimal.
saat
pemeriksaan
57 Kg
makan
yang
dihabiskan
hanya ¼ porsi
mual
(+)
munta
h (+)
(Doenges, Marilynn E. 1999.)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. X
Umur : 10 Tahun
Diagnosa
N Hari/Tang
Keperawat Implementasi Evaluasi
O gal
an
S : Klien mengatakan
sesak berkurang
Mengkaji TTV
o TD : 100/60 O : RR = 24 x/i
mmHg N : 100x/I
o N : 110x/I Terpasang O2 3 liter
A : Masalah belum
o RR : 29x/I teratasi
o S : 37,50C
Membantu klien P : Intervensi
1 untuk meninggikan posisi dilanjutkan
1. November Dx 1 kepala lebih tinggi daripada 1. Mengk
2011 badan. aji TTV
Hasil : klien mengatakan 2. Memb
sesak sedikit berkurang. antu klien
Kolaborasi : untuk
Memberian O2sesuai meninggikan
indikasi(3 liter) posisi kepala
lebih tinggi
dari pada
badan.
3. Memb
erikan
O2sesuai
indikasi (3
liter).
S : Klien mengatakan
nyerinya sedikit
Mengkaji keluhan berkurang
nyeri, perhatikan lokasi atau O : Klien tampak
karakter dan intensitas (skala meringis
0-10). Skala nyeri 4
Hasil : klien mengatakan A : masalah teratasi
nyeri dibagian sirkumsisi sebagian
dengan skala 4. P : Intervensi
dilanjutkan
Memberikan Mengkaji
tindakan kenyamanan dasar keluhan nyeri,
contoh tekhnik relaksasi, perhatikan lokasi atau
perubahan posisi dengan karakter dan
sering. intensitas (skala 0-10)
1
2. November Dx 2 Hasil : klien tampak sering Memberikan
2011 merubah posisinya. tindakan kenyamanan
Memberikan dasar contoh tekhnik
kompres hangat pada lokasi relaksasi, perubahan
nyeri. posisi dengan sering.
Hasil : klien mengatakan o Memb
nyeri sedikit berkurang erikan kompres
setelah dikompres dengan air hangat pada lokasi
hangat. nyeri
Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan analgetik, Memberikan
sesuai indikasi. analgetik, sesuai
indikasi.
1.
2.
Saran