BAB I
PENDAHULUAN
Edema paru adalah salah satu kondisi kegawatan yang tersering dan
sangat mengancam jiwa. Penatalaksanaan yang agresif harus segera
dilakukan setelah dicurigai diagnosis edema paru. Tanda dan gejala yang
tampak adalah representasi perpindahan cairan dari kompartemen
intravaskular ke dalam jaringan interstisial dan selanjutnya ke dalam alveoli.
Kelainan kardiak dan nonkardiak dapat menyebabkan edema paru sehingga
kita harus mengetahui kondisi dasar yang mencetuskan edema paru agar
penatalaksanaan yang dilakukan tepat dan berhasil. Kadang masalahnya
kompleks karena pada pasien selain terdapat problem kardiak sekaligus
terdapat juga problem nonkardiak (Subagyo, 2013).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada klien
dengan edema paru akut
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian edema paru akut
2. Mengetahui etiologi edema paru akut
3. Mengetahui faktor resiko edema paru akut
4. Mengetahui patofisiologi edema paru akut
5. Mengetahui manifestasi klinis edema paru akut
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik edema paru akut
7. Mengetahui penatalaksanaan edema paru akut
8. Mengetahui pencegahan edema paru akut
9. Mengetahui komplikasi edema paru akut
10. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien edema paru akut
1.4 Manfaat
1.4.1 Akademi
Menambah wawasan para akademisi, khususnya mahasiswa
keperawatan, serta menambah literatur pembelajaran tentang asuhan
keperawatan gawat darurat pada klien dengan edema paru akut.
1.4.2 Praktek Klinik
Mengetahui serta dapat menerapkan asuhan keperawatan
gawat darurat pada klien dengan edema paru akut dengan tepat.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi
di ekstravaskuler dalam paru (Muttaqin, 2012).
28
2.3 Etiologi
Walaupun lebih mudah mengelompokkan edema paru menjadi
kardiogenik dan nonkardiogenik namun pengelompokan tersebut tidak benar-
benar tegas. Ada tumpang tindih pada penampilan klinis, patofisiologi dan
tatalaksana kedua kelompok edema paru tersebut. (Kidess, 1995; Subagiyo,
2012) membagi edema paru berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :
1. Ketidakimbangan Starling-Force
a. Peningkatan tekanan vena pulmonalis
- Tanpa gagal ventrikel kiri (misal: stenosis mitral)
- Sekunder karena gagal ventrikel kiri
b. Penurunan tekanan onkotik plasma, pada hipoalbuminemia
c. Peningkatan tekanan negative interstisial, pada tatalaksana
pneumotoraks dengan tekanan negative yang tinggi
2. Gangguan permeabilitas membrane kapiler alveoli
a. Pneumonia (bakteri, virus atau parasit)
29
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik
dan non-kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya
sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah
Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut
disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya
faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita payah jantung kiri kronik.
2.6 Patofisiologi
32
Edema paru akan terjadi bila mekanisme normal untuk menjaga paru
tetap kering terganggu seperti tersebut di bawah ini (Flick, 2000; Alpert
2002):
- Permeabilitas membran yang berubah.
- Tekanan hidrostatik mikrovaskuler yang meningkat.
- Tekanan peri mikrovaskuler yang menurun.
- Tekanan osmotik/onkotik mikrovaskuler yang menurun.
- Tekanan osmotik/onkotik peri mikrovaskuler yang meningkat.
- Gangguan saluran limfe.
33
PATHWAY
Isufisie
nsi Unkwno
AR
lim wn
S
D fati
k
Gagal Pnemonia Post. Lung Pulmonary
jantung transplant Embolism
Aspirasi As.
kiri Lymphangitic Eclamasia
Lambung carsinomiclos High
is altitude
Bahan Toksik
Silicosis Pulmonary
inhalan edema
34
Ketidakseimban
gan
Staling Force
Cairan
berpinda
h ke
interstiti
al
Akumulasi cairan berlebih (transudat / eksudat)
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis
Pada tempat terjadinya peningkatan tekanan, terapi dilakukan
dengan tujuan untuk mengurangi tekanan hidrostastik yang
menyebabkan edema paru. Tujuan terapi yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas adalah untuk menghilangkan faktor
penyebab perlukan paru, perbaikan keadaan umum dan member
kesempatan pada paru untuk membaik, serta mengurangi tekanan yang
menyebabkan pergeseran cairan melalui barrier yang terluka.
1. Penatalaksanaan Edema Paru Non Kardiogenik (ARDS)
a. Suport
Mencari dan menterapi penyebabnya. yang harus dilakukan
adalah: Suport Kardiovaskular, Terapi Cairan, Renal Suport,
Pengelolaan Sepsis
b. Ventiasi
Menggunakan Ventilasi protective lung atau protocol ventilasi
ARDS.
2. Penatalaksanaan Edema Paru kardiogenik
Sasarannya adalah:
- Mencapai oksigenisasi adekuat
- Memelihara stabilitas hemodinamik
- Mengurangi stress miokard dengan menurunkan preload dan
afterload
Penatalaksanaan:
- Posisi setengah duduk - Diuretik
- Oksigen terapi - Inotropik
- Morphin IV 2,5mg - Nitroglycerine
Bukti penelitan menunjukkan bahwa pilihan terapi yang
terbaik adalah: Vasodilator intravena sedini mungkin
(Nitroglycerine, nesiride, nitropruside) dan diuretik dosis rendah.
Nitroglycerine merupakan terapi lini pertama pada semua pasien
AHF dengan tekanan darah sistolik > 95-100mmHg dengan dosis
20μg/min sampai 200μg /menit (Rekomensi ESC IA). Bahkan dosis
38
Penatalaksanaan spesifik
Terapi:
- Furosemide IV 0,5-1,0 mg/kg
- Morphine IV 2-4 mg
- Oksigen intubasi sesuai kondisi pasien
- Nitroglycerin SL, berikan 10-20 mcg/min IV bila SBP
1st line
>100 mmHg
of Action
- Dopamin 5-15 mcg/kg/min IV bila SBP 70-100 mmHg
dan muncul tanda dan gejala syok
- Dobutamine 2-20 mcg/kg/min IV bila SBP 70-100 mmHg
dan tidak muncul tanda dan gejala syok
Periksa tekanan
darah
Bila SBP
>100 mmHg dan <30
2nd line
mmHg dibawah nilai normal of Action
ACE Inhibitors
Short acting,
misalnya captopril
(6,25
Tindakan dignostik mg)
selanjutnya
- Pulmonary artery chateter
- Echocardiography
- Angiography untuk MI/ischemia
- Pemeriksaan dignostik tambahan
41
3rd line
of Action
2.9 Komplikasi
Jika edema paru terus menerus, dapat meningkatkan tekanan di arteri
pulmonalis dan akhirnya ventrikel kanan mulai gagal. Ventrikel kanan
memiliki dinding lebih tipis dari otot dari pada sisi kiri karena berada di
bawah sedikit tekanan untuk memompa darah ke paru-paru. Peningkatan
tekanan punggung atas ke atrium kanan dan kemudian ke berbagai bagian
tubuh, sehingga dapat menyebabkan:
- Kaki bengkak (edema)
- pembengkakan abdomen (ascites)
- Penumpukan cairan dalam membran yang mengelilingi paru-paru (efusi
pleura)
- Kemacetan dan pembengkakan hati
Bila tidak diobati, edema paru akut bisa berakibat fatal. Dalam
beberapa kasus dapat berakibat fatal bahkan jika menerima pengobatan
(Mayo Clinic Staff, 2011).
2.10 Pencegahan
Dalam hal tindakan-tindakan pencegahan, tergantung pada
penyebab dari pulmonary edema, beberapa langkah-langkah dapat
diambil.Pencegahan jangka panjang dari penyakit jantung dan serangan-
serangan jantung, kenaikan yang perlahan ke ketinggian-ketinggian yang
tinggi, atau penghindaran dari overdosis obat dapat dipertimbangkan
sebagai pencegahan. Pada sisi lain, beberapa sebab-sebab mungkin tidak
sepenuhnya dapat dihindari atau dicegah, seperti ARDS yang disebabkan
oleh infeksi atau trauma yang berlimpahan.
b. Keluhan Utama
Merupakan manifestasi klinis yang dirasakan oleh pasien, antara lain
sesak, takikardi, stupor atau penurunan kesadaran.
c. Riwayat cedera atas dasar SAMPLE pada pasien sadar, pasien tidak
sadar dengan SAMPLE
S : Gejala (symptom)
A : Alergi (Allergies)
M : Pengobatan/terapi (Medication)
P : Riwayat penyakit dahulu (Past medical history)
L : Makan dan minum terakhir (Last oral intake)
E : Kejadian sebelum insiden (Event)
d. Airway
Ada tidaknya obstruksi jalan nafas seperti apneu, mendengkur, bunyi
kumur dan stridor.
e. Breathing
Lakukan “Look, listen and feel”. Look: lihat pergerakan dinding dada,
listen: dengarkan suara nafas, listen: rasakan hembusan nafas.
f. Circulation
Pemeriksaan terhadap nadi, warna kulit, perdarahan dan tanda-tanda
penurunan perfusi (keringat dingin, pucat, nadi cepat).
g. Dissability
Menilai kesadaran dengan cepat dengan AVPU, tidak dianjurkan
mengukur Glasgow Coma Scale.
A : Alert (sadar dan berorientasi baik)
V : Merespon rangsangan verbal (sadar tapi binggung atau tidak sadar
tapi merespon rangsangan verbal dengan cara tertentu)
P : Merespon ransangan nyeri/Pain (tidak sadar tapi merangsang nyeri
dengan cara tertentu)
U : Tidak merespon/Unresponsive (tidak ada reflek muntah atau batuk)
h. Eksposure
Melepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar diketahui semua cedera
yang mungkin terjadi. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang maka imobilisasi harus dikerjakan
i. Vital sign
Jika tekanan darah dibawah 80 mmHg menunjukkan tanda-tanda syok.
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
- Inspeksi adanya luka deformitas, asismetris, depresi dan
perdarahan pada wajah dan daerah kepala, keadaan sekitar mata,
apakah pupil simetris, reaksi cahaya
- Ketajaman penglihatan
- Palpasi tulang wajah adanya deformitas, asimetris dan terderness
- Inspeksi Warna bibir dan rongga mulut, status hidrasi, perdarahan,
obstruksi, adanya gigi yang patah, oedem lidah atau faring, atau
memar pada lidah, luka bakar pada wajah, alis, dan rambut, cairan
atau darah dalam telinga, cairan atau darah dari hidung
43
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Penurunan curah jantung
d. Intoleransi aktivitas
e. Ansietas
f. Ketidakpatuhan
1. Respiratory rate
2. Suara perkusi
3. Penggunaan otot bantu
pernapasan
4. Retraksi dada
5. Gangguan ekspirasi
6. pH arteri
7. Sianosis
8. Samnolen
9. Gangguan kognisi
10. Temuan abnormal pada
x-ray dada
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. Sinden (41 tahun) mengalami keluhan sesak napas saat beraktivitas
sejak ± 1 minggu SMRS, batuk, mual muntah dan mengaku setiap tidur harus
menggunakan 2 bantal agar tidak sesak. Sesak napas memberat sejak 1 hari
SMRS. Pada 07/03/2011 pasien dibawa keluarga ke RS Vardgifare dan
dirawat di ruang jantung. Pada 09/07/2011 jam 07.15, pasien apneu kemudian
dilakukan RJPO selama ± 15 menit. Pasien ROSC dan dipindah ke ICCU.
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
No. RM : 832185
Alamat : Sidoarjo
Telepon :
08123xxxxxxx
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja :-
Dx. Medis : ALO
Nama keluarga dekat yang dapat
dihubungi :
Nama : Tn. B
Hubungan : Suami
Alamat : Sidoarjo
Pekerjaan :
Wirasawasta
1
B. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Sesak napas saat beraktivitas
2. Riwayat cedera dengan data SAMPLE
a. Symtom/sign : Klien terlihat pucat, wajah pasien terlihat sesak,
pernafasan cuping hidung.
b. Alergi : Tidak ada alergi
c. Medikasi : keluarga pasien mengatakan mengosumsi obat-obatan
untuk hipertensi dan jantung tetapi keluarga pasien tidak tahu obat
apa yang dikonsumsi.
d. Past Medical History : Pasien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi ± 2 tahun lalu, 10 bulan yang lalu klien di diagnosa
meangalami penyakit jantung dan tidak memiliki riwayat DM dan
penyakit menular.
e. Last oral intake : 1 jam sebelum kejadian pasien makan
f. Event before incident : Menurut saksi mata (teman kantor) pasien
mengeluhkan sesak berat yang tiba-tiba disertai keringat dingin
seluruh tubuh dan dada berdebar-debar.
C. Data Obyektif
1. Kesadaran
Pasien somnolen dan kurang mampu berorientasi dengan baik
2. Airway (A)
Sesak, tidak terdapat obstruksi pada lidah, tidak terdapat muntahan,
edema pada saluran nafas atas, vokalisasi klien mengalami somnollen.
Intervensi: jaw trust.
3. Breathing (B)
Pernafasan spontan, gerakan dinding dada simetris lambat, pernafasan
30x/menit, terdapat penggunaan otot bantu nafas, retraksi otot dada (+),
tidak ada devisiasi trakea.
Intervensi: oksigen diberikan NRM 12 lpm,
4. Circulation (C)
Nadi 112x/menit, sianosis, diaporesis, tidak ada perdarahan ekstrenal,
ada distensi vena jugularis.
Intervensi: pasang infus pada tangan sebelah kanan menggunakan
noddle 16, dengan blood set, ambil sampel darah.
5. Disability (D)
Klien bangun ketika dipanggil.
6. Expossure
Melepaskan pakaian pasien yang basah, kemudian menyelimuti dengan
yang hangat.
7. Fullset of vital sign
TD 150/90 mmHg, nadi 112 x/menit, suhu 36,2°C, RR 30x/menit,
Intervensi: pasang monitor jantung, pulse oksimetri, kateter urin,
pemeriksaan lab, dan EKG, panggil keluarga.
8. Give Comfort
2
Beri sentuhan dan kuatkan secara verbal kepada klien dan keluarga.
9. Had to toe:
- Kepala dan leher
Bentuk simetris, rambut tumbh merata, tidak ada benjolan, kulit
kepala bersih, tidak ada luka. pupil miosis, distensi vena jugularis
(+). pucat (+).
- Thorax
Tidak terdapat deviasi trakea, tidak terdapat distensi vena jugularis,
RR 30x/menit, dangkal, dulness pada sebelah kiri dan kanan, retraksi
otot dada (+)
- Abdomen
Palpasi abdomen supel, bentuk flat, jejas (-),distensi abdomen (-),
tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-)
- Pelvis
Tidak ada darah yang keluar dari meatus externa, nyeri tekan (-),
instabilitas (-)
- Ektremitas
Ektremitas atas
Tidak terdapat luka, deformitas (-), memar/contusion (-), abratio
(-), burn (-), tenderness (-), laserasi (-), swelling (-), status
neurovaskuler: pallor (-), parestesia(-) pulselesness (-), paralysis
(-), poikilotermia (-), CRT >2 detik, teraba agak dingin, tangan
bisa digerakkan.
Ektremitas bawah
Status neurovaskuler normal, CRT >2 detik, akral dingin, fungsi
motorik dan sensorik normal, terdapat edema pada kaki kanan dan
kiri.
11. Terapi
Furosemid : 40 – 0 – 0 mg
Spiromolacton : 25 mg
ISDN : 3 x 10 mg
Captopril : 3 x 10 mg
Ceftriaxon : 2 x 1 gr (IV)
GG : 3 x 100 gr
Azythromycin : 1 x 500 gr
Combivent nebule : 2x/hari
4
(+)
- Distensi vena
jugularis (+)
- Pasien gelisah
tindakan laporkan
keperawatan curah 2. Auskultasi bunyi jantung
jantung mendekati 3. Palpasi nadi perifer
nilai normal 4. Catat output urin dan
Kriteria hasil : kepekatan konsentrasi urin
- Tidak sesak 5. Istirahatkan klien dengan
- Tidak gelisah tirah baring optimal
- TD dalam batas 6. Atur posisi tirah baring
normal yang ideal, kepala klien
- RR normal dan harus ditinggikan 20-30
regular cm atau klien didudukkan
- Denyut jantung di kursi
dan irama jantung 7. Kaji perubahan pada
teratur sensorik seperti letargi,
- Distensi vena cemas, dan depresi
jugularis (-) 8. Kolaborasi pemberian
- Odema berkurang oksigen
9. Kolaborasi pemberian diet
jantung
10. Pantau serial EKG
11. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Edema paru akut adalah akumulasi cairan tidak normal dalam ruang
ekstra vaskuler dan jaringan pada paru–paru, dimana hal tersebut dapat
terjadi karena penyakit jantung maupun penyakit di luar jantung (edema
paru kardiogenik dan non kardiogenik).
2. Kondisi klien dapat diperbaiki ketika klien menerima pengobatan yang
tepat, bersama dengan pengobatan untuk masalah yang mendasar untuk
pengobatan edema paru akut, pengobatan pada edema paru akut bervariasi
tergantung pada penyebabnya, tetapi umumnya termasuk oksigen dan
obat-obatan.
4.2 Saran
1. Diharapkan penulis selanjutnya melakukan penyusunan yang lebih
komplek tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
edema paru akut dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan.
2. Diharapkan pembaca lebih aktif dalam mencari informasi melalui media
cetak atau media masa untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan gawat darurat pada klien dengan edema paru akut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Braunwauld, Clinical aspect of heart failure; pulmonary edema. In : Braunwauld.
Heart Disease. A textbook of cardiovascular medicine. 6th edition. WB
Saunders; 7:553, 2001
Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology. 7th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 1997. 2007. pp 622 - 633
Hall, Guyton &. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007.
Mayo, Staff. 2011. Pulmonary Edema. Diakses melalui
http://www.mayoclinic.com/health/ pulmonary-
edema/DS00412/DSECTION=symptoms pada tanggal 28 November 2013,
jam 11.22 wib.
Nendrastuti & Soetomo, 2010. Edema Paru Akut Kardiogenik Dan Non
Kardiogenik. Majalah Kedokteran Respirasi Vol. 1. No. 3 Oktober 2010.
Subagyo, Ahmad. 2013. Edema Paru, Kelainan Akut Atau Kronik. Diakses
melalui http://www.klikparu.com/2013/02/edema-paru-kelainan-akut-
atau-kronik.html tanggal 6 November 2014, jam 14.01 wib.