Penyaji:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Angina Pektoris Tak Stabil/ Unstable Angina Pectoris”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada supervisor
kami, dr. Cut Aryfa Andra, Sp.JP(K) yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................. 3
1.3 Manfaat........................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
2.1 Definisi............................................................................................4
2.2 Etiologi............................................................................................4
2.3 Faktor Risiko...................................................................................5
2.4 Patofisiologi....................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................12
2.6 Diagnosis........................................................................................................12
2.7 Tatalaksana.....................................................................................................15
2.8 Prognosis........................................................................................................17
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT................................................................................24
BAB 4 FOLLOW UP........................................................................................................31
BAB 5 DISKUSI KASUS................................................................................................33
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
parsial hingga total ke miokard secara akut. Berbeda dengan angina pektoris
stabil, gangguan aliran ke miokard pada SKA bukan disebabkan oleh penyempitan
yang statis namun terutama akibat pembentukan trombus di dalam arteri koroner
3
yang bersifat dinamis.
Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial
infarction=STEMI) dan tanpa elevasi ST (Non ST elevation myocardial
infarction=NSTEMI) merupakan bahagian dari spektrum sindrom koroner akut
(SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil (unstable angina=UA), IMA
tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut (IMA)
merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju
mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh
kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit.
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American
Heart Association (AHA) perbedaan angina pektoris tak stabil (UAP) dan infark
miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) ialah apakah iskemia yang timbul
cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium dan adanya
4
petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis NSTEMI ditegakan
jika pasien dengan manifestasi klinis UAP menunjukan bukti yaitu adanya
5
nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung. Gejala yang paling
sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi salah satu gejala yang paling
sering didapatkan pada pasien yang datang ke IGD, diperkirakan 5,3 juta
kunjungan/tahun. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh UA/NSTEMI, dan
merupakan penyebab tersering kunjungan ke rumah sakit (RS) pada penyakit
jantung.
Angka kunjungan ke RS untuk pasien UA/NSTEMI semakin meningkat,
5
sementara angka infark miokard dengan elevasi (STEMI) menurun. The
American Heart Association (AHA, 2014) memperkirakan bahwa sebanyak
625,000 orang yang didiagnosa dengan SKA pada tahun 2010. Dari pada jumlah
tersebut, diperkirakan sebanyak 363.000 adalah laki-laki dan 262.000 adalah
perempuan. Oleh karena itu, penyaji tertarik untuk melaporkan kasus yang terjadi
di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2018 ini.
3
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
2.1 Definisi
Angina pectoris tak stabil terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
6
hipertensi, dan akumulasi lipid.
Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner
akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya.
Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung,
7
dikatakan mengalami infark.
Angina pektoris tak stabil, kadang-kadang disebut angina kresendo
ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat dan merupakan tanda
awal iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin irreversibel sehingga
7
kadang-kadang disebut angina prainfark.
2.2 Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menjadi penyebab baik
8
tersendiri ataupun bersamasama yaitu:
1. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran
koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis
dan pemakaian obatobatan simpatomimetik dapat meningkatkan
kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu keseimbangan antara
kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik
seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke
miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
4
5
menjadi lebihberat dua kali lipat. Penjelasan dalam hal ini karena perubahan
fungsi endotelvaskular dan trombogenesis. Pada orang tua ditandai dengan
peningkatan sirkulasi fibrinogen dan faktor VII. Kerusakan fungsi ginjal pada
orang tua juga dapat berkontribusi untuk meningkatkan trombogenesis melalui
efek rusaknya fungsi endotel dengan konsekuensi terganggunya aktivitas
15
fibrinolitik dan respons vasodilator koroner.
2. Jenis kelamin
Perbedaan genetik yang mendasar pada jenis kelamin yang berbeda
adalah kromosom XX bagi perempuan dan XY bagi laki-laki. Beberapa gen pada
kromosom Y berhubungan dengan banyak faktor risiko kardiovaskular, seperti
peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol LDL, dan kecenderungan
terhadap infark miokard. Pada wanita pasca menopause resistensi perifer
meningkat bersamaan dengan aktivitas simpatis, mungkinkarena kadar
estrogenmenurun sebab sensitivitas baroreflex diatur oleh hormon estrogen. Pada
usia >40tahun prevalensi gagal jantung lebih tinggi pada pria daripada pada
16
wanita, tapirasio ini menjadi terbalik pada usia diatas 80 tahun.
3. Riwayat keluarga menderita penyakit kardiovaskular
Riwayat keluarga merupakan refleksi dari predisposisi genetik. Riwayat
keluarga merupakan salah satu dari faktor risiko aterosklerosis yang tidak bisa
dimodifikasi. Terdapat beberapa jumlah lokus yang terkait dengan penyakit
17
aterosklerosis. Kromosom 9p21 merupakan lokalisasi dari genetik yang
berkaitan kuat dengan penyakit arteri koroner dan infark miokard seperti angina
15
pektoris tak stabil yang merupakan salah satu sindrom koroner akut
2.4 Patofisiologi
Proses patofisiologi yang dapat menyebabkan terjadinya angina tak stabil
antara lain adalah sebagai berikut :
Ruptur plak
Kejadian angina pectoris tak stabil diawali dengan terbentuknya
aterosklerosis yang kemudian rupture dan menyumbat pembuluh darah.Penyakit
aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding
9
arteri yang lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga
diameter lumen menyempit.Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke
18
distal dari tempat penyumbatan terjadi.
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe
II, hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan injury
bagi sel endotel.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi
molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator,
anti-trombotikdan anti-proliferasi.Sebaliknya, disfungsi endotel justru
meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan angiotensin II yang
18
berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel.
menentukan bahwa keluhan tersebut presentasi dari SKA adalah sifat keluhan,
riwayat PJK, jenis kelamin, umur, dan jumlah faktor risiko tradisional.
Angina atipikal yang berulang pada seorang yang mempunyai riwayat
PJK, terutama infark miokard, berpeluang besar merupakan presentasi dari SKA.
Keluhan yang sama pada seorang pria berumur lanjut (>70 tahun) dan menderita
diabetes berpeluang menengah suatu SKA. Angina equivalen atau yang tidak
seutuhnya tipikal pada seseorang tanpa karakteristik tersebut di atas berpeluang
kecil merupakan presentasi dari SKA.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita angina pektoris sering masih dalam
batas-batas normal. Biasanya yang ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah
penyakit yang merupakan faktor predisposisi dari angina pektoris. Kadang-kadang
ditemui adanya earlobe crea* yaitu adanya alur pada daerah cuping telinga. Pada
waktu serangan dapat didengar bising sistolik, bunyi jantung ketiga atau.keempat
dalam posisi lateral dekubitus kiri.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik adalah untuk menegakkan
diagnosis banding dan mengidentifikasi pencetus. Selain itu, pemeriksaan fisik
jika digabungkan dengan keluhan angina (anamnesis), dapat menunjukkan tingkat
kemungkinan keluhan nyeri dada sebagai representasi SKA.
Elektrokardiogram
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat
sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan,
perlu dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-menerus. EKG
yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
1. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai
dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
2. Gelombang Q yang menetap
3. Nondiagnostik
4. Normal
15
2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan angina pectoris tidak stabil difokuskan pada hal berikut:
a. Stabilisasi plak. Mencegah perluasan atau perkembangan trombus
intrakoroner untuk mencegah serangan jantung
b. Mengatasi gejala dalam hal ini adalah nyeri dada atau angina iskemik.
c. Mengoreksi penyebab dasar penyakit arteri coroner dan
mengoreksigangguan hemodinamik yang menyertai.
d. Pengobatan Umum
Pengobatan umum termasuk: pemberian oksgen, tirah baring
sampai aninaterkontrol, puasa 8 jam kemudian makanan cair atau lunak
16
aPTT 6 jam. LMWH diberikan satu atau dua kali sehari tergantung
preparat selama 5 hari.
Tindak Lanjut
Berhubung karena angina tak stabil memiliki resiko tinggi terjadi infark
miokard akut (IMA), setelah angina terkontrol, semua penderita dianjurkan untuk
dilakukan angiografi coroner selektif. Mobilisasi bertahap diikuti treadmill test
untuk menentukan perlunya angiografi kororner merupakan pilihan lain. Bagi
penderita yang keadaannya tidak dapat distabilkan dengan obat, maka dianjurkan
intervensi yang lebih agresif seperti pemasangan intraaortic balloon
counterpulsation (IABC) dan angiografi coroner, kemudian cABG atau PTCA
tergantung lesi pada arteri koronaria.
2.3. Prognosis
TIMI (Trombolysis In Myocardial Infarction) adalah alat prognostik yang
paling valid. Masing-masing variable TIMI Risk Score dibawah ini bernilai 1
20
poin, dengan total poin 0-7:
- Umur ≥ 65 tahun
- Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir
- Telah diketahui menderita stenosis coroner ≥ 50%
- Peningkatan enzim-enzim jantung
- Minimal 3 faktor risiko Penyakit Arteri Koroner (diabetes
mellitus,perokok aktif, riwayat keluarga dengan penyakit arteri
koroner,hipertensi, hiperkolesterolemia)
- Gejala angina yang berat (dua atau lebih serangan angina
dalam 24 jamterakhir)
- Deviasi segmen ST pada EKG
18
dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian <1%). Sementara itu, pasien
dengan skor risiko GRACE 109-140 dan >140 berturutan mempunyai risiko
kematian menengah (1-3%) dan tinggi (>3%). Untuk prediksi kematian dalam 6
bulan setelah keluar dari rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE ≤88
dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian <3%). Sementara itu, pasien
dengan skor risiko GRACE 89-118 dan >118 berturutan mempunyai risiko
kematian menengah (3-8%) dan tinggi (>8%).
Tabel 1. Skor GRACE
Prediktor Skor
Usia dalam tahun
<40 0
40 – 49 18
50 – 59 36
60 – 69 55
70 – 79 73
80 91
Laju denyut jantung (kali per menit)
<70 0
70 – 89 7
90 – 109 13
110 – 149 23
150 – 199 36
>200 46
Tekanan darah sistolik (mmHg)
<80 63
80 – 99 58
19
100 – 119 47
120 – 139 37
140 – 159 26
160 – 199 11
>200 0
Kreatinin ( mol/L)
0 – 34 2
35 – 70 5
71 – 105 8
106 – 140 11
141 – 176 14
177 – 353 23
≥354 31
Gagal jantung berdasarkan klasifikasi killip
I 0
II 21
III 43
IV 64
Henti jantung saat tiba di RS 43
Peningkatan marka jantung 15
Deviasi segmen ST 30
tindakan tersebut. Kriteria faktor risiko untuk strategi invasif dapat dilihat di
8
tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Kriteria stratifkasi risiko sangat tinggi untuk strategi invasif
Kelompok Risiko Kriteria
Sangat tinggi Angina refrakter
Gagal jantung akut
Aritmia ventrikel yang mengancam nyawa
Keadaan hemodinamik tidak stabil
8
PERTANDA PENINGKATAN RISIKO
1. Pertanda klinis.
Selain dari berbagai pertanda klinis yang umum seperti usia lanjut, adanya
diabetes, gagal ginjal dan penyakit komorbid lain, prognosis pasien dapat
diperkirakan melalui presentasi klinis ketika pasien tiba. Adanya gejala
saat istirahat memberikan prognosis yang buruk. Selain itu, nyeri yang
berkelanjutan atau sering serta adanya takikardia, hipotensi dan gagal
jantung juga merupakan pertanda peningkatan risiko dan memerlukan
diagnosis dan penanganan segera.
23
2. Pertanda EKG
Hasil EKG awal dapat memperkirakan risiko awal. Pasien dengan EKG
yang normal saat tiba di RS memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan mereka dengan inversi gelombang T. Selain itu, adanya
depresi segmen ST saat tiba, inversi gelombang T yang dalam di sadapan
anterior, depresi segmen ST ≥0,1 mV atau ≥0,05 mV di dua atau lebih
sadapan yang bersebelahan, dan elevasi segmen ST ≥0,1 mV di sadapan
aVR memberikan prognosis yang lebih buruk.
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Nyeri Dada
Anamnesa :
Hal ini dirasakan pasien sekitar 2 jam yang lalu secara mendadak saat os
sedang tidur. Keluhan nyeri dada sudah sering dirasakan saat beraktivitas,
terutama setiap saat mandi dan melalukan beban yang terlalu berat. Nyeri dada
bersifat hilang timbul dengan durasi lebih dari 20 menit. Nyeri dada dirasakan
seperti terhimpit dan tertimpa beban berat di bagian dada kiri dan tidak menjalar
sampai ke lengan, bahu kiri, dan juga punggung. Pasien mengaku adanya keringat
dingin. Mual juga dialami pada pasien ini namum tidak disertai muntah.
Sesak nafas dijumpai pada pasien dan riwayat sesak nafas juga dijumpai
jika pasien melakukan aktivitas yang terlalu berat. Pasien juga mengeluhkan
mudah lelah akhir-akhir ini. Terbangun pada malam hari pada sesak nafas juga
dijumpai. Penggunaan 2-3 bantal saat tidur dijumpai. Hoyong dijumpai dan
riwayat jantung berdebar-debar tidak dijumpai.
Kaki bengkak tidak dijumpai pada pasien. Namun riwayat kaki bengkak
dijumpai dan membaik bila os minum Furosemide.
Pasien mempunyai riwayat pemyakit Acute Coronary Syndrome (ACS)
pada tahun 2015 dan dilakukan DC Shock dan perawatan CVCU juga dilakukan
kateterisasi dan dikatakan adanya sumbatan di 2 tempat namun belum dipasang
ring.
Riwayat penyakit terhadulu, seperti DM tidak dijumpai, Hipertensi
dijumpai, dan dislipidemia dijumpai. Os menyangkal mempunyai riwayat
merokok. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga dijumpai pada Ayah.
24
25
Pemeriksaan Fisik
Sianosis :−
Palpasi : Nyeri tekan (−), Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
26
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi Batas atas jantung: ICS III Linea Mid Clavicula Sinistra
Batas kanan jantung: ICS V Linea Anterior Aksila Sinistra
Batas kiri jantung: ICS V 1cm lateral LMCS
Batas paru-hati R/A: ICS V / ICS VI, peranjakan ±1cm
Auskultasi S1 (+), S2 (+), S3 (−), S4 (−)
Aktivitas: cukup, Regularitas: reguler
Murmur (−)
Abdomen : Palpasi Hepar/Lien: tidak teraba besar
Ascites (−)
TB : 165 cm
BB : 68 kg
IMT : 24,9kg/m2→ Normoweight
27
Hasil Laboratorium :
Hb : 11,9 g/dl Troponin I : 0.11 mg/dl
Eritrosit
6
: 3.91 x 10 /mm
3 CK-MB : 30 U/L
3
Leukosit : 6.110/mm
3 3
Trombosit : 178 x 10 /mm
Ht : 35%
PT BUN : 18 mg/dl
Pasien : 14,3 detik Ureum : 39 mg/dl
Kontrol : 14.0 detik Kreatinin : 0.98 mg/dl
INR : 1.10
GDS : 99 mg/dl
aPTT
Pasien : 30.9 detik Na/K/Cl : 137/3,1/106
Diagnosis Kerja : UAP dd NSTEMI TIMI RISK 3/7 Grace 133 crusade 48
1. Fungsional : -
2. Anatomi: Coronary Artery
3. Etiologi : Atherosklerosis
Differensial Diagnosa :
1. NSTEMI
2. STEMI
30
Pengobatan :
- Tirah Baring
- ISDN 3 x 5mg
- Simvastatin 1 x 40mg
- Captopril 3 x 12,5mg
- Concor 1 x 2,5mg
- Clobazam 1 x 10mg
- Laxadyn syr 1 x CI
- EKG Serial
- Profil Lipid
- Echocardiography
- Angiography Coroner
- Profil Lipid
31
BAB IV
FOLLOW UP
FOLLOW UP TANGGAL 29/12/2018
TGL S O A P
29-12- Nyeri dada Sens : compos mentis - UAP dd
2018 (+), sesak TD : 140/80 mmHg NSTEMI TIMI - Bed rest
napas (+), HR : 65x/menit RISK 3/7 Grace - IVFD RL 10 gtt/i
hoyong(+) RR : 22x/menit 75 crusade 25 mikro
SpO2 : 97% ec HHD - Inj. Ranitidine 50 mg
- Kcl 25 mEq dalam 500 ml
ec CAD Nacl 0,9%
Mata : Anemis (-/-), - ISDN 3x5mg
ikterik (-/-) - Aspilet 1 x 80mg
Leher : TVJ R+2 - Clopidogrel 1 x 75mg
cmH2O - Simvastatin 1 x 40mg
Thorax : - Captopril 3 x 12,5mg
Cor : S1 (+), S2 (+), - Concor 1 x 2,5mg
regular, gallop (-), - Clobazam 1 x 10mg
murmur (-) - Laxadyn syr 1xCI
Pulmo : suara
pernapasan vesikuler,
suara tambahan ronkhi
kasar (+/-), ronkhi
basah basal (-) R/
Abdomen : soepel -cek enzim jantung serial
Ekstremitas : akral -lipid profile
hangat, edema -pantau hemodinamik
pretibial (-/-)
32
TGL S O A P
30-12- Nyeri Sens : compos mentis - UAP dd
2018 dada (+), TD : 140/80 mmHg NSTEMI TIMI
sesak HR : 68x/menit RISK 3/7 - Bed rest
napas (+) RR : 24 x/menit Grace 75 - IVFD RL 10
berkurang, SpO2 : 98% Crusade 25 gtt/i mikro
Hoyong(-) ec HHD - ISDN 3x10mg
ec CAD - Aspilet 1x80mg
Mata : Anemis (-/-), - Clopidogrel 1 x 75mg
ikterik (-/-) - Simvastatin 1 x 40mg
Leher : TVJ R+2 cmH2O - Captopril 3 x 12,5 mg
Thorax : - Concor 1x2,5mg
Cor : S1 (+), S2 (+), - Clobazam 1x10mg
regular, gallop (-), - Laxadyn syr 1xCI
murmur (-)
Pulmo : suara
pernapasan vesikuler,
suara tambahan ronkhi
basah basal (+/+), ronkhi
kasar (+/-)
Abdomen : soepel, BU
(+) N
Ekstremitas : akral
hangat, edema (-/-)
33
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Angina Pektoris Tak Stabil Pasien dengan keluhan utama dada
memberikan gejala klinis berupa terasa berat dan dirasakan os saat os
Nyeri dada, dengan kriteria sedang dalam keadaan tidur.
sekurang-kurangnya satu dari tiga hal Dada terasa seperti tertimpa
berikut : (1) timbul saat istirahat beban berat di bagian dada kiri
(atau dengan aktivitas minimal) tanpa penjalaran ke lengan dan
biasanya berakhir setelah lebih dari bahu kiri hingga punggung dengan
20 menit (jika tidak diberikan durasi ≥20 menit dan tidak hilang
nitrogliserin); (2) lebih berat dan dengan istirahat. Os mengaku
digambarkan sebagai nyeri yang keringat dingin selama dada
nyata dan merupakan onset baru memberat. Keluhan juga disertai sesak
(dalam 1 bulan); dan (3) timbul napas dan mual tetapi tidak disertai
dengan pola crescendo (bertambah muntah.
berat, bertambah lama, atau lebih
sering dari sebelumnya). Pasien
dengan ketidaknyamanan iskemik
dapat datang dengan atau tanpa
elevasi segmen ST pada EKG.Nyeri
dada dapat disertai keluhan sesak
napas, mual, sampai muntah,
kadang-kadang disertai keringat
dingin.
Faktor risiko: Pasien perempuan, usia 56 tahun.
Riwayat Hipertensi (+), Dislipidemia
A. Modifiable (+)
- Hipertensi
- Riwayat merokok
- DM
34
B. Non-modifiable
Riwayat penyakit yang sama dalam
- Usia keluarga (+)
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga
Umumnya pasien datang dengan Anamnesis:
keluhan Nyeri dada(Angina Pektoris) Nyeri Dada >20 menit dan dirasakan
a. Angina tipikal yang persisten seperti tertimpa beban berat di
selama lebih dari 20 menit. bagian dada kiri tanpa penjalaran
Dialami oleh sebagian besar ke lengan dan bahu kiri hingga
pasien (80%) punggung
b. Kualitas rasa sakit dada seperti
ditekanbenda berat,
perasaan EKG:
tercekik, rasa panas di dada Irama:
atau kadang-kadang perasaan Gelombang P: positif; durasi 0,08 s;
tak enak di perut yang aksis normal
menyerupai sakit epigastrium. Interval PR: 0,20 s → Normal
c. Lokalisasi rasa sakit dada QRS kompleks: durasi 0,06 s; aksis:
biasanya substernal atau pada Normal ; Bentuk normal
Segmen ST: Depresi pada V4-V6.
dada kiri dan rasa sakit ini tak Lead I, dan aVL.
dapat ditunjuk dengan jari. Gelombang T: Inversi pada lead I,
Penjalaran rasa sakit meliputi aVL, V4-V6
persarafan segmen C7 -Th4,
dan paling sering ke bahu kiri, Marka Jantung
lengan atas, bagian
voler Troponin I : 0.11. (N<0.1)
CKMB: 30 U/L (N <24)
lengan bawah dan jari ke tl-S
35
EKG
1. Depresi segmen ST dan/atau inversi
gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak
persisten (<20 menit)
2. Gelombang Q yang menetap
3. Nondiagnostik
4. Normal
Marka Jantung
Pada Angina Pektoris Tak Stabil kadar
enzim LDH dan CPK dapat normal
atau meningkat tetapi tidak melebihi
50% di atas normal.
Penatalaksanaan angina pectoris
tidak stabil difokuskan pada hal
- Tirah Baring
berikut:
- IVFD RLl 0,9% 10 gtt/i mikro
Atasi nyeri dada dan iskemia
- Inj. Ranitidine 50 mg
Nitrat sublingual kemudian
- ISDN 3x5mg
dilanjutkan dengan pemberian
- Aspilet 160mg (Loading Dose)
intravena biasanya dapat mengatasi
- Clopidogrel 300mg (Loading
nyeri dada. Dosis IsoSorbid Dinitrat Dose)
(ISDN) IV biasanya 5 mg/jam - Simvastatin 1x40mg
- Captopril 3x6.25 mg
kemudian ditingkatkan sampai nyeri
- Laxadyn syr 1 x CL
dada mereda.
- Clobazam 1 x 10mg
β-blocker long acting seperti
bisoprolol bisa diberikan sesudah
kondisi stabil.
36
- Tirah Baring
- IVFD RL 10 gtt/i mikro
- Inj. Ranitidine 50mg
- ISDN 5mg sublingual
- Aspilet 160mg (Loading Dose)
- Clopidogrel 300mg (Loading Dose)
- Simvastatin 1x40mg
- Captopril 3x6.25 mg
- Laxadyn syr 1 x CL
- Clobazam 1 x 10mg
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39