Anda di halaman 1dari 4

Irigasi Teknik Konvensional

Pemberian Air Irigasi

Teknik pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur

dan varietas padi yang ditanam serta cara pengolahannya. Cara mengairi tanaman

padi pada lahan sawah berdasarkan pengalaman secara konvensional yaitu sebagai

berikut:

a. Setelah bibit ditanam atau setelah pemupukan pertama, selama tiga hari

pertama petakan sawah tidak diairi, akan tetapi dibiarkan dalam keadaan

macak-macak

b. Umur empat hingga empat belas hari setelah tanam (selama 10 hari) diberi air

irigasi setinggi 7-10 cm, agar temperatur tanah tidak naik yang dapat

mengkibatkan tanaman layu

c. Pada umur 15 hingga 30 hari setelah tanam (selama 14 hari) sawah digenangi

terus menerus dengan tinggi air antara 3-5 cm. Tinggi air lebih dari 5 cm dapat

menghambat perkembangan “anakan”. Periode ini disebut periode kritis kesatu.

Kekurangan air pada fase ini akan mengurangi jumlah anakan/tunas

d. Setelah air dikeluarkan dan sawah dikeringkan hingga macak-macak. Pada

masa ini dilakukan pemupukan urea kedua. Dari umur 35 sampai 50 hari

setelah tanam, sawah digenangi lagi selama 14 hari dengan tinggi genangan 5-

10 cm

e. Umur 50 hari setelah tanam, petakan sawah dikeringkan selama 5 hari dan

dibiarkan kering sampai macak-macak. Pada masa ini dilakukan pemupukan

urea ketiga.
f. Pada umur 55 hari dilakukan penggenangan secara terus menerus dengan tinggi

genangan 10 cm sampai dengan masa berbunga serempak. Periode ini disebut

masa kritis kedua. Kekurangan air pada periode ini akan melemahkan

pembentukan malai pembuahan, sehingga mengakibatkan kehampaan pada

sebagian tanaman pada.

g. Pada 7-11 hari sebelum panen petakan sawah dikeringkan.

Pembagian air pada jaringan irigasi teknis dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Secara serentak; air yang masuk dibagikan ke seluruh blok secara bersamaan,

dengan debit yang sesuai menurut kebutuhannya.

b. Secara bergiliran atau rotasi; dilaksanakan secara bergiliran antara areal-areal

tertentu. Cara ini dapat dilakukan dengan tiga cara:

1) Rotasi antar kuarter; pembagian air antara kuarter dberikan secara bergiliran

dalam waktu tertentu tergatung luas dan jenis tanamannya

2) Rotasi antar blok; air dari saluran kuarter diberikan secara bersamaan, tetapi

air yang masuk ke blok dalam tiap kuarter diberikan secara bergiliran

3) Rotasi antar kuarter dan antar blok; pembagian air kuarter dilakukan secara

bergiliran, demikian pula pembagian ke blok-blok dalam tiap kuarter

diberikan secara bergiliran. Dalam menentukan silang rotasi pembagian air

dengan syarat tidak melebihi batas kemampuan maksimum tanaman

terhadap kekeringan.
Kebutuhan Air Irigasi

Pada kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi tentukan oleh faktor-

faktor yaitu, sebagai berikut:

a. Cara penyiapan lahan

b. Kebutuhan air untuk tanaman

c. Perlokasi dan rembesan

d. Pergantian lapisan air

e. Curah hujan efektif

Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan

tanaman dan bergantung pada cara pengolahan lahan. Pada besarnya kebutuhan

air di sawah dinyatakan dalam mm/hari. Angka kebutuhan air berdasarkan

literatur yang ada yaitu:

a. Pengolahan tanah dan persemaian, selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air

10-14 mm/hari

b. Pertumbuhan pertama (vegetatif), selama 1-2 bulan dengan kebutuhan air 4-6

mm/hari

c. Pertumbuhan kedua (vegetatif), selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 6-8

mm/hari

d. Pemasakan selama lebih kurang 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 5-7 mm/hari

Kapasitas Saluran Irigasi

Kapasitas saluran irigasi ditentukan pada banyaknya kebutuhan air untuk tanaman

padi. Menurut Reksokusumo (dalam, Mawardi: 2007) garis penggunaan air di


daerah irigasi Pemali dipakai sebagai pedoman untuk menghitung kebutuhan air

selama pertumbuhan padi. Air yang diperlukan yaitu sebagai berikut:

a. Sebanyak 0,30 a l/dt/ha untuk pengolahan tanah atau pembibitan yang luasnya

1/8 x sampai 1/12 x luas sawah yang akan ditanami selama 1/2 x bulan

pertama. Selama itu hanya tempat-tempat pemibitan yang diberi air

b. Sebanyak 0,4 a l/dt/ha guna pengolahan tanah dan menanam selama 1/2 bulan

kedua, ketiga dan keempat

c. Sebanyak 0,70 a l/dt/ha guna tumbuhnya tanaman selama ½ bulan ke lima

sampai selanjutnya

d. Sesudah itu tanaman tidak memerlukan air hingga panen

Untuk menghitung kapasitas saluran dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Q =axCxL

Keterangan:

Q = debit kapasitas saluran dalam l/dt

A = kebutuhan air normal dalam l/dt/ha

C = koefisien/ordinat lengkung kapasitas Tegal

L = luas areal sawah yang akan diairi dalam hektar

Kebutuhan air maksimum sebesar a l/dt/ha untuk daerah seluas lebih

kurang 140 hektar disebut kebutuhan air normal. Untuk kebutuhan air maksimum

di lapangan ditambah antara 10%-20% kehilangan air yang meresap ke dalam

tanah dan penguapan di sepanjang saluran.

Anda mungkin juga menyukai