Makalah Kebutuhan Nutrisi
Makalah Kebutuhan Nutrisi
(KDM)
“ KEBUTUHAN NUTRISI ”
OLEH :
NAMA KELOMPOK :
JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................
BAB. I PENDAHULUAN ..........................................................
1.1. LATAR BELAKANG ...................................................
1.2. RUMUSAN MASALAH ..............................................
1.3. TUJUAN ........................................................................
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini kita dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian nurisi
2. Anatomi Sistem Pencernaan
3. Proses terjadinya pencernaan
4. Faktor - factor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
5. Masalah – masalah yang menghambat kebutuhan nutrisi
6. Penatalaksanaan keperawatan kebutuhan nutrisi
7. Proses – proses keperawatan dalam mengatasi gangguan – gangguan kebutuhan
nutrisi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Nutrisi adalah zat – zat gizi dan zat – zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan – bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. (Evelyn C Pearce, 1989)
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat – zat gizi dan zat lain
yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. (Wartonah, 2006)
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam kategori
zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Potter, 2005)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan nutrisi adalah zat-zat gizi dan
zat lain yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh untun mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ – organ.
2.2. Anatomi Sistem Pencernaan
1. Mulut
Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut terdapat
alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air
liur). Di dalam rongga mulut, makanan mengalami pencernaan secara mekanik dan
kimiawi. Beberapa organ di dalam mulut, yaitu :
Gigi
Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi halus. Keadaan ini
memungkinkan enzim-enzim pencernaan mencerna makanan lebih cepat dan efisien. Gigi
dapat dibedakan atas empat macam yaitu gigi seri, gigi taring, gigi geraham depan, dan
gigi geraham belakang. Secara umum, gigi manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu mahkota
gigi (korona), leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks). Mahkota gigi atau puncak gigi
merupakan bagian gigi yang tampak dari luar. Setiap jenis gigi memiliki bentuk mahkota
gigi yang berbeda-beda. Gigi seri berbentuk seperti pahat, gigi taring berbentuk seperti
pahat runcing, dan gigi geraham berbentuk agak silindris dengan permukaan lebar dan
datar berlekuk-lekuk. Bentuk mahkota gigi pada gigi seri berkaitan dengan fungsinya
untuk memotong dan menggigit makanan. Gigi taring yang berbentuk seperti pahat runcing
untuk merobek makanan. Sedangkan gigi geraham dengan permukaan yang lebar dan datar
berlekuk-lekuk berfungsi untuk mengunyah makanan. Leher gigi merupakan bagian gigi
yang terlindung dalam gusi, sedangkan akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam di
dalam rahang. Bila kita amati gambar penampang gigi, maka akan tampak bagian-bagian
seperti pada gambar berikut ini.
Bagian-bagian gigi
Email gigi merupakan lapisan keras berwarna putih yang menutupi mahkota gigi. Tulang
gigi, tersusun atas zat dentin. Sumsum gigi (pulpa), merupakan rongga gigi yang di
dalamnya terdapat serabut saraf dan pembuluh-pembuluh darah. Itulah sebabnya bila gigi
kita berlubang akan terasa sakit, karena pada sumsum gigi terdapat saraf.
Lidah
Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan membantu
mendorong makanan (proses penelanan). Selain itu, lidah juga berfungsi sebagai alat
pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit, dan asam. Tiap rasa pada zat yang
masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda.
Letak setiap rasa berbeda-beda, yaitu:
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah
merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan
epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas
pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan
seperti rambut yang disebut papila
Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Kelenjar ludah dalam rongga
mulut ada 3 pasang, yaitu :
Letak kelenjar ludah di dalam rongga mulut dapat dilihat pada gambar berikut.
Kelenjar parotis menghasilkan ludah yang berbentuk cair. Kelenjar submandibularis dan
kelenjar sublingualis menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir. Ludah
berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan. Jadi, ludah berfungsi untuk membasahi
dan melumasi makanan sehingga mudah ditelan. Selain itu, ludah juga melindungi selaput
mulut terhadap panas, dingin, asam, dan basa. Di dalam ludah terdapat enzim ptialin
(amilase). Enzim ptialin berfungsi mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat
karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana (maltosa). Maltosa mudah dicerna oleh
organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6,8 – 7
dan suhu 37oC.
2. Kerongkongan
Makanan berada di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik. Bagian pangkal
kerongkongan (faring) berotot lurik. Otot lurik pada kerongkongan bekerja secara sadar
menurut kehendak kita dalam proses menelan. Artinya, kita menelan jika makanan telah
dikunyah sesuai kehendak kita. Akan tetapi, sesudah proses menelan hingga sebelum
mengeluarkan feses, kerja otot-otot organ pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak
kita (tidak disadari).
3. Lambung
Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut
sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah
(pilorus). Kardiak berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan. Pilorus
berhubungan langsung dengan usus dua belas jari. Di bagian ujung kardiak dan pilorus
terdapat klep atau sfingter yang mengatur masuk dan keluarnya makanan ke dan dari
lambung. Struktur lambung dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Struktur lambung
Dinding lambung terdiri dari otot yang tersusun melingkar, memanjang, dan menyerong.
Otot-otot tersebut menyebabkan lambung berkontraksi, sehingga makanan teraduk dengan
baik dan bercampur merata dengan getah lambung. Hal ini menyebabkan makanan di
dalam lambung berbentuk seperti bubur. Dinding lambung mengandung sel-sel kelenjar
yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yang menghasilkan getah lambung. Getah
lambung mengandung air lendir (musin), asam lambung, enzim renin, dan enzim
pepsinogen. Getah lambung bersifat asam karena banyak mengandung asam lambung.
Asam lambung berfungsi membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk bersama
makanan dan juga berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa. Enzim renin berfungsi
menggumpalkan protein susu (kasein) yang terdapat dalam susu. Adanya enzim renin dan
enzim pepsin menunjukkan bahwa di dalam lambung terjadi proses pencernaan kimiawi.
Makanan umumnya bertahan tiga sampat empat jam di dalam lambung. Makanan berserat
bahkan dapat bertahan lebih lama. Dari lambung, makanan sedikit demi sedikit keluar
menuju usus dua belas jari melalui sfingter pilorus.
4. Usus Halus
Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya
proses pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari :
Pada usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan saluran empedu. Pankreas
menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim sebagai berikut :
1. Amilopsin (amilase pankreas) Yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum)
menjadi gula lebih sederhana (maltosa).
2. Steapsin (lipase pankreas) Yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol.
3. Tripsinogen Jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim
yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap
diserap oleh usus halus.
Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantung empedu. Selanjutnya,
empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus dua belas jari. Empedu mengandung
garam-garam empedu dan zat warna empedu (bilirubin). Garam empedu berfungsi
mengemulsikan lemak. Zat warna empedu berwarna kecoklatan, dan dihasilkan dengan
cara merombak sel darah merah yang telah tua di hati. Zat warna empedu memberikan ciri
warna cokelat pada feses. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut.
Pada bagian usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan saluran empedu.
Selain enzim dari pankreas, dinding usus halus juga menghasilkan getah usus halus yang
mengandung enzim-enzim sebagai berikut :
Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim
pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan
gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh
proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses
penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus
penyerap. Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam
lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral
tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus. Struktur usus
halus dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada dinding usus penyerap terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut vili (Lihat gambar
diatas). Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari
makanan dapat terserap lebih banyak dan cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler
darah dan kapiler limfe (pembuluh getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-
sari makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk pembuluh
darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan mineral setelah diserap
oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena
porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh. Asam lemak dan gliserol bersama empedu membentuk suatu larutan yang disebut
misel. Pada saat bersentuhan dengan sel vili usus halus, gliserol dan asam lemak akan
terserap. Selanjutnya asam lemak dan gliserol dibawa oleh pembuluh getah bening usus
(pembuluh kil), dan akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Sedangkan garam empedu
yang telah masuk ke darah menuju ke hati untuk dibuat empedu kembali. Vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) diserap oleh usus halus dan diangkat melalui
pembuluh getah bening. Selanjutnya, vitamin-vitamin tersebut masuk ke sistem peredaran
darah. Umumnya sari makanan diserap saat mencapai akhir usus halus. Sisa makanan yang
tidak diserap, secara perlahan-lahan bergerak menuju usus besar.
5. Usus Besar
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, bersama dengan lendir akan
menuju ke usus besar menjadi feses. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli.
Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain
membusukkan sisa makanan, bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K
berperan penting dalam proses pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar masuk
banyak mengandung air. Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap
kembali ke usus besar. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.
Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu mulai dari usus buntu (apendiks), bagian
mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
Perjalanan makanan sampai di usus besar dapat mencapai antara empat sampai lima jam.
Namun, di usus besar makanan dapat disimpan sampai 24 jam. Di dalam usus besar, feses
di dorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristalsis menuju ke rektum (poros
usus). Gerakan peristalsis ini dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar).
6. Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus,
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang
menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Jadi, proses defekasi (buang air
besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding perut yang
diikuti dengan mengendurnya otot sfingter anus dan kontraksi kolon serta rektum.
Akibatnya feses dapat terdorong ke luar anus. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
1. Proses Mekanis
Fungsi pencernaan mekanis adalah mengubah ukuran makanan menjadi lebih kecil
sehingga mudah dicerna. Fungsi proses mekanis lainnya seperti memompa dan mendorong
makanan adalah untuk memindahkan makanan dari saluran cerna satu ke saluran cerna
berikutnya.
Gerakan makanan pada organ pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung sampai usus
adalah gerak peristaltik. Gerak peristaltik berupa gerak mengkerut untuk mendorong atau
memompa makanan dan gerakan mengembang untuk menerima makanan dari posisi
saluran sebelumnya.
2. Proses Kimiawi
Makanan diproses secara kimiawi di dalam sistem pencernaan menggunakan bahan kimia
yang dihasilkan oleh saluran cerna yang disebut enzim. Enzim adalah suatu protein yang
mempunyai kerja mempercepat terjadinya reaksi kimia.
Dengan bantuan enzim, bahan makanan dicerna menjadi bahan lain yang lebih sederhana
dan mudah diserap oleh tubuh untuk selanjutnya menjadi sari makanan yang akan
diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
a) Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergiri dapat memengaruhi pola
konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga
dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan gizi.
b) Prasangka.
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak digunakan dalam
makanan sehari-hari, karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi tempe
dapat merendahkan derajat mereka.
c) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat
juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan
makan pisang, pepaya, bagi para gadis remaja. Padahal, makanan itu merupakan
sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak, karena
ikan dianggap mengakibatkan cacingan. Padahal, ikan mcrupakan sumber protein
yang sangat baik bagi anak-anak.
d) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh rat-zat gizi yang
dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus
malnutrisi pada rcmaja karcna asupan gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
tubuh.
e) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi, penyediaan makanan
bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan status gizi
dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam mcnyediakan makanan bergizi. Sebaliknya orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakaan makanan yang
bergizi.
f) Faktor fisologis
Kondisi fisiologis yang mempEngaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktifitas,
keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan, dan prosedur
atau pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingat aktifitas, maka nutirisi
dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktifitas akan
meningkat, atau menurun. Merokok dapat diklasifikasikan sebagai faktor fisiologis.
Secara fisiologis, merokok akan memerlukan lebih banyak nutrisi, terutama
vitamin C, dimana kebutuhan akan vitamin C akan berlipat ganda (Schectman et
al.,1991). Status penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan
mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorpsi, metabolisme,
dan eksresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat makanan tertentu,
dan satu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan kebutuhan protein
oleh karena protein dieksresi oleh ginjal. Dengan demikian berbagai kondisi
fisiologis akan meningkatkan kebutuhan nutrisi. Penyakit-penyakit fisik biasanya
meningkatkan kebutuhan zat makanan dan satu waktu makannya sedikit. Biasanya
terjadi pada penyakit-penyakit salurang cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan yang menyebabkan
menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absorpsi, gangguan transfortasi, atau
penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dan menyebabkan
menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri sat makan. Diare dapat menurunkan
absorpsi nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada kandung
empedu, dimana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu yang
diperlukan untuk mencerna lemak menjadi berkurang atau tidak efektif. Sehingga
saat klien makan makanan yang mengandung lemak, nyeri dapat terjadi..
Tambahan pula vitamin yang larut dalam lemak memerlukan lemak dan empedu
untuk ditransfortasi melalui usus halus kedalam sistem lemfa; dapat terjadi
defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa orang tidak memiliki enzim
untuk memecah laktose dalam susu, kondisi ini disebut intoleransi katose. Laktose
difermentasi dalam usus, menyebabkan gembung dan diare.
g) Alkohol
Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat mempengaruhi setiap zat makanan
dalam tubuh, sebab alkohol akan mempercepat metabolisme dalam tubuh,
meningkatnya penggunaan zat makanan. Banyak pasien dengan ketergantungan
alkohol dan tidak lagi memperhatian makan.
Alkohol dapat menyebabkan tidak terjadinya pencernaan karena cepatnya absorpsi
dalam lambung, oleh karena itu semua alkohol yang diminum dimetabolisma
dalam hati. Oleh karena itu , metabolisma, trasfortasi, dan penggunaan pada setiap
zat makanan dapat dipengaruhi lebih luas. Asam urat dan lemak akan meningkat
dalam darah, lemak akan terakumulasi dalam hati, akan menyebabkan rendahnya
gula darah, kehilangan nafsu makan, dan membutuhkan vitamin. Terutama
kebutuhan vitamin B kompleks, dan mineral akan meningkat. Semua faktor ini
berkumpul yang dapat meningkatkan terjadinya malnutrisi. Oleh karena itu
diperlukan keseimbangan diet yang baik, tingginya kebutuhan vitamin B kompleks
dan kompleks karbohidrat.
Dua sindroma yang terjadi pada alkoholisme yang kronik ialah sindroma
Wernicke-Korsakoff (gejala yang ditandai dengan kebingungan, hallusinasi,
kehilangan memori) dan tidak mampu melihat pada waktu malam, hal ini
disebabkan oleh kekurangan zat makanan yang vital, thiamin dan vitamin A.
Hepatitis dan sirosis juga terjadi sebagai akibat kebutuhan nutrisi yang tidak
terpenuhi.
h) Immobilitas
Klien yang kurang mobilitas menyebabkan nafsu makan kurang, dimana dapat
meningkatkan asupan yang tidak adekuat dan malnutrisi. Kurangnya nafsu makan
difikirkan sebagai akibat menurunnya basal metabolisma dan berkurangnya
aktifitas fisik.
Penurunan aktifitas atau denurunnya berat badan dapat menyebabkan kehilangan
kalsium dari tulang. Kalsium disimpan pada tulang, penurunan berat badan
menyebabkan kalsium akan meningkat dalam darah, dan merupakan predisposisi
terjadinya batu ginjal. Untuk itu intervensi yang terbaik adalah ambulasi dini.
Jika immobilisasi klien tidak bergerak selama ditempat tidur, perlukaan akibat
tekanan atau dekubitus akan terjadi. Malnutrisi dan rendahnya kadar protein darah
yang memiliki hubugan dengan meningkatnya risiko perlukaan akibat tekanan.
Kesimbangan diet yang baik, tinggi kalori, dan tingginya kualitas protein, dapat
disarankan untuk mencegah terjadinya dekubitus. Bila jumlah kalori dan protein
tidak adekuat, diusahan untuk menemukan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
asupan makanan dan dengan bantuan untuk makan. Jika asupan oral berkurang,
maka perlu dipertimbangkan pemberian makanan melalui enteral. Vitamin C, zinc,
dan zat besi perlu direkomendasikan –vitamin C dan zinc diperlukan untuk
penyembuhan luka dan zat besi untuk sintesa hemoglobin, dan oksigen yang
adekuat hal mendasar untuk penyembuhan luka.
Human immunodeficiency Virus dan Acquared immunodeficiency Syndrome
HIV akan merusak sistem immun tubuh. Saat virus berada dalam darah, kien akan
diagnosa menderita HIV. HIV positif tidak berarti klien menderita AIDS. AIDS
didiagnosa ketika infeksi terjadi yang secara normal tubuh dapat melindungi
dirinya sendiri.
Pemberian nutrisi harus dimulai sesegera mungkin setelah klien telah didiagnosa
positif HIV. Peningkatan kesehatan yang adekuat, dan keseimbangan diet
disarankan untuk klien. Kebiasan makanan yang menyehatkan dapat
mempertahankan kekuatan tubuh dan tingkat fungsional.
Kehilangan berat badan dan malnutrisi sering terjadi sebagai akibat adanya
anoreksia, diare, malabsorpsi, meningkatnya metabolisma, dan demensia.
Demensia, dimanan beberapa klien tidak mengingat lagi untuk makan, tidak ingat
lagi untuk mempersiapkan makanan, tidak ingat lagi bagaiamana makan sendiri,
atau tidak jelas bahwa makanan harus dimakan. Klien dengan AIDS akan
mengalami depresi dan apatis, sehingga akan sangat mempengaruhi asupan
makanan.
Pada keadaan klien AIDS atau HIV positif, nutrisi sangat diperlukan. Pemberian
diet tinggi kalori dan tinggi kualitas protein dan menghindari diet yang kurang
dapat mendukung perlu direkomendasikan. Enteral dan parenteral feeding atau
keduanya dapt ditetapkan saat klien menderita AIDS.
i) Kanker
Nutrisi untuk kanker sama dengan HIV dan AIDS. Sebab pertumbuhan sel kanker
yang cepat memerlukan nutrisi yang meningkat pula. Oleh karena itu perlu
direkomendasikan semua zat makanan yang diperlukan. Bahkan pengobatan kanker
(radiasi, pembedahan, kemoterapi) menyebabkan penambahan kebutuhan nutrisi.
Diet tinggi kalori dan tinggi protein harus direkomendasikan.
Tantangan pada klien yang menderita kanker adalah kadang-kadang tidak merasa
butuh untuk makan, dengan demikian diperlukan diet secara individual. Biasanya
nafsu makan pada klien kanker kuat pada pagi hari, oleh karena itu makan pagi
perlu mendapat perhatian, dengan sedikit porsi dan snack tambahan selama
istirahat pada setiap hari.
j) Luka bakar
Kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan lamanya luka sembuh dan lamanya klien
tinggal dirumah sakit. Luka bakar yang berat membutuhkan energi yang banyak.
Biasanya direkomendasikan diet tinggi kalori (3000), tinggi protein (125 g). Cairan
diperlukan sejumlah 2,5 sampai 4 L/day. Jika luka bakar seluas 20 % dari total
permukaan tubuh, harus dengan pemasangan NGT. Dapat juga dengan parenteral.
k) Pembedahan
Jelas akan terjadi gangguan pada klien yang mengalami pembedahan. Makan
makanan cairan pada makan malam hingga larut malam dbiasanya dilakukan pada
klien sebelum pembedahan. Pada tengah malam biasanya klien tidak diberi makan
lagi (puasa: NPO=nothing by mouth). Pada umumnya dari klien yang puasa dalam
waktu yang singkat tidak akan mengganggu mentalnya.
Setelah pembedahan, beberapa dari klien enggan makan dan minum sebab dapat
terjadi mual dan muntah atau terjadi nyeri. Setelah klien pulang, biasanya pola
makan kembali seperti biasanya.
Setelah pembedahan besar terutama pembedahan saluran pencernaan, biasanya
diajurkan untuk I.V.Feeding guna mengistirahatkan usus dan penyembuhannya.
Saat kembali peristaltik, bubur saring biasanya diberikan, selanjutnya bertahap
sampai keadaan normal kembali. Pada umumnya diet tinggi kalori, tinggi protein
biasanya dianjurkan.. Vitamin C, zat besi, dan zinc diperlukan untuk penyembuhan
luka.
l) Faktor Psikologis
Setiap orang pada suatu saat menggunakan makanan sebagai bentuk rewatd atau
punishment. Kadang orang tua memberikan hadiah makanan pada anaknya karena
berprestasi, oleh karena keinginan makan yang kuat dipengaruhi oleh faktor
emosional. Beberapa klien merasa dihukum bila diberikan makanan pantang yang
tidak sesuai dengan seleranya. Atau merasa terisolasi atau depresi karena dia tidak
dapat makan lagi bersama dengan keluarganya. Beberapa merasa malu, marah, atau
bergantung bila diberikan makanan yang tidak sesuai seleranya. Dilain pihak disaat
makan diperlukan dukungan perasaan dan penerimaan. Makanan yang familiar
akan dirasakan nyaman selama sakit dan mungkin hanya makanan yang diinginkan
klien untuk dimakan atau ditoleransi. Ingat bahwa respon emosional saat
merencanakan nutrisi dan lebih hati-hati.
Saat kien depresi, sendiri, apatis, sedih, atau perasaan tak berdaya, biasanya asupan
makan nenurun. Sedikit dari klien makannya banyak bila sebagai bentuk
penyesuaian perasaan klien. Stres dan cemas akan meningakatkan asupan makanan
atau mengurangi asupan makanan.
m) Faktor Sosiologis
Saat makan bukan hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan makan semata
tetapi juga untuk kebutuhan sosial untuk berinteraksi dan bercakap-cakap dengan
yang lain.Makan adalah pengalaman sosial.Seseorang tinggal sendirian biasanya
tidak dapat makan sebanyak dengan orang yang makan dengan keluarganya.
Jika makanan yang diberikan oleh keluarga kepada anaknya, akan lebih mudah
diterima oleh anak dibanding bila perawat yang melakukan untuk itu.
n) Faktor perkembangan
Nutrisi diperlukan sepanjang rentang kehidupan. Perawat mungkin kurang
memberi perhatian bagiamana tahap perkembangan seseorang yang berhubungan
dengan asupan nutrisi.
1. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak
berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan
nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat
badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan kalori dan penurunan
dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat
seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan
penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
5. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya
gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat
secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium,
natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu
makan
2. Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering
memperhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi
3. Menata ruangan senyaman mungkin
4. Menurunkan stress psikologis
5. Menjaga kebersihan mulut
6. Menyajikan makanan mudah dicerna
7. Hindari makanan yang mengandung gas
Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur- kumur menggunakan
minuman bikarbonat rendah kalori atau 1 /2 atau 1 /4 larutan hiderogen
peroksida dan air sebagai pembersih mulut
2. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan
kepadatan seperti jus atau sop kental
3. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukandengan cara :
1. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat tidur
2. Pertahankan posisi selama10-15 menit.
3. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45derajat untuk
mempertahankan kepatenan esophagus
4. Mulai dari jumlah yang kecil
5. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau
asam,makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan kering agar
lunak
Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
1. Hindari makanan yang mengandung lemak
2. Berikan motivasi untuk menurunkaan berat badan
3. Lakukan program olah raga
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Pada tanggal 16 November 2016, pukul 11.30 WIT Ny.N datang ke UGD dengan keluhan
diare selama 2 hari. Klien berumur 48 thn dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB
encer berlendir dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat
badan klien panas, warna dan bau feses khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan
sebelumnya makan makanan pedas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan, TD : 110/70 mmHg, N : 78 x/menit,
RR : 20x/menit, S : 37,5 C. Keadaan umum : Lemah, Mukosa bibir kering
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny.N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Klien mengatakan diare selama 2 hari.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 14 November
2016. Klien BAB encer,dengan frekuensi 4-5x setiap harinya ( ± 500cc),warna
dan bau khas feses. Klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan
pedas. Klien juga mengatakan badannya panas.
c) Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga
tidak pernah Masuk RS sebelumnya.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi,
dan penyakit menurun lainnya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : - TD : 110/70 mmHg - N : 78x/ menit
- RR : 20x/ menit - S : 37,5 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Rambut beruban, persebaran merata, berminyak.
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat
membuka mata secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
Baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
e. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara hipertimpani
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
g. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap
- Bawah : Jari lengkap
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- HB : 11,56
- Leukosit : 6100
- Trombosit : 154.000
ANALISA DATA
Nama : Ny.S
Dx. Medis : Gastroenteritis
NO S E P
1. DS : - Klien mengatakan diare 2 Kehilangan cairan Ketidak seimbangan
Hari. sekunder akibat diare. cairan dan elektrolit.
- Klien mengatakan saat
BAB feses klien encer dan
berlendir.
- Klien mengatakan BAB
4-5x dalam sehari.
- Klien mengatakan
mengonsumsi makanan
pedas sebelumnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny.S
Dx. Medis : Gastrointeritis
No DIAGNOSA MEDIS
S:
2. 16/11/16 - Membina hubungan saling 18/11/16 - Klien mengatakan
11.00 percaya antara perawat 08.00 diare sudah jarang
dengan klien. dan klien sudah
- Memberikan kompres pada tidak panas
klien. - Keluhan utama
- Membantu menggati hilang, diare cair
pakaian klien tapi berampas,
- Memberi klien minum frekuensi 1-2
- Mengkolaborasikan dengan x/hari, panas
dokter hilang, T=120/80
mmHg, S=36,5 C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika
terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam
fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim,
pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
4.2. SARAN
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya
untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-
makanan dengan gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap
individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh
manusia bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika
Perry, dkk. 2005. Buku saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien, Jakarta: Salemba Medika
Lynda Juall Carpenito R.N., M.S.N., Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2005