Anda di halaman 1dari 36

Lomba Membawa Petaka

Panitia peringatan hari kemerdekaan RI bulan Agustus yang lalu menyelenggarakan berbagai
lomba salah satunya lomba sepak bola api khusus laki-laki. Pada lomba ini semua pemain harus
menggunakan kain sarung dan bola yang digunakan adalah buah kelapa yang direndam dalam
bensin dan dinyalakan korek api sehingga menghasilkan api yang menyala selama
pertandingan. Saat seorang pemain lawan menendang bola dengan keras kearah Marwan,
Marwan tidak dapat mengelak sehingga bola jatuh di sarung Marwan dan menyebabkan sarung
dan baju Marwan terbakar hebat. Semua pemain dan penonton berusaha menolong Marwan
dengan menyiramkan pasir di lapangan agar api di sarung dan pakaian Marwan padam.
Akhirnya api padam dan sebagian besar sarung dan baju Marwan hangus terbakar. Marwan
segera dibawa teman-temannya ke rumah sakit. Di IGD Marwan diperiksa dan didapatkan luas
luka bakar di area kaki, badan, dan tangannya sekitar 53%. Dari IGD Marwan dibawa ke unit
perawatan luka bakar untuk mendapatkan perawatan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling berat dibandingkan
dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Dunne
& Rawlins, 2014). Berat dan ringannya luka bakar tergantung pada jumlah area permukaan
tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang terjadi (Pusponegoro, 2010). Luka
Bakar adalah Kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena terkena api, panas, friksi,
radiasi (kulit menggelap terbakar matahari, bahan kimia atau listrik).
Munurut WHO , luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling
serius seluruh dunia, di perkirakan 300,000 kematian terjadi akibat luka bakar terbanyak di
sebabkan air panas, listri, kimia. Lebih dari 95% kejadian luka bakar sangat tinggi terjadi
di negara berpengahasilam rendah dan menengah. Angka kematian tertinggi akibat luka
bakar di tepati oleh asia tenggara (11,6 kematian per 100,000 populasi pertahun), kemudian
diikutioleh mediterania timur (6,4 kematian per 100,000 populasi petahun ) dan afrika (6,1
kematian per 100,000 populasi pertahun).
Berdasarkan data dari depkes RI tahun 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar
diindonesia. Angka kejadian luka bakar dalam datanya tahun 1.186 kasus pada 2012
menjadi 1.123 kasus ditahun 2013, dan 1.209 kasus ditahun 2014. Di indonesia angka
kematian akibat luka bakar masih sangat tinggi sekitar 40 %, terutama diakibatkan oleh
luka bakar berat
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kejadian luka bakar di
masyrakat masih cukup tinggi sehingga membutuhkan pertolongan pertama pada pasien
luka bakar. Apabila penanganan luka bakar tidak benar dapat berdampak timbulnya
beberapa komplikasi. Luka bakar tidak hanya menimbulkan kerusakan kulit, tetapi juga
mempengaruhi seluruh system tubuh.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi luka bakar?
2. Bagaimana epidemiologi luka bakar?
3. Apa klasifikasi luka bakar?
4. Apakah penyebab luka bakar?
5. Apa saja manifestasi klinis luka bakar?
6. Bagaimana proses terjadinya luka bakar?
7. Bagaimana penyembuhan luka bakar?
8. Apa saja komplikasi luka bakar?
9. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar?
10. Bagaimana perawatan luka bakar?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi luka bakar.
2. Untuk mengetahui epidemiologi luka bakar.
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.
4. Untuk mengetahui penyebab luka bakar.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis luka bakar.
6. Untuk mengetahui proses terjadinya luka bakar.
7. Untuk mengetahui penyembuhan luka bakar.
8. Untuk mengetahui komplikasi luka bakar.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan luka bakar.
10. Untuk mengetahui perawatan luka bakar.
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar.
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi Istilah
Luka bakar : sejenis cedera kulit dan daging, perlukaan jaringan secara langsung dan\
tidak langsung karena sengatan api

IGD : layanan kondisi pasien gawat darurat

Luas luka bakar : luas luka & diameter serta menggunakan persenan

Unit perawatan luka bakar : unit atau tempat untuk perawatan luka bakar

2.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pertolongan pertama luka bakar? Apakah tindakan menyiram pasir pada
skenario adalah benar?
2. Luka bakar derajat berapakah berdasarkan scenario?
3. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?
4. Bagaimana cara perawatan luka bakar?
5. Apa komplikasi yang terjadi jika tidak diatasi segera?
6. Berapa lama proses penyembuhan pada luas luka 53%?
7. Bagaimana cara menentukan rentang keparahan dari luka?
8. Ciri-ciri luka bakar?
9. Mana yang lebih cepat menggunakan pasir/pasta gigi?

2.3. Analisis Masalah

1. - Menggunakan air mengalir suhu 20-30 menit


- Pasir adalah penghantar panas yang baik, maka kurang tepat karena akan
memperparah luka
- Membasahi sarung untuk mematikan api

2. Derajat 2, karena;
Derajat 1 yaitu daerah epidermis, supervisial bula
Derajat 2 yaitu daerah dermis, sudah ada bula
Derajat 3 yaitu daerah tulang yang berakibat terhadap gangguan pernafasan, full
thickness, memutih, mengeras
Derajat ringan
Derajat berat, diatas 50%
3. Berdasarkan ketentuan teori yang membahas cara menghitung luas luka bakar
4. - menjauhkan dari paparan sinar UV
- menggunakan cream resep dokter
- Perawatan luka steril
- Menjaga makanan
- Menganjurkan banyak minum air putih
5. - Menimbulkan infeksi
- Kerusakan kulit
- Dehidrasi
- Gangguan pernafasan
- Hipoflemia (penurunan jumlah darah)
- Amputasi
- Anemia
6. Kasus ini berada pada derajat berat tergantung perawatan luka, usia, stress, pola
perilaku
Rentang:
- Homeostasis (1-3 hari)
- Inflamasi (3-7 hari)
- Proliferasi
- Maturasi

membutuhkan waktu 6 bulan

7. Luka bakar karena luas luka bakar dengan rentang, keparahan berhubungan
2.4. Hipotesis Masalah

Marwan

Mengikuti perlombaan bola

Terbakar baju dan sarung

Pertolongan yang diberikan

Teman Inisiatif diri sendiri

Menyiram pasir Berguling guling di tanah

Api padam

Luka bakar
Luka bakar kaki
IGD 53%
Badan

Tangan

UPLB (Unit Perawatan Luka Bakar)

untuk mendapatkan

Asuhan Keperawatan
pada Pasien Luka Bakar

2.5. Learning objektiv


1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Klasifikasi
4. Etiologi
5. Manifestasi klinis
6. Patofisiologi
7. Prognosis
8. Komplikasi
9. Penatalaksanaan
10. Pemeriksaan diagnostic
11. Pemeriksaan penunjang
12. Asuhan keperawatan

2.6. Landasan Teori

2.6.1 Definisi

Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling berat
dibandingkan dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Dunne & Rawlins, 2014). Berat dan ringannya luka bakar tergantung
pada jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang
terjadi (Pusponegoro, 2010).
Luka Bakar adalah Kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena terkena api, panas,
friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari, bahan kimia atau listrik.
Luka bakar adalah perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, panas tersebut
dapat dipindahkan melalui kondisi dan radiasi elektromagnetik.
2.6.2 Epidemiologi
Munurut WHO , luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
paling serius seluruh dunia, di perkirakan 300,000 kematian terjadi akibat luka bakar
terbanyak di sebabkan air panas, listri, kimia. Lebih dari 95% kejadian luka bakar
sangat tinggi terjadi di negara berpengahasilam rendah dan menengah. Angka
kematian tertinggi akibat luka bakar di tepati oleh asia tenggara (11,6 kematian per
100,000 populasi pertahun), kemudian diikutioleh mediterania timur (6,4 kematian
per 100,000 populasi petahun ) dan afrika (6,1 kematian per 100,000 populasi
pertahun).
Berdasarkan data dari American Burn Association (ABA) tahun 2010-2015
mengalami peningkatan di AS sekitar kasus pada tahun 2015 menjadi 558.400 kasus
dimana 70% pasien laki – laki dengan rata – rata usia sekitar 32 tahun, 18% anak anak
usia dibawah 5 tahun dan 12,7% berusia diatas 60 tahun dengan luas 10%. Menurut
World Fire Statistics Centre pada tahun 2003 hingga 2005 tercatat negara yang
memiliki prevalensi terendah terjadinya luka bakar adalah Singapura sebesar 0,12%
per 100.000 orang dan yang tertinggi adalah Hongaria sebesar 1,98%.Sekitar 2 juta
orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun ,dengan100.000 orang yang
dirawat di rumah sakit dan 20.000 orang yang perlu dirawat dalam pusat-pusat
perawatan luka bakar.
Berdasarkan data dari depkes RI tahun 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka
bakar diindonesia. Angka kejadian luka bakar dalam datanya tahun 1.186 kasus pada
2012 menjadi 1.123 kasus ditahun 2013, dan 1.209 kasus ditahun 2014.
Di indonesia angka kematian akibat luka bakar masih sangat tinggi sekitar 40 %,
terutama diakibatkan oleh luka bakar berat. Menurut studi analisis deskriptif oleh
nungki ratna martina, dan aditya wardhana di unit luka bkar RSCM januri 2011 –
desember 2012, terdapat 275 pasien luka bakar dam 203 diantaranya adalah orang
dewasa. Di studi tersebut jumlah kematian akibat luka bakar pada pasien dewasa yaitu
76 pasien (27,6%), diantara pasien yang meninggal, 78% di sebabkan oleh api, luka
bakar listrik (14%) , air panas (4%), kimia (3%) dan mental (1%).
Kejadian luka bakar di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Riau pada tahun 2011–
Desember 2013 sebanyak 111 orang , dengan angka kematian 19 orang (21,6%),
berdasarkan distribusi jenis kelamin, pasien luka bakar berat di RSUD Arifin ahmad
pekanbaru riau paling tinggi adalah laki laki sebanyak 13 orang (68,4%) sedang kan
perempuan sebanyak 6 orang (31,6%).
Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang bersama dengan umur 14-
44 tahun menunjukan banyak perbaikan. Penentuan angka kematian karena luka bakar
dibuat menurut ‘LA50’ atau bahwa persentase luas permukaan tubuh dari luka bakar
derajat 2 dan 3 yang dapat menimbulkan kematian pada 50% pasien yang
mengalaminya. Seri pasien luka bakar yang besar dirawat pada 1940-an dan 1950-an
menunjukkan gambaran LA 50 sekitar 45%. Kelompok Curreri baru-baru ini
menunjukkan hasil penelitian yang dilakukan lebih dari 16 tahun, dan LA 50 pada
kelompok umur 15-44 sebesar 63%.
Dalam retang waktu 2 periode, terdapat 275 pasien, 203 diantaranya dewasa.
Jumlah kematian pada pasien dewasa yaitu 76 pasien (27,6%). Diantaya pasien yang
meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar listrik 14%, air panas 4%, kimia 3%
dan mental 1%. Hampir semua luas luka bakar adalah deep dermal (derajat 2) dan full
thickness (derajat 3). Penyebab kematian yaitu septicaemia (42,1%), kegagalan organ
multiple (31,6%), systemic inflammatory respons syndrome (17,6%), dan acute
respiratory distress syndrome (87,6%) (Martina dan Wardana, 2013).

2.6.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi luka bakar berdasar kan kedalam luka
a. Luka bakar deraja I
1. Kerusakan terjadi pad bagian dermis
2. Kulit kering hiperem berupa eritema
3. Tidak di jumpai bulae
4. Nyeri karna ujung ujung saraf sensorik teriritasi
5. Penyembuhan luka terjadi spontan dalam waktu 5 – 10 hari

Gambar 1. Luka bakar derajat I

b. Luka bakar derajat II


1. Kerusakan maliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi di sertai proses eksudasi.
2. Di jumpai bulae
3. Nyeri karna ujung ujung saraf teriritasi
4. Dasar luka bewarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal
Luka bakar derajat II ini di bagi menjadi 2 yaitu :
 Luka bakar bakar derajat II dangkal ( superfisial)
1. Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
2. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat kelenjar
sebasea masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10 – 14 hari
 Luka bakar derajat II dalam (deep)
1. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung epitel yang tersisa
biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

Gambar 2. Luka bakar derajat II

c. Luka bakar derajat III


1. Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
2. Organ organ kulit seperti kelenjar keringat. Folikel rambut, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
3. Tidak di jumpai bulae
4. Kulit yang terbakar bewarna abu abu dan pucat. Karna kering letak nya
lebih rendah di banding kulit sekitar.
5. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai
eskar.
6. Tdak di jumpai rasa nyeri dan hilang sensasi , oleh karna ujung ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan atau kematian
7. Penyembuhan terjadi lama karna tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.

Gambar 3. Luka bakar derajat III


2. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luas luka
 Luka bakar ringan yakni derajat 1 seluas <10% , derajat 2 seluas 2%
 Luka bakar sedang yakni derajat 1 seluas 10-15%, derajat 2 seluas 5-10%
 Luka bakar barat yakni derajat 2 seluas >20%, derajat 3 seluas >10%

Untuk menghitung luas luka bakar digunakan 3 metode


1. Rule Of Nine
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-1520 untuk anak.

Gambar 5. Luas luka bakar


2. Lund and Browder
Modifikkasi dari persentase bagian -bagian tubuh menurut usia.
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada
anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

1. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
2. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

3. Hand palm
Cara mmenentukan luas luka bakar dengan menggunakan telapak tangan.
Satu telapak tangan mewakili 1% dari permukaan tubuh yang mengalami
luka bakar

Zona cidera luka bakar


 Zona koagulasi
Area yang paaling dalam , dimanna terjadi kematian sel.
 Zona statis
Area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflasi dan
cidera jaringan.
 Zona hiperemia
Area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar derajat I dan
biasanya akan sembuh kurang lebih satu minggu

3. Klasifikasi menurut keparahan luka bakar


a. Cedera luka baakar minor
Cedera luka bakar minor adalah cedera ketebalan partial yang kurang dari
15% LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total) pada orang dewasa dan 10%
LPTT pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT.
Klien dengan luka bakar minor biasanya mendapatkan perawatan awal di unit
gawat darurat, kemudian dipulangkan dengan instruksi tindak lanjut di
bagian rawat jalan.
b. Cedera luka bakar sedang
Cedera luka bakar sedang tak terkomplikasi adalah cedera ketebalan partian
dengan 15% sampai 25% dari LPTT pada orang dewasa atau 10% sampai
20% LPTT pada anak-anak , atau cedera denagan ketebalan penuh kurang
dari 10% LPTT yang tidak berhubungan dengan komplikasi. Klien engan
luka bakar sedang umumnya ditangani di bagian rawat inap.
c. Cedera luka bakar mayor
Klien dengan luka bakar mayor biasanya dibawa ke fasilitas perawatan luka
bakar khusus, setelah mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat
kejadian. Cedera luka bakar mayor adalah setiap dari yang berikut ini:
 Cedera ketebalan partial lebih dari 25% LPTT pada orang dewasa atau
20% LPTT pada anak-anak
 Cedera ketebalan penuh 10% LPTT atau lebih.
 Luka bakar yang mengenai wajah, tangan, mata telinga, kaki, dan
perineum
 Cedera inhalasi
 Cedera listrik
 Luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain misalnya: cedera jaringan
lunak, fraktur, trauma lain

4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebabnya :


a. Luka bakar termal
Luka Bakar Yang Mengenai Kulit. Luka Bakar Ini Bisa Disebabkan Oleh
Cairan Panas, Berkontak Dengan Benda Padat Panas, Terkena Lilin Atau
Rokok, Terkena Zat Kimia, Dan Terkena Aliran Listrik.
b. Luka Bakar Inhalasi
Luka Bakar Yang Disebabkan Oleh Terhirupnya Gas Yang Panas, Cairan
Panas Atau Produk Berbahaya Dari Proses Pembakaran Yang Tidak
Sempurna. Luka Bakar Ini Penyebab Kematian Terbesar Pada Pasien Luka
Bakar.

5. Kriteria American Burn Association untuk merujuk ke rumah sakit pusat luka
bakar :
1. Derajat keparahan luka bakar sedang
2. Luka bakar derajat 3 >5%
3. Luka bakar derajat 2 atau 3 pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki dan
genilatia
4. Cedera inhalasi
5. Luka bakar listrik atau petir
6. Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya
dirujuk ke pusat trauma terlebih dahulu.
7. Penyakit penyerta yang mempersulit managemen luka bakar
8. Luka bakar kimia
9. Luka bakar sirkumferensial

2.6.4 Etiologi
a. Luka bakar suhu tinggi ( Thermal Burn ), gas, cairan, bahan padat. Biasanya
disebabkan oleh air panas ( scald ), jilatan api ketubuh ( flash ), kobaran api
ditubuh ( flam ), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya ( Moenadjat, 2005 ).
b. Luka bakar bahan kimia ( Chemical Burn )
Biasanya disebabkan oleh asam kuat dan alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik ( Electrical Burn )
Disebabkan karena arus, api, api dan ledakan, Kerusakan utama pada oembuluh
darah (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi ( Radiasi Injury )
Disebabkan karena terpapar degan sumber radio aktif. Penggunaan radio aktif
untuk keperluan teraupetik dalam dunia kedokteran dan industri (Moenadjat,
2005).

Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :


a. Fase akut
Pada fase ini problem yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistematik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar erupa prut
hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

2.6.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis kercunan CO (Carbon Monixida)

Kadar CO (%) Manifestasi Klinik


5-10 Gangguan tajam penglihatan
11-20 Nyeri kepala
21-30 Mual, gangguan ketangkasan
31-40 Muntah, dizines, sincope
41-50 Tachypnea, tachycardia
>50 Coma, mati
Manifestasi klinis
Kedalaman Dan Bagian Kulit
Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Gejala
Luka Kesembuhan
Bakar Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
(supersensivitas), ketika ditekan
rasa nyeri mereda minimal atau waktu satu
tersengat
matahari, terkena jika didinginkan tanpa edema minggu, terjadi
api dengan pengelupasan
intensitas rendah
kuit

Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan


dan bagian hiperestesia, luka dalam waktu 2-3
(Partial-
dermis sensitif terhadap berbintikbintik
Thickness): minggu,
udara yang dingin merah,
tersiram air
epidermis retak, pembentukan
mendidih,
permukaan luka parut dan
terbakar oleh
basah, terdapat
nyala api depigmentasi,
edema
infeksi dapat

mengubahnya
menjadi
derajattiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan
(FullThickness): keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna
eskar,
dermis dan (adanya darah putih seperti
diperlukan
terbakar nyala kadangkadang dalam urin) dan bahan kulit atau
pencangkokan,
jaringan kemungkinan pula gosong, kulit
api, terkena pembentukan
subkutan hemolisis retak dengan
parut dan
cairan mendidih (destruksi sel bagian lemak
hilangnya kontur
dalam waktu darah merah), yang tampak,
serta fungsi
kemungkinan terdapat edema
yang lama, kulit, hilangnya
terdapat luka
jari tangan atau
tersengat arus masuk dan keluar
ekstrenitas dapat
(pada luka bakar
listrik terjadi
listrik)

Fase emergency luka bakar


Fase emergency dalam luka bakar merupakan fase yang sangat penting dan
layak untuk mendapatkan perhatian khusus, karena merupakan fase kritis bagi pasien
yang mengalami luka bakar berat (Dunne dan Rawlins, 2014). Pada fase emergency
tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti syok kardiogenik, hipovolemik, dan
syok distributive yang dapat mengancam nyawa pasien (Snell, et al, 2013).
Dalam fase emergency segala manajemen perawatan yang diberikan akan
menentukan outcome pasien (Grober, 2012). Oleh karena semua tindakan dalam fase
emergency berpotensi untuk meningkatkan angka survival pasien khususnya tindakan
pemberian resusitasi cairan. Dalam resusitasi cairan hal-hal yang harus diperhatikan
adalah jenis cairan yang diberikan , jumlah cairan dan waktu pemeberian resusitasi
cairan pada fase emergency. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan tergantung dari
formula yang digunakan oleh rumah sakit, yang biasanya berdasarkan pada luas luka
bakar pasien (Mark, Hockberger dan Walls, 2009). Sedangkan waktu pemberian
resusitasi cairan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah waktu
kedatangan pasien pasca terpaparnya luka bakar. Keterlambatan pemberian resusitasi
cairan sering kali dikaitkan dengan mortalitas pasien (Williams, et al : Rice dan Orgil,
2016).

2.6.6 Patofisiologi
Respon imunologi, dibedakan dalam dua kategori, yaitu : respons barier
mekanik dan imun selular. Sebagai barier mekanik, kulit berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam tubuh.
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas
ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar mengakibatkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan
berlebihan derajat 1, penumpukan cairan pada bula diluka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar <20%,
biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika >20%
resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda gelisah, pucat, dingin, nadi
lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin. Kulit manusia
dapat mentoleransi suhu 440C (1110F) relative selama 6 jam sebelum mengalami
cidera termal (Jose, 2014)

Pathway

2.6.7 Prognosis
Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat
dibagi dalam 3 fase:
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar.
Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul
epitelisasi.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka
dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi
luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka,
tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang
lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses
pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan aktivitas
seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini
berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau
gatal.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya
jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin
menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk
sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan
dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan
parut.

2.6.8 Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.

3. Adult Respiratory Distress Syndrome


Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran
gas sudah mengancam jiwa pasien.

4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling


Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus
curling.

5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral
dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi

2.6.9 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
a) Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup baian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
b) Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
c) Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang leih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.

1. Penatalaksanaan medis umum

a. Prioritas pertama : dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses


luka bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi:
 Untuk luka bakar (api) “berhenti,berbaring dan berguling, tutup individu
dengan selimut, berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka
 Untuk luka bakar (kimia) bilas dengan jumlah banyak air untuk
menghilangkan kimia dari kulit.
 Untuk luka baka (listrik), matikan sumber listrik pertama kali sebelum
berusaha untuk memindahkan korban dari bahaya.
b. Prioritas ke dua : menciptakan jalan napas paten. Untuk pasien dengan
kecurigaan cedera inhalasi, berikan oksigen di lembabkan 100% melalui masker
10 L/menit.
c. Prioritas ke tiga : resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan
volume plasma. Secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan di
berikan pada 8 jam pasca luka bakar dan setengahnya lagi diberikan 16 jam
kemudian. Tipe cairan yang di gunakan seperti kristaloid dan ringer laktat (RL).
Cairan RL untuk penggantian cairan selama 24 jam pertama dengan
d. Prioritas ke empat : Perwatan luka bakar
 Pembersihan dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver
sulfadiazin (silvadene)
 Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau tipe balutan biologis (tandur
kulit) khususnya pada lua bakar ketebalan penuh.
 Hidroterapi
Terdiri dari merendam ( immersion) dan dengann shower ( spray). Tindakan
ini dilakukan sekitar 30 menit atau kurang pada pasien luka bakar akut. Luka
dibersihkan dengan sodium hipocloride, providone iodine dan
chlorohexidine.
 Debridemen
Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui
pencegahan ploliferasi bakteri di bagian bawah eschar.
 Debridemen mekanik
Menggunakan gunting dan forcep untuk memotong dan mengangkat
eschar.penggantian balutan merupakan cara lain yang juga efektif dari
tindakan debridemen mekanik. Debridemen mekanik pada luka bakar dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat., oleh karena itu perlu terlwbih dahulu
dilaakukan tindakan untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif.
 Debridemen enzymatic
Debridemmen menggunakan preparat enzym topikal proteolitik dan
fibrinolik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang nekrotik
dan mempermudah pengangkatan eschar.
 Debridemen pembedahan
Meliputi eksisi jaringan devitalis ( mati). Terdapat dua yeknik yang dapat
digunakan yaitu :
a. Tangential excision adalah dengan mencukur atau menyayat lapisan
eachar yang sangat tipis sampai terlihat jaringan yang masih hidup.
b. Fascial excision adalah mengangkat jaringan luka dan lemak sampai
facial.
Teknik ini seringkali digunakan untuk luka bakar yang sangat dalam.

Perawatan luka bakar tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka:

1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan tubuh. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan
pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat di beri NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
2. Luka bakar derajat II (Superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka di olesi dengan salep antibiotik, kemudian di balut dengan
perban katun dan di balut dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat di
tutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (xenograft
(pig skin) atau Allpgraft (homograft,cadaver skin) atau bahan sintesis (opsite,
biobrane, transcyte, integra)
3. Luka derajat II (Dalam) dan luka derajat III, perlu di lakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting).

2. Non farmakologis untuk efek sampingnya kecil dibanding farmakologi.


Penelitian yang membahas tentang efektifitas aromaterapi dalam mengurangi
nyeri, yaitu aromaterapi mawar. Karna menurut Doossey dan Keegan (2009)
aromaterapi yang digunakan secara inhalasi (dihirup) akan masuk ke sistem limbik
yang dapat mengatur nyeri, bahagia, senag, marah, depresi, dan berbagai emosi
lainnya.
Salah satunya adalah penelitian Bikmoradi, dkk. (2016) penelitian itu dilakukan
pada 50 pasien dengan luka bakar derajat II dan derajat III dalam dua kelompok
eksperimen dan kontrol di bangsal luka bakar dan pada pusat pendidikan ilmu
medis di Universitas Hamadan Iran, dari bulan mei sampai bulan oktober 2013.

3. Penatalaksanaan luka bakar di Rumah Sakit


 Kaji ABC ( Airway, Breathing, Circulation)
 Berikan cairan intravena : RL

2.6.10 Pemeriksaan Penunjang


1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

2.6.11 Perawatan Luka Bakar


Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar (Combustio) digunakan
morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan
„maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2
mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10
mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus
untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau
dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine
sebagai tambahan.
Terapi pembedahan pada luka bakar
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke
5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:

a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan


dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan
berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada
daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat
aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada
jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka
tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga
waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.

b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi


– komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan
nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang
menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses


angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini
mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.
Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro –
organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar
yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.

Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan
melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat
II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak
akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.

Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

 Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari
3 minggu.

 Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.

 Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.

 Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.

 Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh
posterior.
Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.

Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis
demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint).
Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian
atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang
kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan kulit
perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang
dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan
tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan
tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine
1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru
dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi
optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah
perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan
fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh (full
thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang
digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”.
Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
 Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,
endpoint yang lebih mudah ditentukan
 Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-
saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi

2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal
dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa
digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik
mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split thickness
skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut
adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan
penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan
dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut
mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan
dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya
pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat
dilakukan dengan mesin „dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau
Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga
vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari
eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah
dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau
dilakukan grafting adalah:

 Kulit donor setipis mungkin

 Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan
grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :

 Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan)

 Drainase yang baik

 Gunakan kasa adsorben

2.6.12 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Data Dasar
1. Dapatkan riwayat luka bakar, tanyakan tentang:
 Penyebab luka bakar
 Waktu luka bakar-penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya di rumah sakit.
 Tempat dimana luka bakar terjadi- area terbuka atau tertutup
 Adanya masalah masalah medis yang menyertai
 Alergi
 Tanggal terakhir imunisasi tetanus
 Obat oabatan yang digunakan bersamaan.
2. Lakukan pengkajian umum (Apendiks F ) dapatkan berat badan dasar.
3. Lakukan pengkajian luka bakar :
 Luka luas (presentase) denngan menggunakan fasilitas metoda, yang
mungkin grafik lund dan bowder ataupun aturan sembilan.
 Kedalaman luka
 Inspeksi bagian luar kulit terhadap luka bakar listrik. Luka bakar ini baik
bagian luar dan dalam luka, pada bagian luar luka sering lebih berat daripada
bagian dalam luka.
4. Kaji terhadap cedera inhalasi asap pada luka bakar api pada muka, kepala, leher
atau dada. Lihat:
 Hangus pada rambut dan wajah
 Mukosabukal merah
 Rales pulmonal
5. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium:
 JDL mengkaji hemokonsentrasi
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
teruama penting untuk memeriksa kalium terhadap peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
 BUN dan kreatiniin mengkaji fungsi ginjal
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
 Kadar karbon monooksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
6. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang tindakan, masalah, dan
perasaan tentang cedera.
B. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan volume cairan B.d luka bakar luas
 Resiko tinggi terhadap infeksi B.d kehilangan integritas kulit yang disebabkan
oleh luka bakar.
 Nyeri B.d cedera luka bakar
 Resiko tinggi terhadap komplikasi
 Ketidakefektifan bersihan jalan apas b.d edema dan efek inhalasi asap

Untuk masalah keperawatan utama yaitu : perubahan volume cairan, kekurangan


B.d luka bakar luas

Batasan karakteristik:
TD rendah disertai dengan takikardia dan takipnea, penurunan haluaran urin, haus,
hematoktit dan natrium serum di atas rentang normal.

Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi kriteria dehidrasi , resolusi edema, elektrolit
serum dalam batasnormal, haluaran urin diatas 30 mL/jam.

C. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Pantau Untuk mengidentifikasi
 TTV setiap jam selama indikasi kemajuan atau
periode darurat, setiap 2 penyimpangan dari hasil
jam selama periode akut yang diharapkan.
dan setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi
 Warna urin
 Masukan dan haluaran
setiap jam selama periode
darurat, setiap 4 jam
selama periode akut dan
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
 Berat badan setiap hari
 Cvp (central vena
pressure) settiap jam bila
diperlukan
 Status umum (Apendeks
F) setiap 8 jam

2. Pada penerimaan rumah Untuk inspeksi adekkuat dari


sakit, lepaskan semua luka bakar
pakaian dan perhiasan dari
daerah luka bakar.

3. Mulai terapi IV yang Penggantian cairan cepat


ditentukan dengan jarum penting untuk mencegah
lubang besar (18G). Bila gagal ginjal. Kehilangan
pasien mengalami luka cairan bermakna terjadi
bakar yang luas dan melalui jaringan yang
menunjukkan gejala-gejala terbakar dengan luka bakar
syok hipovelemik, bantu luas. Pengukuran tekanan
dokter dengan vena sentral memberikan
pemasangan kateter vena data tentang status volume
central untuk pemantauan cairan intravaskular.
tekanan vena central
(CVP).

4. Beri tahu dokte tentang hal Temuan- temuan ini


berikut: haluaran urin enandakan hipovelemia
kurang dari 30Ml/jam, dan peningkatan
haus, takikardia, CVP penggantian cairan. pada
kurang dari 6 mmHg, luka bakar luas,
bikarbonat serum dibawah perpindahan cairan dari
rentang normal, gelisah, ruang intravascular
TD dibawah rentang keruang interstisial,
normal, urin gelap atau menimbulkan
encer gelap. hipovelemia. Juga, jumlah
besar cairan dan klorida
kalium hilang selama fase
diuretik saat cairan
berpindah dari ruang
interstisial ke
intravaskular. Urin gelap
menunjukkan
mioglobinuria atau
hemoglobinuria.

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan efektif

Kriterian hasil :

a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam keadaan normal.


b. Tidak ada tanda tanda dehidrasi

Tindakan keperawatan :

a. Pertahan kan catatan intake dan output yang akurat


b. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
c. Kolaborasi IV cairan
d. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
e. Dorong pasien untuk menambahkan intek oral.

2. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka

Kriteria hasil :

a. Integritas kulit yang baik bisa di pertahan kan ( sensasi, elastisitas,


temperatur, dehidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/ lesi pd kulit.
b. Perfusi jaringan baik
c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dengan mencegah
terjadinya cedera berulang

Tindakan keperawatan :
a. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
b. Monitor kulit akan adanya kemerahan
c. Monitor proses kesembuhan area insisi
d. Monitor tanda gejala infek pada area insisi
e. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai

3. Nyeri b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka, dan penanganan luka bakar

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri ( tau penyebab nyeri mampu menggunakan teknik


non farmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan)
b. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri )

Tindakan keperawatan :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara konferehensif termasuk, lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi non verbal dan verbal pasien dari ketidak nyamanan .
c. Pilih dan lakukan penangan nyeri ( farmakologi atau non farmakologi dna
interpersonal)
d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
e. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak
berhasil.

4. Resiko infeksi b.d hilangnya berier kulit dna terganggunya respon imun

Kriteria hasil :

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbul infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal

Tindakan keperawatan :

a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan


b. Pertahan kan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi kondisi luka
d. Berikan perawatan luka di daerah epiderma.
BAB 3
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anggorwarsito, S. L. (2014). Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika
Surabaya. Vol 2(2)

Cioffi,W.G., dan Rule,L.W. 1991. Diagnosis and Treatment of Inhalation Injuries Critial Care
Clinics of North American. Vol 3(7) pp.19

Digivlio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. DeMyTiFieD. Yogyakarta:Rapha


Publish Ebook-medical surgical nursing care plans.Vol 3

Dunne & Rawlins. 2014. Management of burns. Surgery, 32

Engram, barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Medah Volume 3. Jakarta :
Buku kedokteran EGC

Giovani.L,Pamungkas.K.A, Inayah,. 2015. Profil Pasien Luka Bakar Berat yang Meninggal di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011 – Desember 2013. Jom FK.
Vol 2(2).

Grace & Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga

Grober, et al. 2012. Emergency Management of The Patient in The Emergency Unit. Prof Nurse
Today

Jose,L.A. 2014 .Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi.Surabaya. Jurnal Widya Medika. Vol
2(2)

Mark,J.A., Hockberger,R.S., dan Walls,R.M. 2009. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts


and Clinical Practice.7th Edition. Philadelphina: Morby Elseves

Martina,N.R., dan Wardana,A. 2013. Mortality Analysis of Adult Burn Patient. Jakarta Plastik
Rekonstruksi diakses melalui www.JPRJournal.com

Moenadjat Y. 2008.Protokol Unit Luka Bakar RSCM. Jakarta: Balai penerbit FKUI

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. .Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Medication

Nanda Nic Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis jilid 2
Purwanto, H. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta
Pusponegoro, Aryono D, dkk. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa
Aksara

Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Vol : 8. Sukoharjo

Rice,P.L dan Orgill,D.P. 2016 . Emergency Care of Moderate and Savere Thermal Burns in
Adult. Uptodate

Sardjito. 2012. Register Unit Luka Bakar RSUP

Snell,J.A.,dkk. 2013. Clinical Rieview. The critical care management of the burn patient.
Critical.17(241)

Williams,F.N., Herdon,D.N., et al. 2009. The Leading Causes of Death After Burn Injury in a
Single Pediatric Burn Center. Critical care, 13(183) DOI:10.1186/cc8170

World Health Organization. 2018

Anda mungkin juga menyukai