”KEJANG DEMAM”
NIM : 16CP1006
CI LAHAN CI INSTITUSI
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
T.A 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM
1. Defenisi
Kejang demam atau Febrilevconvulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium dan intrakranium.
2. Etiologi
Kejang demam dapat disebabkan oleh :
a. Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas dua golongan yaitu
1. Kejang demam sederhana (simple Fibrite convulsiom)
2. Epilefsi yang dipropokasi oleh demam (epilefsi triggered off fever)
Adapun kriterianya adalah:
≥ 10 kg = 10 mg
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulangi dosis yang sama, tetapi
bila kejang berhenti berikan dosis awal Fenibarbiturat
Neonatus : 30 mg
2) Bila Diazepam tidak tersedia pakai fenobarbital dengan dosis awal yaitu:
Neonatus : 30 mg 1 M
> 1 tahun : 75 mg 1 M
b. Pengobatan penunjang
1) Semua ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan jalan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Pengisapan lender secara teratur dan diberikan oksigen
5) Menurunkan suhu yang tinggi dengan kompres hangat
c. Pengobatan rumat (Pengbatan yang diberikan sesudah kejang dapat diatasi atau biasa
disebut pengobatan untuk pemulihan).
d. Mencari penyebab dan mengobati
6. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian. Adapun frekuensi terulangnya kejang umumnya terjadi pada 6
bulan pertama.
Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga maka lennox Bucthai
(1973) mendapatkan :
1. Pada anak berumur (13 tahun terulangnya kejang pada wanita 30 % dan pria 33 %)
2. Pada anak berumur antara 14 bulan sampai 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya
kejang. Terulangnya kejang adalah 30 % sedangkan pada tanpa riwayat kejang 25%
Resiko yang akan dihadapi oleh seseorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor :
- Sirkulasi
Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, posiktal, tanda vital
- Eliminasi
Gejala : Inkontinensia
- Makanan / Cairan
Gejala : Sensivitas terhadap makanan, mual/muntah
- Nyeri / Kenyamanan
- Pernafasan
- Keamanan
b) Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat, apnoa, sianosis
2. Sistem kardiovaskuler
Bibir sianosis, kesadaran menurun, TD, akral dingin, nadi cepat
3. sistem pencernaan
Bibir kering, nafsu makan menurun, mual, diare, mukosa mulut luka
4. Sistem perkemihan
5. Sistem muskuloskeletal
Kelemahan otot-otot, kontraktor sendi
6. Sistem integumen
Kulit kering, turgor jelek, rambut rontok dan kotor, kulit panas dan kasar
7. Sistem penginderaan
Mata rabun senja tanpa kekurangan vitamin A
8. Sistem persyaratan
Perkembangan sel otak kurang, IQ rendah, retardasi mental, kelumpuhan
9. Sistem imunolgi
Menurun sehingga mudah terkena infeksi seperti ISPA, OMA, ISK
c) Diagnostik Test
- Pemeriksaan Laboratorium
1) Elektrolit : tidak seimbang
2) Glukosa hipoglikemia (normal : 80-120)
3) Ureum/kreatinin : meningkat (U : 10-15 & K = < 1,4 mg /dl)
4) Sel darah merah (Hb) menurun (N L : 14-18 & P : 12-26 g / dl )
5) Sel darah putih (leukosit) meningkat (N : 4-10 ribu / ul)
6) LED 1 jam / 2 jam meningkat
7) Fungsi lumbal : untuk menegtahui tekanan normal dari css tanda-tanda infeksi.
- EEG digunakan menentukan adanya kelainan pada SSP
- Pemeriksaan radiology
2. Masalah Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d adanya infeksi
2. Resiko tinggi cedera fisik : lidah tergigit b/d aktivitas motorik meningkat
3. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh b/d intaske kurang.
4. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d pengeluaran
berlebihan.
5. Kecemasan orang tua b/d dampak hospitalisasi.
6. Kurang pengetahuan orang tentang penanganan saat kejang b/d kurangnya informasi.
3. Intervensi dan Rasional
1.Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien
Intervensi :
- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.
2.Resko tinggi cedera fisik: lidah tergigit b/d altivitas meningkat (kejang)
Tujuan : lidah tidak tergigit
- Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang
R/ Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuannya dalam mengatasi kejang
Intervensi
Intervensi
- Beri support pada keluarga bahwa anaknya akan sembuh kalau disiplin dalam
mengikuti perawatan
R/: memberikan harapan, menurunkan kecemasan, mentaati anjuran pengobatan
6.Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penanganan saat kejang b/d kurang terpajang
informasi.
Tujuan : orang tua dapat memahami tentang penanggulangan kejang
Intervensi
- Anjurkan pada orang tua untuk segera membawa anaknya kerumah sakit atau
puskesmas bila anaknya kejang yang lama
Mengurangi komplikasi atau bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Lazim Terjadi
Pada Anak. Surabaya: PERKANI