Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN CHF

A. KONSEP MATERI
1. Defenisi
Congestive heart failure adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatnya terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
(Suddarth, dkk 2009 dalam buku Amin, dkk 2016)
Congestive heart failure terkadang disebut gagal jantung kongestif,
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Gagal jantung merupakan
sodrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload) cairan dan perfusi
jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastole)
sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai normal. Curah jantung yang rendah
dapat memunculkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan peningkatan
beban kerja jantung dan pada akhirnya terjadi resistensi pengisian jantung.
(Smeltzer, 2013)
Congestive heart failure adalah suatu keadaan serius, dimana jumlah darah
yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output/ curah jantung) tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.
(Dwi Sunar Prasetyono, 2012)
Congestive heart failure merupakan sidrom klinis yang kompleks dengan
gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dan mudah lelah (fatigue) yang
di hubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur yang diganggu dari
jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan
darah kesirkulasi. (Syamsudin, 2011)

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


1
2. Anatomi Fisiologi
Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu bukti
kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta memahami
akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang terdapat pada
manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah karuniakan kepada kita
semuanya. Jantungadalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung
secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya
dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam
rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul dan memiliki
empat ruang dan terletak antara kedua paru – paru dibawah rongga toraks.
Dua pertiga jantung terletak disebelah kiri midsternal line (garis tengah yang
membagi badan jadi dua, tepat ditengah tulang rusuk). Jantung dilindungi oleh
rongga paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar,
pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya. Ukuran jantung kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya. (Ardiansyah, 2012).
Jantung terletak dalam ruang mediastinum rongga dada yaitu diantara paru,
perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan : lapisan dalam
(perikardium viseralis) & lapisan luar (perikardium parietalis). Perikardium
parietalis melekat kedepan pada sternum kebelakang pada kolumna vertebralis, dan
kebawah pada diafragma. Perikardium viseralis melekat secara langsung pada
permukaan jantung. Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar (epikardium),
lapisan tengah otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam adalah
lapisan endotel yang disebut endokardium. (Ardiansayah, 2012).
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom). Kerja Fungsi jantung adalah mengatur distribusi darah ke seluruh bagian
tubuh. Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, besarnya kurang lebih sebesar

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


2
kepalan tangan pemiliknya. Bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut
juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior),
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya
terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae.
Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram.
1) Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun
secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus. Lapisan
jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan
Endokardium.
Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:
a. Perikardium (Epikardium)
pi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian
ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus
jantung. Terdiri dari dua lapisan :
· Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang
membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar merekat pada
sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
· Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian,
yaitu Perikardium parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering
disebut epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit
cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah
pergerakan jantung.
b. Miokardium
· Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari
otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


3
otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini
yang akan menerima darah dari arteri koroner.

c. Endokardium
· Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem
sirkulasi peredaran darah.
2) Ruang-Ruang Jantung
Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas 4
ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan
ventrikel (bilik).
Atrium dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh
sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan
oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah
percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima
dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan
sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang
mengandung oksigen tinggi. Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung
yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung
tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri
dan kanan.
a. Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut
yaitu :
 Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir)
darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut
mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior,
serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


4
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-
oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan
tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada
lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang
menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi
dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup
trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel
kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah de-oksigen
dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan
 Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua
paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari
paru-paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu
oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah
melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
b. Ventrikel
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak
atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah.
Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak
ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan katup paru
terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari
dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru
memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju
paru-paru.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


5
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri
menerima darah yang mengandung oksigen sebagai kontrak
atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
Katup aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk
mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan
berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup
mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral
mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan
katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan
mengalir ke seluruh tubuh. (Syamsudin, 2006)
3) Katup-Katup Jantung.
Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :
a. Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium
kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspidalisberfungsi
mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan
cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya,
katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
b. Katup Pulmonalis
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan
berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal
trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3
daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan
darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
c. Katup Bikuspid (Bikuspidalis).

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


6
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium
kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid
menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari
dua daun katup.
d. Katup Aorta.
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal
aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi
sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup
akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah
darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Dan mengenai fisiologi jantung itu terdiri dari :
 Sistem pengaturan jantung.
 Sistem kelistrikan jantung.
 Siklus jantun
 Bunyi jantung.
 Curah jantung.
4. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat di sebabkan oleh
berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi :
a) Disfungsi Miokard
· Iskemia miokard
Penyakit yang ditandai oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
Biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit arteri koroner/ penyakit
jantung koroner, dimana aliran darah melalui arteri terganggu.
· Infark miokard
kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena
yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel jantung
menjadi mati (nekrosismiokard)
· Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada miokardium. Peradangan
ini dapat disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan infeksi virus seperti

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


7
cocksakie virus, difteri , campak, influenza , poliomielitis, dan berbagai macam
bakteri, rikettsia, jamur, dan parasit.
· Kardiomiopati
Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot
jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa
darah dan berdenyut secara normal. Kondisi semacam ini cenderung mulai
dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini
terjadi kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal.
b) Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)
· Stenosis aorta
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup
aorta. Penyempitan pada katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara
maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju
aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 4 kuncup yang akan
menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
· Hipertensi iskemik
Peningkatan tekanan darah secara cepat (misalnya hipertensi yang berasal dari
ginjal atau karena penghentian obat antihipertensi pada penderita hipertensi
esensial) bisa menimbulkan hilangnya kemampuan kompensasi jantung
(dekompensasi).
· Koartasio aorta
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada
titik dimana duktus arteriosustersambung dengan aorta dan aorta membelok ke
bawah.
c) Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)
o Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis
o Tranfusi berlebihan
d) Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
· Anemia

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


8
Dengan keberadaan anemia, kebutuhan oksigen untuk jaringan metabolisasi
hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah jantung. Meskipun kenaikan
curah jantung bisa ditahan oleh jantung yang normal, jantung yang sakit dan
kelebihan beban (meski masih terkompensasi) mungkin tidak mampu
menambah volume darah yang dikirim kesekitarnya. Dalam hal ini,
kombinasi antara anemia dengan penyakit jantung yang terkompensasi
sebelum bisa memicu gagal jantung dan menyebabkan tidak cukupnya
pasokan oksigen kedarah sekitarnya.
· Tirotoksikosis
Tiroktosikosis adalah suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan. Tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang
merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
o Biri-biri
o Penyakit paget
e) Gangguan pengisian ventrikel
· Primer (gagal distensi sistolik)
1. Perikarditis akut
Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium (kantung selaput
jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri.
Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan menghasilkan darah
(fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi rongga
pericardium. Inflamasi pada perikardium terjadi kurang dari 6 minggu.
2. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah,
bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma,
atau ruptur jantung.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


9
· Sekunder

1. Stenosis mitral
Stenosis mitral adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke ventrikel.
Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat
dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup
mitral menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati
jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas
menjadi pendek serta gejala lainnya.
2. Stenosis trikuspidalis
Stenosis trikuspidalis penyempitan lubang katup trikuspidalis, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kanan ke
ventrikel kanan. Stenosis katup trikuspidalis menyebabkan atrium kanan
membesar dan ventrikel kanan mengecil. Jumlah darah yang kembali ke
jantung berkurang dan tekanan di dalam vena yang membawa darah
kembali ke jantung meningkat tajam.
Factor- factor perkembangan gagal jantung :
a. Aritmia
Aritmia akan mengganggu fungsi mekanisme jantung dengan mengubah
rangsangan listrik yang memulai respon mekanis
b. Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru
Respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat
c. Emboli paru
Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap
reaksi ventrikel kanan, pemicu terjadinya gagal jantung kanan.
(Wijaya dkk, 2013)
Pencarian sistematis terhadap penyebab/pemicu harus dilakukan pada
setiap pasien yang baru mengalami gagal jantung atau pun yang
mengalami perburukan. Jika dikenali dengan baik, penyebab pemicu gagal
jantung bisa diobati dengan lebih efektif dibandingkan penyebab utama.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


10
Oleh sebab itu, prognosis akan lebih baik jika faktor pemicu terdeteksi
secara dini pada penderita gagal jantung dan segera mendapat pengobatan
daripada pasien dengan proses penyakit dasar yang terus berkembang
hingga menimbulkan gagal jantung tanpa penyebab pemicu. (Syamsudin,
2011)
5. Patofisiologi
1. Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi cardiac output dan meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel (EDV) maka terjadi
pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Meningkatnya LEDV,
akan mengakibatkan pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung ke dalam anyaman vaskuler paru-paru
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotik vaskuler, maka akan
terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan draenase limfatik, maka akan
terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadi edema paru.
2. Respon kompensatorik
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergik jantung
dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkat
untuk menambah cardiac output (CO), juga terjadi vasokontriksi arteri perifer
untuk menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah metabolismenya, seperti
kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung dan ke otak dapat di pertahankan.
Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang
selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
a. Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin angiotensin
aldosteron ( RAA). Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


11
ginjal, meningkatkan volume ventrikel-ventrikel tegangan tersebut.
Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium
b. Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi
miokardium akan bertambah tebalnya dinding
c. Efek negatif dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun pada akhirnya
dapat menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung dan
memperburuk tingkat gagal jantung.
Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan
kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan paru-paru, vena sistemik dan
edema, fase kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah mengganggu perfusi
jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta gejala,
misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan dan kelemahan
tubuh. Vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir dengan
memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga kalau
dilatasi ruang jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan
oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard
dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen
tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemik miokard, akhirnya dapat timbul
beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang. (Wijaya
& Putri 2013)
6. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung
S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


12
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah)
5) Krekels pada kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi krekels
diseluruh area paru.
6) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari
8) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
9) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan
o Kongesti pada jaringan visceral dan perifer.
o Edema estremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites,
(akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu makan,
mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan akibat penumpukan
cairan. (Smeltzer, 2016)
Pada anak dan bayi :
1) Takikardia (denyut jantung >160 kali/menit pada anak umur di bawah
12 bulan; >120 kali/menit pada umur 12 bulan -5 Tahun
2) Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema perifer
(tanda kongestif)
3) Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru
4) Pada bayi napas cepat (atau berkeringat, terutama saat di beri makanan;
pada anak yang lebih tua edema kedua tungkai, tangan atau muka, atau
pelebaran vena leher
5) Telapak tangan sangat pucat, terjadi bila gagal jantung di sebabkan oleh
anemia. (Nurarif & Kusuma, 2016.
7. Komplikasi
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak)

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


13
c. Episode trombolitik
d. Thrombus terbentuk karna imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.
e. Efusi pericardial dan tamponade jantung
f. Masuknya cairan kekantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik vena
ke jantung ® tamponade jantung. (Wijaya & Putri, 2013)
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektro kardiogram (EKG)
2. Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, disritmia,
takikardia,fibrilasi atrial.
3. Uji stress
4. Merupakan pemeriksaan non-infasif yang bertujuan untuk menetukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
5. Ekokardografi
 Ekokardografimodel M (berguna untuk mengealuasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering di pakai dan
ditayangkanbersama EKG).
 Ekokardografi dua dimensi (CT-scan)
 Ekokardografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
6. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagaljantung kanan dan gagal jantung kiri stenosis katub atau insufisiensi.
7. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
8. Elektrolit
Mungkin berubah karna perpindahann cairan/ penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


14
9. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Congestive Heart
Failure (gagal jantung) menjadi kronis.
10. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
11. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
12. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung.
(Nurarif & Kusuma, 2016)
9. Pencegahan
Menurut Soegondo (2011) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah gagal jantung, diantaranya:
a. Mengonsumsi makanan sehat yang mengandung banyak serat, seperti sayur-
sayuran, buah-buahan, gandum, ikan, dan daging, serta menghindari asupan
garam yang berlebihan. Selain dari bayam, zat besi juga bisa didapatkan dari
suplemen. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti jeroan,
daging kambing, kerang, kuning telur, dan udang. Selain itu batasi asupan gula
dan garam.
b. Menjaga berat badan pada batasan sehat dan melakukan langkah-langkah
penurunan berat badan jika diperlukan.
c. Berhenti merokok bagi seorang perokok. Jika bukan perokok maka upayakan
untuk menghindari asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.
d. Tidak mengonsumsi minuman keras.
e. Berolahraga secara teratur, melakukukan aktivitas atau olahraga yang dapat
membuat jantung sehat, seperti bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua
setengah jam per minggu.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


15
f. Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah pada batas sehat, karena kedua hal
tersebut dapat meningkatkan resiko gagal jantung.

10. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
o Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi
oksigen dengan pembatasan aktivitas.
o Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
o Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.
Penatalaksanaan congestive heart failure (gagal jantung) di bagi atas:
o Terapi non farmakologi
a) CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktifitas.
2) Diet pembatasan natrium menghentikan obat-obatan yang memperparah
seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
3) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari). (Wijayaningsih,
2013)
4) Olahraga secara teratur, diet rendah garam, mengurangi berat
badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari
rokok. (Huda & Kusuma, 2016)
b) CHF Akut
o Oksigenasi (ventilasi mekanik).
o Pembatasan cairan.
o Terapi farmakologi

a) Memperbaiki daya pompa jantung.


 Therapi Digitalis : Ianoxin. Untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


16
Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi \dan
mengurangi edema.
 Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)
b) Pengendalian retensi garam dan cairan
 Diet rendah garam. Untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
 Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix),
Sprionolactone (aldactone). Diberikan untuk memacu eksresi
natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
c) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril,
lisinopril. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
d) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
e) Infusi intravena : nesiritida, milrinzne, dobutamin. (Smeltzer, 2016)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan
secara akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh
melalui anamneses, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
a) Anamnesa

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


17
1) Identitas penderita
 Identitas klien
 Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
doagnosa medik.
 Identitas Penanggung Jawab
 Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien.
2) Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan
edema sistemik.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga
gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
4) Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien (Wijaya & Putri,
2013).
5) Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada
keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit
jantung pada orang tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit
jantung iskemik pada keturunannya. (Ardiansyah, 2012).

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


18
b) Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/ istrirahat
 Gejala: keletihan, kelemahan terus sepanjang hari, insomnia, nyeri
dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau pada
pengerahan tenaga.
 Tanda: gelisah, perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada
aktivitas).
2) Sirkulasi
Gejala:
 Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kanan sebelumnya
 Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu
kuat (pada gagal jantung kanan)
Tanda:
 Tekanan darah mungkin menurun (gagal pemompaan)
 Tekanan nadi menunjukan peningkatan volume sekuncup
 Frekuensi jantung takikardia ( gagal jantung kiri)
 Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/ takikardia blok jantung
 Nadi apikal disritmia
 Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat terjadi, S1
dan S2 mungkin lemah
 Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi x
 Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan
dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
 Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis
 Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat
 Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


19
 Bunyi napas: krekel, ronchi
 Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
 Distensi vena jugularis.
3) Integritas ego
Gejala:
 Ansietas, khawatir, takut
 Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia
 Tanda:
 Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah ketakutan
4) Eliminasi
 Gejala: Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih
malam hari (nokturnal), diare/ konstipasi
5) Makanan/ cairan
Gejala:
 Kehilangan nafsu makan
 Mual/ muntah
 Penambahan berat badan signifikan P
 Pembengkakan pada ekstremitas bawah
 Pakaian/ sepatu terasa sesak
 Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan
kafein
 Penggunaan diuretik (Wijaya & Putri, 2013).
Tanda:
 Penambahan berat badan cepat
 Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting)
6) Hygiene
Gejala: Keletihan, kelemahan, kelemahan selama aktivitas perawatan diri
Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7) Neurosensori
 Gejala : Kelemahan, peningkatan episode pingsan

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


20
 Tanda : Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah
tersinggung
8) Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan.
Tanda: Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri
9) Pernapasan
Gejala:
 Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
 Batuk dengan/ tanpa sputum
 Riwayat penyakit paru kronis
 Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi
Tanda:
 Pernapasan takipnea, nafas dangkal, pernapasan laboral,
penggunaan otot aksesoris
 Pernapasan nasal faring
 Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan tanpa sputum
 Sputum: mungkin bercampur darah, merah mudah/ berbuih, edema
pulmonal
 Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krekels banner dan
mengi
 Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit
pucat/ sianosis (Wijaya & Putri, 2013).
c) Pemeriksaan penunjang
1. Radiogram dada
Kongesti vena paru, redistribusi vaskuler pada lobus-lobus atas
paru, kardiomegali

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


21
2. Kimia darah
Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat
3. Urine
Lebih pekat, bunyi jantung meningkat, natrium meningkat
4. Fungsi hati
Pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin dan enzim
hati (SGOT dan SGPT meningkat) (Wijaya & Putri, 2013

b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subjektif dan data
objektif.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data
yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata
(aktual) dan kemungkinan akan terjadi dimana pemecahannya dapat dilakukan
dalam batas wewenang perawat.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung (takikardia), yaitu
distritmia dan perubahan gambaran pola Elektrokardiografi (EKG),
perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi), bunyi ekstra (S3 dan S4),
penurunan tekanan urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin dan kusam,
serta orthopnea, crekels, pembesaran hepar edema dan nyeri dada.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen, kelemahan umum, dan bed rest atau tirah baring dalam jangka
waktu lama/ immobilitas ditandai dengan adanya kelemahan, kelelahan,
perubahan tanda vital, distritmia, dispnea, pucat dan keluar keringat.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


22
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan memberan
kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah,
cuping hidung, warna kulit pucat.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju fitrasi
glomerulus/ meningkatnya produksi Anti Diuretic Hormon (ADH) dan
retensi natrium dan air ditandai dengan orthopnea, bunyi jantung S3, oliguri,
edema, peningkatan berat badan, hipertensi, distress pernapasan, dan bunyi
jantung abnormal.
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
dalam jangka waktu yang lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan ditandai dengan kelembapan kulit, kerusakan pada permukaan
kulit.
(Wijaya & Putri, 2013)
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, penurunan volume
paru, hepatomegali, splenomegali ditandai dengan ketidaknyamanan fisik.
7. Kecemasan berhubungan dengan dispnea, ancaman kematian ditandai
dengan gelisah, insomnia, resah, ketakutan, sedih, fokus pada
diri dankekhawatiran. (Judith & Wilkson, 2012)
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman tentang hubungan
fungsi jantung/penyakit/gagal jantung ditandai denganpertanyaan
masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode Gagal jantung kronik yang
dapat dicegah.

3. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktifitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencengah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan
yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan
tujuan, menetapkan criteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktifitas

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


23
keperawatan. Intervensi Keperawatan menurut NANDA, NIC & NOC. (Judith &
Wilkson, 2012).

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


kontraktilitas miokard/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama,
konduksi listrik, perubahan structural

tujuan: curah jantung mencukupi untuk kebutuhan individual


criteria evaluasi: a. menunjukan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disaritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis.
Parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urin adekuat)
a. melaporkan penurunana episode dispnea, angina
b. ikut serta dlam aktivitas yang mengurangi bebab kerja jantung

Rencana Keperawatan
NIC (INTERVENSI) RASIONAL

Mandiri: 1. Biasanya terjadi takikardi,


untuk mengkompensasi
1. Auskultasi nadi apical: kaji penurunan kontraktilitas
frekuensi, irama jantung ventrikler

2. S1 dan S2 mungkin melemah


2. Catat bumyi jantung karena menurunnya kerja
pompa. Irama gallop umum
(S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah kedalam
serambi yang distensi. Murmur
dapat menunjukan
inkompetensi/ stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer
3. Penurunan curah jantung
dapat menunjukan
4. Monitor tekanan darah menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis,dan
politeal
4. Pada PJK dini, sedang dan
5. Kaji kulit terhadap pucat dan kronis tekanan darah dapat
sianosis meningkat sehubungn degan
SVR.

5. Pucat menunjukan

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


24
6. Pantau keluaran urin, cacat menurunnya perfusi perifer
penurunanya dan kepekatnya. sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung,
vasokonstriksi, dan anemia
7. Kaji perubahan pada sensori,
contoh letargi, bingung, 6. Ginjal berespon untuk
disorientasi, cemas, dan menurunkan curah jantung
depresi. dengan menahan cairan dan
natrium.
8. Berikan istirahat semi rekumben
pada tempat tidur atau 7. Dapat menunjukan tidak
kursi. Kaji dengan pemeriksaan adekuatnya perfusi serebral
fisik sesuai indikasi sekunder terhadap penurunan
curah jantung
9. Berikan istirahatpsikologi
dengan lingkungan tenang,
menjelaskan prosedur, 8. Istrahat fisik harus
membantu pasien menghindari dipertahankan selama selama
stress, mendengar/ berespon GJK akut atau refraktori untuk
trhadap ekspresi perasaan /taut memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
10. Berikn pispot disamping menurunkan kebutuhan
tempat tidur, hindari respon oksigen miokard dan kerja
valsalva berlebihan

9. Stress emosi menghaslakn


vaokonstriksi, yang
meningkatkan TD dan
11. Tinggikan kaki, hindari meningkatkan frekuensi
tekanan pada bawah lutut. jantung
Dorng latihan aktif/pasif
tingkatkan ambulasi sesuai
toleransi

12. Kaji adanya ketegangan 10. Pispot akan mempermudah


beti, penurunan denyut nadi kerja ke kamar mandi.
kaki, pembengkakan, Maneuver valsalva
kemerahan atau pucat pada menyebabkan ransang vagal
ekstremitas diikuti dengan takikardi,
sehingga kan mempengaruhi
13. Jangan beri preparat fungsi jantung.
digitalis dan laporkan dokter bila
perubahan nyata terjadi pada 11. Menurunkan stasis vena dan
frekuensi jantung atau irama dapat menurunkan insiden
atau tanda toksisitas digitalis pembentkan thrombus dan
embolus
14. Kolaborasi:

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


25
15. Berikan suplemen O2sesuai 12. Menurunnya curah jantung,
indikasi stasis vena dan tirah baring
lama meningkatkan resiko
16. Berikan obat sesuai indikasi tromboflebitis

17. diuretic sprt furosemid, 13. Insiden toksisitas tinggi (20%)


spirinolakton karena sempitnya rentang
terapeutik dan toksik
18. vasodilator sprt: nitrat, dan
arteriodilator sprt; hidralazin
19. digoksin
20. captopril
21. morfin sulfat
22. tranquilizer/sedative
23. antikoagulan 14. Meningkatkan sediaan
24. Pemberian cairan intravena, oksigen untukkebutuhan
pembatasan jumlah total sesuai miokard untuk melawan
indikasi. Hindari cairan garam hipoksia
25. Monitor dan lakukan 15. Untuk meningkatkan volume
penggantian elektrolit sekuncup, memperbaki
26. Montor gambaran EKG dan kontraktilitas dan menurunkan
perubahan foto dada kongesti
27. Monitor hasil laoratorium,
contoh BUN, kreatinin, 16. Tipe dan dosis diuretic
28. pemerikasaan fungsi hati tergantung pada derajat gagal
(AST,LDH) dan jantung dan status fungsi
29. pemerikasaan kkoaulasi ginjal. Penurunan preload
30. Persiapkan untuk paling banyk digunakan dalam
pemasangan pacu jantung jika mengobati pasien
diindikasikan denagncurah jantung relative
31. Persiapkan untuk normal ditambah dengan
pembedahan jika didindikasikan gejala kongesti.

17. Digunakan untuk


meningkatkan curah jantung,
merurunkan volume sirkulasi
dan tahanan vakuler sistemik,
serta kerja ventrikel

18. Meningkatkan kekeuatn


kontraksi miokard dan
memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan
konduksi dan memperlama
periode refraktori [ada

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


26
hubunagn AV untuk
meningkatkan curah jantung
19. Untuk mengontrol ggal jantung
dengan menghambat konversi
angiotensin dalam paru dan
menurunkan
vaokonstriksi,SVR,TD.
20. Menghilangkan kecemasan
dan mengistirahatkan siklus
umpan balik cemas/
peneluaran katekolamin
21. Meningaktkan istirahat dan
menurunkan kebutuhan
oksigen dan kerja moiokard
22. Mencegah pembentukan
thrombus dan embolus

23. Karena adanya peningkatan


tekanan ventrkel kiri, pasien
tidak dapat mentoleransi
peningktan volume cairan.
24. Perpindahan cairan dan
penggunaan diuretk dapat
mempengaruhi elektrolit yang
mempengaruhi irama jantung
dan kontraktilitas.

25. Depresi segmen ST dan


datarnya gelombang T dapat
terjadi karena
peningktan kebutuhn O2
miokard, meskipun tak ada
penyakit arteri koroner.
26. Foto dada dapat
memunjukan
27. pembesaran jantung dan
perubahn kongesti pulmonal.

28. Peninghkatan BUN


menunjukan gagal ginjal,

29. AST/LDH dapat meningkat


sehubungan dengan kongesti
hati.

30. Perubahn koagulasi diukur


untuk mengetahui keefektifan

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


27
antikoagula

31. Mungkin perlu untuk


memperbaki bradisritmia ta
responsive terhadap intervensi
obat yang dapat berlanjut
menjadi gagl kongestif.
32. Gagal kongesti sehubungan
dengan aneurisma ventrikuler
atau disfungsi katup dapat
membutuhkan aneurisektomi
untuk memperbaiki kontrektilitas
miokard

2. Intoleransi berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai


oksigen/ kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama

tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam


diharapkan Klien dapat menoleransi aktivitas dan melakukan ADL dengan
baik dengan kriteria
 berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, mmenuhi kebutuhan
perawatan diri sendiri
 mencapai peningkatan toleransi aktiviras yang daapt diukur, dibuktikan
dengan menrunnya kelemahan kelelahan dan tanda vital DBN selama
aktivitas

Rencana Keperawatan
NIC ( intervensi) RASIONAL
Mandiri: Hipotensi ortostatik dapat tejadi
dengan aktivitas karena efek obat,
Cek tanada vital sebelum dan perpindahan cairan atau prngaruh
segera setelah aktivitas, fungsi jantung

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


28
khususnya pada pasien yang
menggunakan vasodilator, diuretic,
atau beta bloker Penurunan miokardium untuk
meningktakan volume sekuncup
Catat respon cardiopulmoner selama aktivitas, dapat
terhadap aktivitas, catattakikardi, menyebabkan peningkatan segera
disaritmia, dispnea, berkeringat, pada frekuensi jantung dan
pucat. kenutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan dan
kelemahan

Kelemahan adalah efek samping


beberapa obat (betabloker,
Kaji penyebab lain teradinya traquilizer, dan sedative). Nyeri
keletihan, seperti pengobatab, dan program penuh stress juga
nyeri, obat. memerlukan energi dan
menyebabkan kelemahan

Dapat menunjukan peningkatan


dekompensasi jantung daripada
Evaluasi peningkatan intuleransi klebihan aktivitas
aktivitas
Pemenuhan kebutuhan perawatan
diri pasien tanpa mempengaruhi
Berikan bantuan aktivitas sters miokard/ kebutuhan oksigen
perawatan diri yang berlebihan.

Kolaborasi: Peningkatan bertahap pada


aktivita menghindari kerja
Implementasikan program rehabilitasi
jantung yang berlebihan.
jantung/ aktivitas
Penguatan dan perbaikan fungs
jantung dibawah stress, bila
disfungsi jantung tidak dapat
membaik kembali.
.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


29
3. Kelebihn vlume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomerulus/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan pasien
dapat menunjukkan oksigenasi dan ventilasi adekuat dengan kriteria hasil :

Kriteria evaluasi:
a. Mendemostrasikan vlume cairan stabil dengan keseimbangan maskan
dan pengekuaran, bunyi nafas bersih/ jelas, tanda vital dalam rentang yang
dapat diterima, berat badan stabil, dan tak ada edema
b. Menyatakan pemahaman tentang/ pembatasan cairan individu

Rencana Keperawatan
NIC(intervensi) RASIONAL
Mandiri: ·
· Keluaran urin mungkin sedikit
Monitor keluaran urin, cacat
pekat karena penurunan perfusi
jumlah, warna, saat hari dimana
ginjal, posisi terlentang membantu
diuresis terjadi
diuresisi

terapi diuretic dapat menyebabkan


Hitung keseimbangan pemaukan
kehlangan caira tiba-tiba meskipun
dan pengeluaran selama 24 jam
edem masih ada

Posisi terlentang meningkatkan


Pertahankan duduk atau tirah
filtrasi ginjal dan menurunkan
baring dengan posisi semi fowler
produksi ADH sehingga
selama fase akut
meningkatkan diuresis

Melibatkan pasien dalam program


Buat jadwal pemasukan cairan,
terapi dapat meningkatkan
digabung dengan keinginan minum
perasaan mengontrol dan kerja
bila mungkin. Berikan perawatan
sama dalam pembatasan
mulut
Cacat perubahan ada/hilangnya
Timbang berat badan tiap hari
edem sebagai respon terhadap
terapi. Peningkatan 2,5 kg
menunjukan kurang lebih 2L
cairan. Sebaliknya diuretic dapat
mengakibatkan kehilangan cairan
dan kehilangan berat badan

Retensi cairan berlebihan dapat

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


30
Kaji distensi leher dan pembuluh dimanifstasikan oleh
perifer. Lihat area tubuh dependen pembendungan vena dan
untuk edema dengan /tanpa pembentukan edema. Edema
pitting; catat adanya edema tubuh perifer mulai dari kai /mata kaki
umum dan meningkat sebagai kegagalan
paling buruk.

Pembentukan edema, sikulasi


melambat, gangguan pemasukan
Uabah posisi sesering mugkin. nutrisi dn imobilisasi lama
Tinggikan kaki bila duduk. Lihat merupakan kumpulan stressor
permukaan kulit, pertahankan yang mempengarhi integritas kulit
tetap kering dan brikan bantalan
sesuai indikasi Kelebihan volume cairan sering
menimbulkan kongesti paru. Gejal
Auskultasi bunyi nafas, catat edema paru dapat menunjkan
penurunan atau bunyi tambahan, gagal jantung kiri akut. Gejala
cacat adanya penigkatan dispnea, gagal jangtung kanan dapat timbul
ortopnea, dipnea noktunal, lambat tetapi lebih sulit membaik
paroksismal, batuk persisten
Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukan kelebiahan volume
Pantau tekanan darah dan CVP caiaran dan dapat menunjukan
terjadinya/ penigkatan kongesti
paru, gagal jantung.

Kongesti visceral dapat


mengganggu fungsi gaster
Kaji bising usus. Cata keluhan /intestinal
anoreksia,mual, distensi,
abdomen, konstipasi Penurunan motilitas gaster dapat
berefek merugikan pada digestif
Berikan makanan yang mudah dan absorpsi. Makan sedikit dan
dicerna, porsi kecil dan sering sering meningkatkan digesti/
mencegah ketidaknyaman
abdomen.

Caiarn dpat berpindah ke dalam


Ukur lingkar abdomen sesuai area peritoneal, menyebabkab
indikasi meningkatnya lingkar abdomen

Ekspresi persaan dapat


Dorong untuk menyatakan menurunkan stress yang
perasaaan sehubungan dengan mengeluarkan energi yang banyak
pembatasan ssehingga timbul kelemahan

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


31
Perluasaan gagal jantung
Palpasi hepatomegali. Cacat menimbulakan kongesti vena,
keluhan nyeri abdomen kuadran menyebabka distensi abdomen,
kanan atas/ nyeri tekan pembesara hati, dan nyeri.

Tnda deficit kalium dan natrium


Catat peningkatan letargi, yang dapat terjadi sehubungan
hipotensi, kram otot. dengan perpindahan cairan dan
terapi diuretik

Kolaborasi:
Meningkat kalaju aliran urine dan
Pemberian obat sesuai indikasi dapat menghambat reabsopsi
Diuretic natrium/klorida pada tubulus ginjal

Meningkatkan diuresis tanpa


Tiazid dengan agen pelawan kehilangan kalium berlebohan
kalium
Mengganti kehilangan kalium
sebagai efek samping terapi
Tambahan kalium diuretic, yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung

Menurunkan air total tubuh/


mencegah reakumulasi cairan
Mempertahankan caran/ Perlu memberikan diet yang dapat
pembatasan natrium sesuai diterima pasien yangmemenuhi
indikasi kebutuhan kalori dalam
Konsul denagn ahli diet pembatasan natrium

Menunjukan perubahn indikatif


peningkatan/perbaikan kongesti
paru
Pantau foto trak
Meskipun tidak sering digunakan,
pergantian cairan mekanis
Kaji dengan torniket rotasi, dilakukan untuk mempercepat
dialysis, atau ultra fitrasi sesuai
penurunan volume sirkulasi,
indikasi
khususnya pada edema paru
refraktori pada terapi lain.

4. Implementasi Keperawatan

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


32
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan,
dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk
menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam
rencana keperawatan pasien, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian
bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan perawatan
kesehatan keluarga. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan
menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang
diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independent, dependen
dan interdependen. (Doenges, 2002)

5. Evaluasi
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku
pasien yang tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.
Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien mencerminkan suatu kemunduran
atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat.
Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan
sebelumnya telah efektif dengan menelah respon pasien dan membandingkannya
dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan. (Doenges, 2002)
Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap
rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik,
perawat menghentikan rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa
masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi
mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau memodifikasi rencana
Asuhan Keperawatan.

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


33
DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki. (2011). Peran Perawat Dalam Penanganan Gagal Jantung. Di akses 31


Januari 2017. http://eprints.ums.ac.id/22046/2/BAB_I.pdf

Anurogo, Wulandari. (2012). 45 Penyakit yang di temukan di Masyarakat (pengenalan,


pencegahan & alternative pengobatannya).Yogyakarta: Andi Offset

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Yogjakarta: DIVA


Press

Doenges Marilynn. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Di akses 9 Maret
2017. http://kti-munir.blogspot.co.id/2011/03/gagal-jantung-kongestif-chf.html

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


34
Fathoni. (2010). Informasi Kedokteran dan kesehatan Gagal Jantung. Di akses 20
Januari 2017. http://www.informasikedokteran.com/2015/09/gagal-jantung.html

Judith, dkk. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
Nic, Kriteria Hasil Noc. Edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Kabo. (2012). Tanda gejala gagal jantung. Di akses 31 Januari


2017.http://repository.wima.ac.id/3141/2/Bab%201.pdf

Nurhayati & Nuraini, 2009. Jurnal Gagal Jantung. Di akses 7 Januari


2017. <http://www.stikesayani.ac.id>

Nurarif, Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Jogja

Prasetyono, Dwi Sunar (2012). Daftar Tanda dan Gejala Ragam Penyakit.Yogyakarta:
Fleshbooks

Rekam Medik RS Tk IV Binjai. (2016). Prevalenti gagal Jantung 3 Tahun Berturut-turut

Riskesdas. (2013). Prevalensi Gagal Jantung di Indonesia. Di akses 13 Januari


2017.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf

RSUP H Adam Malik Medan. (2016). Prevalenti Gagal Jantung 3 Tahun Berturut-turut

Setiani. (2014). KTI Gagal Jantung. Di akses 12 Januari 2017.


http://docplayer.info/31581020-Karya-tulis-ilmiah-asuhan-keperawatan-gagal-
jantung-pada-tn-j-di-ruang-sekar-jagad-rsud-bendan-kota-pekalongan.html

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


35
Smeltzer S, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer S. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 12. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC

Soegondo. (2011). Laporan Pendahuluan Gagal Jantung. Di akses 31 Januari


2017. http://www.inaheart.or.id/artikel/164-cara-pencegahan-pada-gagal-jantung/
Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskuler dan Renal.Jakarta:
Salemba Medika

Syamsudin. (2006). Fungsi dan fisiologi kerja jantung. Di akses 21 Januari


2017 http://www.newsfarras.com/2014/11/Kerja-Fungsi-Anatomi-Fisiologi-
Jantung.html

WHO. (2013). Data dari Organisasi Kesehatan Dunia. Di akses 30 Januari


2017. http://eprints.ums.ac.id/25856/2/BAB_I.pdf

Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika

Wijayaningsih Sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta Timur: KDT

Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu


36
Pendidikan Program Ners Stik Ij Palu. Ni Luh Sarinu
37

Anda mungkin juga menyukai