Anda di halaman 1dari 7

SOME PEST IN CORN PLANTS (Zea Mays

L.) AND ITS PREVENTIONS

JOURNAL REVIEW OF PLANT PROTECTIONS LECTURE

By Group 2 :
a) Nur Muhammad Rabani
b) Gerhard Jonathan Marcellino Hutabarat
c) Raihanda Dwimart Mangawe
d) Nurul Fuady
e) Muhammad Iqbal
f) Murna Tobunggu
g) Theresya Angelicha
h) Putri Ramadhan
i) Alfianti
j) Lusye Anggraeny Rampatana

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018
AGROTROP, 6 (2): 128 - 136 (2016)

Dinamika Populasi Hama dan Penyakit Utama Tanaman Jagung Manis


(Zea mays saccharata Sturt) pada Lahan Basah dengan Sistem Budidaya
Konvensional serta Pengaruhnya terhadap Hasil di Denpasar-Bali

Oleh :
SALBERD FERDINAN RONDO, I MADE SUDARMA, GEDE WIJANA

1. PENDAHULUAN
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan salah satu komoditas pertanian
tanaman pangan yang banyak diminati masyarakat. Tetapi karena ladang budidaya
jagung manis terletak pada lahan sawah yang notabene adalah tanah basah yang sangat
lembab, Hama dan Penyakit mudah menjangkit ladang Jagung manis ini. Crop Protectin
Compendium (CPC) (2000) menyatakan bahwa serangan hama berupa lalat bibit dapat
merusak pertanaman hingga 80% bahkan 100%. Disamping lalat bibit, penggerek batang
juga ditemukan menyerang pertanaman jagung manis. Penggerek batang ini menyerang
seluruh fase tanaman jagung serta seluruh bagian tanaman jagung sehingga kedua jenis
hama ini merupakan hama utama dalam tanaman jagung manis. Kondisi lahan yang
lembab dan atau kondisi lahan yang kering, serta budidaya tanaman dengan teknik yang
kurang tepat seperti monokultur yang berkepanjang dan penggunaan bahan kimia seperti
pupuk dan pestisida yang tidak tepat juga berkontribusi dalam meningkatkan
pertumbuhan populasi hama penyakit. Hal ini menumbuhkan adanya dinamika populasi
hama dan penyakit pada areal pertanaman.

2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan daripada penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dinamika populasi hama dan serangan patogen penyebab penyakit di
lahan basah pada budidaya tanaman jagung, dan ;
b. Pengaruh faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan sistem budidaya konvensional yang
diterapkan) terhadap dinamika populasi hama dan penyakit serta pengaruhnya terhadap
hasil tanaman.
3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Dalam jurnal bagian ini membahas tentang tempat penelitian yang dilengkapi waktu, alat
dan bahan yang digunakan, cara kerja. Dan yang terakhir dibahas adalah cara
penganalisaan data; juga dilengkapi dengan rumus-rumus, ada sekitar 2 rumus yang
dipakai dalam jurnal ini.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil Pengamatan Dinamika Hama
Hasil pengamatan dinamika hama menunjukkan bahwa ada beberapa hama yang
menyerang pertanaman jagung manis, secara berurutan dari yang tertinggi laju
pertumbuhan populasinya yaitu :
a. Ulat Grayak, yang bertumbuh pada 8 minggu setelah tanam di wilayah lahan pertama
di Desa Sidakarya, dengan laju pertumbuhan populasi 2,9 ekor/minggu.
b. Belalang, yang bertumbuh pada 6 minggu setelah tanam di wilayah lahan ketiga di
Desa Kesiman, dengan laju pertumbuhan populasi 2,75 ekor/minggu
c. Ulat Tongkol, yang bertumbuh pada 8 minggu setelah tanam di wilayah lahan
pertama di Desa Sidakarya, dengan laju pertumbuhan populasi 1,4 ekor/minggu
d. Lalat Bibit, yang bertumbuh pada 2 minggu setelah tanam di wilayah lahan pertama
di Desa Sidakarya, dengan laju pertumbuhan populasi 1,3 ekor/minggu
4.2.Hasil Pengamatan Dinamika Penyakit
Hasil pengamatan dinamika penyakit menunjukkan bahwa ada beberapa penyakit yang
menyerang pertanaman jagung manis, secara berurutan dari yang tertinggi laju infeksi
penyakitnya yaitu :
a. Penyakit Karat, menyerang paling tinggi pada 4 minggu setelah tanam di wilayah
lahan ketiga di Desa Kesiman dengan laju infeksi 0,35 menit/hari.
b. Penyakit Hawar, menyerang paling tinggi pada 1 minggu setelah tanam di wilayah
lahan kedua di Desa Renon dengan laju infeksi 0,2 menit/hari
c. Penyakit Bulai, menyerang paling tinggi pada 5 minggu setelah tanam di wilayah
lahan pertama di Desa Sidakarya dengan laju infeksi 0,13 menit/hari.
5. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari artikel ini adalah sebagai berikut :
a. Dinamika hama utama tanaman jagung dipengaruhi oleh stadia tanaman, sedangkan
dinamika penyakit dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman.
b. Suhu dan kelembaban lingkungan tidak berpengaruh nyata terhadap dinamika hama
dan penyakit, melainkan oleh karena metode pertanaman konvensional yang
diterapkan oleh petani.
c. Hama utama tanaman jagung manis adalah belalang, lalat bibit, ulat grayak dan ulat
tongkol, sedangkan penyakit adalah hawar, karat dan bulai.
Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.2, No.2 : 726- 734 , Maret 2014

UJI EFEKTIVITAS NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS (NPV)


TERHADAP PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG JAGUNG
Ostrinia furnacalis Guenee (LEPIDOPTERA:PYRALIDAE) PADA
BERBAGAI INSTAR DI LABORATORIUM

Oleh :
Tri Yaninta Ginting, Syahrial Oemry, Mukhtar Iskandar Pinem

1. PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan dalam artikel ini berawal dari keinginan penulis ingin mencoba
suatu pendekatan baru dalam mengendalikan Hama tanaman Jagung, yaitu menggunakan
Agen Hayati yang berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Beberapa keuntungan
pengendalian hama dengan menggunakan agens hayati seperti yang dikemukakan oleh
Steinhaus (1956) dalam Hall (1973) antara lain: 1) patogen serangga relative aman bagi
lingkungan; 2) sebagian besar patogen tingkat spesifikasinya relatif tinggi sehingga
cenderung melindungi serangga berguna; 3) beberapa patogen dapat bersifat sinergis; 4)
relatif lebih murah dibandingkan insektisida sintetis dan beberapa patogen dapat
diproduksi sendiri; 5) pengaruh mikrobial patogen terhadap resistensi inangnya lambat;
dan 6) dosis yang dibutuhkan dalam pengendalian rendah (Trianingsih dan
Kartohardjono, 2009). Penggerek batang jagung O. furnacalis, merupakan hama utama
pada tanaman jagung yang menyerang daun dan menggerek batang jagung.

Nuclear polyhedrosis virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus patogen yang
membunuh beberapa jenis serangga hama, antara lain ulat grayak dan ulat pemakan
polong kedelai. NPV untuk ulat grayak disebut SlNPV (Borrelinavirus litura)dan untuk
pemakan polong disebut HaNPV (B. heliothis). Hasil percobaan laboratorium
menunjukkan bahwa NPV memiliki potensi
biotik tinggi, ditunjukkan oleh tingkat patogenisitasnya yang dinyatakan dengan nilai LC
(konsentrasi yang mematikan 50% populasi). LC SlNPV untuk ulat grayak adalah 5,4 x
103 polyhedra inclusion bodies (PIBs)/ml, sedangkan untuk ulat pemakan polong 6 x 103
PIBs/ml (Arifin, 2006).

2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi NPV dalam pengendalian hama
penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) pada berbagai instar di laboratorium.

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Dalam jurnal bagian ini membahas tentang tempat penelitian yang dilengkapi waktu; alat
dan bahan yang digunakan; Rancangan percobaan yang menggunakan Penelitian ini
menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor dan 3
ulangan. Faktor 1 : Konsentrasi NPV dengan 4 taraf, terdiri dari V0 = 0 (kontrol) ppm,
V1 = 1000 ppm (1 gr/1 liter), V2 = 2000 ppm (2 gr/ 1 liter), dan V3 = 3000 ppm (3 gr/ 1
liter). Faktor 2 : Instar larva dengan 3 taraf, terdiri dari L1 = instar 3, L2 = intar 4 dan L3
= instar 5.
Cara kerja penelitian ini dimulai dengan pengumpulan larva yang dilakukan di hamparan
kebun jagung Desa Namu Terasi, Kecamatan Sungai Bingai. Selanjutnya dilakukan
pembuatan suspensi virus NPV dengan dosis yang telah ditentukan yaitu 1000 ppm, 2000
ppm, dan 3000 ppm. Selanjutnya dilakukan aplikasi dengan cara menyemprot larva
dengan handsprayer. Bagian yang terakhir yang dibahas adalah cara penganalisaan data.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Pengaruh dosis NPV terhadap mortalitas
Hasil ujicoba pengaruh pemberian dosis NPV terhadap persentase mortalitas larva,
mulai dari mortalitas tertinggi sampai yang terendah adalah sebagai berikut :
a. Tingkat mortalitas tertinggi terlihat pada aplikasi V3 yaitu Pemberian dosis NPV
3.000 ppm yang menghasilkan mortalitas larva sebesar 86,08%.
b. Tingkat mortalitas tertinggi kedua terlihat pada aplikasi V1 yaitu Pemberian dosis
NPV 1.000 ppm yang menghasilkan mortalitas larva sebesar 83%.
c. Tingkat mortalitas tertinggi ketiga terlihat pada aplikasi V2 yaitu Pemberian dosis
NPV 2.000 ppm yang menghasilkan mortalitas larva sebesar 80%.
d. Tingkat mortalitas terendah terlihat pada aplikasi V0 yaitu variabel kontrol yang
menghasilkan mortalitas larva sebesar 7,52%.
4.2. Persentase mortalitas pada instar larva
Hasil ujicoba pengaruh instar larva terhadap persentase mortalitas larva, mulai dari
mortalitas tertinggi sampai yang terendah adalah sebagai berikut :
a. Variable L1 yaitu instar 3 merupakan variable yang menghasilkan mortalitas
tertinggi yaitu sebesar 60%.
b. Variable L2 yaitu instar 4 merupakan variable yang menghasilkan mortalitas
tertinggi kedua yaitu sebesar 55%.
c. Variable L3 yaitu instar 5 merupakan variable yang menghasilkan mortalitas
terendah yaitu sebesar 50%.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari artikel ini adalah :
a. Perlakuan aplikasi NPV 0-3000 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase
mortalitas, dengan mortalitas tertinggi pada V3 yaitu 86, 08% dan terendah pada V0
yaitu 7,52%.
b. Perlakuan instar larva berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mortalitas, namun
terdapat kecendrungan L1 lebih peka terhadap NPV dibandingkan dengan L2 dan L3.

Anda mungkin juga menyukai