Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM

”KEJANG DEMAM”

DI RUANG PERAWATAN ASOKA

BLUD RSUD PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR

NAMA : CICA RAHAYU

NIM : 16CP1006

CI LAHAN CI INSTITUSI

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

T.A 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Defenisi
Kejang demam atau Febrilevconvulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium dan intrakranium.

2. Etiologi
Kejang demam dapat disebabkan oleh :

a) Kejang demam yang berasal dari dalam susunan saraf pusat

1) Ensefalitis (peradangan pada otak)


2) Meningitis (peradangan pada serabut otak yaitu aracnoidea dan piameter)
3) Tetanus
4) Abses otak dan lain-lain
b) Kejang demam yang berasal dari luar susunan sarap pusat
1) Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
2) Otitis media akut (OMA)
3) Tonsilitis
4) Infeksi traktus urinarius
5) Gasiroenteritis
6) Furukulosis
c) Kejang demam yang diturunkan secara dominant autosomal sederhana yaitu
dimana yang diturunkan ialah kemungkinan adanya defesiensi enzim yang
dapat menyebabkan maturasi otak terlambat
d) Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian prenatal (kelainan genetic
infeksi pada janin struktur kromoson) dan perinatal (trauma, infeksi, hipoksia,
alat anastesi, premature, dll) yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
4. Manifestasi klinik
a) Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat (>38oC)
b) Serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan dari benruk tonik-klonok, tonik, klonok, fokal atau akinetik.
c) Nadi dan pernafasan cepat
Klasidikasi

a. Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas dua golongan yaitu
1. Kejang demam sederhana (simple Fibrite convulsiom)
2. Epilefsi yang dipropokasi oleh demam (epilefsi triggered off fever)
Adapun kriterianya adalah:

a) Kejang demam sederhana ialah:


1. Kejang umum
2. Waktunya singkat
3. Umur serangan pertama kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali /tahun
5. EEG normal
b) Yang digolongkan epilepsy yang diprovokasi oleh demam ialah:
a) Kejang lama atau fokal
b) Umer lebih dari 6 tahun
c) Frekuensi serangan lebih dari 4 kali/tahun
d) EEG setelah demam tidak normal

b. Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam menjadi:


1) Kejang demam sederhana
2) Kejang demam atipikal
(a) Adapun criteria untuk kejang demam sederana:
(1) Penderita dengan neurologis normal
(2) Umur 6 bulan sampai 4 tahun
(3) Suhu 100oF atau lebih
(4) Kejang simetris
(5) Kejang berlangsung kurang dari 30 menit
(6) Setelah kejang, neurologis normal
(7) EEG normal setelah tidak normal
(b) Penderita kejang demam yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan
kedalam kejang demam atipikal
c. Sub Bagian anak FKUI-RSCM jakarta memodifikasi kriteria kejang demam
menurut Living Stone menjadi lebih sederhana yaitu :
- Kriteria kejang demam sederhana
- Penderita kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari 7
kriteria tersebut digolongkan kepada epilepsi yang diprovokasi oleh demam
dimana epilepsi ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan
timbulnya kejang sedangkan demam hanya merupakan pencetus faktor
pencetus saja.
d. Kriteria kejang demam sederhana menurut Thesis Lumban Tobing
- Adanya kejang dan demam
- Tidak ada deficit neurologist sebelum dan sesudah serangan kelang
- Liquar normal
5. Penatalaksanaan medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu:

a. Memberantas kejang secepat mungkin


Bila anak kejang segera berikan

1) Diazepam intravena → dosis rata-rata 0,3 mg/kg atau


Diazepam rectal → dosis ± 10 kg = 5 mg

≥ 10 kg = 10 mg

Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulangi dosis yang sama, tetapi
bila kejang berhenti berikan dosis awal Fenibarbiturat

Neonatus : 30 mg

1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg


> 1 tahun : 75 mg

2) Bila Diazepam tidak tersedia pakai fenobarbital dengan dosis awal yaitu:
Neonatus : 30 mg 1 M

1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg 1 M

> 1 tahun : 75 mg 1 M

b. Pengobatan penunjang
1) Semua ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan jalan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Pengisapan lender secara teratur dan diberikan oksigen
5) Menurunkan suhu yang tinggi dengan kompres hangat
c. Pengobatan rumat (Pengbatan yang diberikan sesudah kejang dapat diatasi atau biasa
disebut pengobatan untuk pemulihan).
d. Mencari penyebab dan mengobati
6. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian. Adapun frekuensi terulangnya kejang umumnya terjadi pada 6
bulan pertama.

Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga maka lennox Bucthai
(1973) mendapatkan :

1. Pada anak berumur (13 tahun terulangnya kejang pada wanita 30 % dan pria 33 %)
2. Pada anak berumur antara 14 bulan sampai 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya
kejang. Terulangnya kejang adalah 30 % sedangkan pada tanpa riwayat kejang 25%
Resiko yang akan dihadapi oleh seseorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor :

1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam kelurga


2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam.
3) Kejang demam berlangsung lama atau kejang total.

B. Konsep Dasar Keperawatan


a) Riwayat keperawatan
- Aktivitas / Istrahat
Gejala : Kelelahan, Kelemahan umum

Tanda : perubahan tanus / kekuatan otot

Gerakan incolunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot

ataupun sekelompok otot

- Sirkulasi
Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, posiktal, tanda vital

normal atau defresi dengan penurunan nadi

- Eliminasi
Gejala : Inkontinensia

Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus otot spingter

Otot relaksasi yang menyebabkan inkontinensia

- Makanan / Cairan
Gejala : Sensivitas terhadap makanan, mual/muntah

Tanda : Kerusakan jaringan / gigi

- Nyeri / Kenyamanan
- Pernafasan
- Keamanan
b) Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat, apnoa, sianosis
2. Sistem kardiovaskuler
Bibir sianosis, kesadaran menurun, TD, akral dingin, nadi cepat

3. sistem pencernaan
Bibir kering, nafsu makan menurun, mual, diare, mukosa mulut luka

4. Sistem perkemihan
5. Sistem muskuloskeletal
Kelemahan otot-otot, kontraktor sendi

6. Sistem integumen
Kulit kering, turgor jelek, rambut rontok dan kotor, kulit panas dan kasar

7. Sistem penginderaan
Mata rabun senja tanpa kekurangan vitamin A

8. Sistem persyaratan
Perkembangan sel otak kurang, IQ rendah, retardasi mental, kelumpuhan

9. Sistem imunolgi
Menurun sehingga mudah terkena infeksi seperti ISPA, OMA, ISK

c) Diagnostik Test
- Pemeriksaan Laboratorium
1) Elektrolit : tidak seimbang
2) Glukosa hipoglikemia (normal : 80-120)
3) Ureum/kreatinin : meningkat (U : 10-15 & K = < 1,4 mg /dl)
4) Sel darah merah (Hb) menurun (N L : 14-18 & P : 12-26 g / dl )
5) Sel darah putih (leukosit) meningkat (N : 4-10 ribu / ul)
6) LED 1 jam / 2 jam meningkat
7) Fungsi lumbal : untuk menegtahui tekanan normal dari css tanda-tanda infeksi.
- EEG digunakan menentukan adanya kelainan pada SSP
- Pemeriksaan radiology
2. Masalah Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d adanya infeksi
2. Resiko tinggi cedera fisik : lidah tergigit b/d aktivitas motorik meningkat
3. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh b/d intaske kurang.
4. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d pengeluaran
berlebihan.
5. Kecemasan orang tua b/d dampak hospitalisasi.
6. Kurang pengetahuan orang tentang penanganan saat kejang b/d kurangnya informasi.
3. Intervensi dan Rasional
1.Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien

Intervensi :

- Kaji penyebab hipertermi


R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi
baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar dalam
rencana intervensi.

- Observasi suhu badan


R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut

- Beri kompres hangat pada dahi/axilla


R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh darah
sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga pergerakan molekul
cepat.

- Beri minum sering tapi sedikit.


R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.

- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.

- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik


R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

2.Resko tinggi cedera fisik: lidah tergigit b/d altivitas meningkat (kejang)
Tujuan : lidah tidak tergigit
- Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang
R/ Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuannya dalam mengatasi kejang

- Sediakan spatel lidah


R/ spatel lidah sangat penting untuk mencegah jika tergigitnya lidah

- Beri posisi miring kiri dan kanan


R/ mencegah aspirasi lambung

- Lakukan suction bila banyak lendir


R/ secret yang banyak dapat menyumbat jalan nafas dalam hal ini dapat mengakibatkan
disteress pernapasan sehingga harus dilakukan suction bila banyak lender.

- Penatalaksanaan pemberian obat anti konvulsan


R/ sebagai pengatur gerakan motorik / menghentikan gerakan motorik yang berlebihan.

3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

- Kaji pola makan


R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat
memperburuk status anak

- Timbang BB bila memungkinkan


R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi

- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering


R/ membantu mengurangi distensi lambung

- Beri makanan yang bervariasi


R/ menambah nafsu makan

- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien


R/ mengetahui intake yang masuk

- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.


R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
4.Resiko tinggi perubahan volume cairan kurangdari kebutuhan b/d intake yang berlebihan
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan

Intervensi

- Monitor tanda-tanda dehidrasi


R/: adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan berkurang akan dapat
memperburuk status klien karena intake kurang

- Anjurkan beri minum banyak sesuai kebutuhan klien


R/: dapat mengganti kebutuhan cairan klien yang hilang

- Observasi tanda-tanda vital


R/: merupakan indikator dari volume cairan

- Observasi frekuensi dan konsistensi bab


R/: mengetahui perkembangan penyakit serta indikasi dalam rencana intervensi

- Penatalaksanaan pemberian infus parental


R/: memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang.

5.Kecemasan orang tua


Tujuan : Kecemasan pada orang tua berkurang

Intervensi

- Kaji pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya


R/: mengetahui kebutuhan keluarga akan pengetahuan sehingga dapat mengurangi
kecemasan

- Beri support pada keluarga bahwa anaknya akan sembuh kalau disiplin dalam
mengikuti perawatan
R/: memberikan harapan, menurunkan kecemasan, mentaati anjuran pengobatan

- Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan perasaanya


R/: mengurangi beban psikologi dan menyalurkan aspek emosional secara efektif dan
cepat

- Beri informasi yang nyata tentang perawatan yang diberikan


R/: Dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat mengurangi kecemasan

6.Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penanganan saat kejang b/d kurang terpajang
informasi.
Tujuan : orang tua dapat memahami tentang penanggulangan kejang

Intervensi

- Kaji tingkat pengetahuan orang tua tentang penanggulangan kejang


R/: memudahkan dalam pemberian pemahaman tentang kejang sesuai dengan tingkat
pengetahuan orang tua

- Berikan penjelasan pada orang tua klien tentang penanggulangan kejang


R/: penjelasan yang baik dan tepat meningkatkan pengetahuan orang tua dalam
menangani kejang

- Anjurkan pada orang tua klien tentang cara penggunaan spatel


R/: informasi tentang cara penggunaan spatel sangat penting agar dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan keluarga klien

- Anjurkan pada orang tua untuk segera membawa anaknya kerumah sakit atau
puskesmas bila anaknya kejang yang lama
Mengurangi komplikasi atau bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kejang.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-


2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC

Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Lazim Terjadi
Pada Anak. Surabaya: PERKANI

Anda mungkin juga menyukai