Panitia peringatan hari kemerdekaan RI bulan Agustus yang lalu menyelenggarakan berbagai
lomba salah satunya lomba sepak bola api khusus laki-laki. Pada lomba ini semua pemain harus
menggunakan kain sarung dan bola yang digunakan adalah buah kelapa yang direndam dalam
bensin dan dinyalakan korek api sehingga menghasilkan api yang menyala selama
pertandingan. Saat seorang pemain lawan menendang bola dengan keras kearah Marwan,
Marwan tidak dapat mengelak sehingga bola jatuh di sarung Marwan dan menyebabkan sarung
dan baju Marwan terbakar hebat. Semua pemain dan penonton berusaha menolong Marwan
dengan menyiramkan pasir di lapangan agar api di sarung dan pakaian Marwan padam.
Akhirnya api padam dan sebagian besar sarung dan baju Marwan hangus terbakar. Marwan
segera dibawa teman-temannya ke rumah sakit. Di IGD Marwan diperiksa dan didapatkan luas
luka bakar di area kaki, badan, dan tangannya sekitar 53%. Dari IGD Marwan dibawa ke unit
perawatan luka bakar untuk mendapatkan perawatan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling berat dibandingkan
dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Dunne
& Rawlins, 2014). Berat dan ringannya luka bakar tergantung pada jumlah area permukaan
tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang terjadi (Pusponegoro, 2010). Luka
Bakar adalah Kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena terkena api, panas, friksi,
radiasi (kulit menggelap terbakar matahari, bahan kimia atau listrik).
Munurut WHO , luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling
serius seluruh dunia, di perkirakan 300,000 kematian terjadi akibat luka bakar terbanyak di
sebabkan air panas, listri, kimia. Lebih dari 95% kejadian luka bakar sangat tinggi terjadi
di negara berpengahasilam rendah dan menengah. Angka kematian tertinggi akibat luka
bakar di tepati oleh asia tenggara (11,6 kematian per 100,000 populasi pertahun), kemudian
diikutioleh mediterania timur (6,4 kematian per 100,000 populasi petahun ) dan afrika (6,1
kematian per 100,000 populasi pertahun).
Berdasarkan data dari depkes RI tahun 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar
diindonesia. Angka kejadian luka bakar dalam datanya tahun 1.186 kasus pada 2012
menjadi 1.123 kasus ditahun 2013, dan 1.209 kasus ditahun 2014. Di indonesia angka
kematian akibat luka bakar masih sangat tinggi sekitar 40 %, terutama diakibatkan oleh
luka bakar berat
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kejadian luka bakar di
masyrakat masih cukup tinggi sehingga membutuhkan pertolongan pertama pada pasien
luka bakar. Apabila penanganan luka bakar tidak benar dapat berdampak timbulnya
beberapa komplikasi. Luka bakar tidak hanya menimbulkan kerusakan kulit, tetapi juga
mempengaruhi seluruh system tubuh.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi luka bakar?
2. Bagaimana epidemiologi luka bakar?
3. Apa klasifikasi luka bakar?
4. Apakah penyebab luka bakar?
5. Apa saja manifestasi klinis luka bakar?
6. Bagaimana proses terjadinya luka bakar?
7. Bagaimana penyembuhan luka bakar?
8. Apa saja komplikasi luka bakar?
9. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar?
10. Bagaimana perawatan luka bakar?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi luka bakar.
2. Untuk mengetahui epidemiologi luka bakar.
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.
4. Untuk mengetahui penyebab luka bakar.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis luka bakar.
6. Untuk mengetahui proses terjadinya luka bakar.
7. Untuk mengetahui penyembuhan luka bakar.
8. Untuk mengetahui komplikasi luka bakar.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan luka bakar.
10. Untuk mengetahui perawatan luka bakar.
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar.
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi Istilah
Luka bakar : sejenis cedera kulit dan daging, perlukaan jaringan secara langsung dan\
tidak langsung karena sengatan api
Luas luka bakar : luas luka & diameter serta menggunakan persenan
Unit perawatan luka bakar : unit atau tempat untuk perawatan luka bakar
1. Bagaimana pertolongan pertama luka bakar? Apakah tindakan menyiram pasir pada
skenario adalah benar?
2. Luka bakar derajat berapakah berdasarkan scenario?
3. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?
4. Bagaimana cara perawatan luka bakar?
5. Apa komplikasi yang terjadi jika tidak diatasi segera?
6. Berapa lama proses penyembuhan pada luas luka 53%?
7. Bagaimana cara menentukan rentang keparahan dari luka?
8. Ciri-ciri luka bakar?
9. Mana yang lebih cepat menggunakan pasir/pasta gigi?
2. Derajat 2, karena;
Derajat 1 yaitu daerah epidermis, supervisial bula
Derajat 2 yaitu daerah dermis, sudah ada bula
Derajat 3 yaitu daerah tulang yang berakibat terhadap gangguan pernafasan, full
thickness, memutih, mengeras
Derajat ringan
Derajat berat, diatas 50%
3. Berdasarkan ketentuan teori yang membahas cara menghitung luas luka bakar
4. - menjauhkan dari paparan sinar UV
- menggunakan cream resep dokter
- Perawatan luka steril
- Menjaga makanan
- Menganjurkan banyak minum air putih
5. - Menimbulkan infeksi
- Kerusakan kulit
- Dehidrasi
- Gangguan pernafasan
- Hipoflemia (penurunan jumlah darah)
- Amputasi
- Anemia
6. Kasus ini berada pada derajat berat tergantung perawatan luka, usia, stress, pola
perilaku
Rentang:
- Homeostasis (1-3 hari)
- Inflamasi (3-7 hari)
- Proliferasi
- Maturasi
7. Luka bakar karena luas luka bakar dengan rentang, keparahan berhubungan
2.4. Hipotesis Masalah
Marwan
Api padam
Luka bakar
Luka bakar kaki
IGD 53%
Badan
Tangan
untuk mendapatkan
Asuhan Keperawatan
pada Pasien Luka Bakar
2.6.1 Definisi
Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling berat
dibandingkan dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Dunne & Rawlins, 2014). Berat dan ringannya luka bakar tergantung
pada jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang
terjadi (Pusponegoro, 2010).
Luka Bakar adalah Kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena terkena api, panas,
friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari, bahan kimia atau listrik.
Luka bakar adalah perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, panas tersebut
dapat dipindahkan melalui kondisi dan radiasi elektromagnetik.
2.6.2 Epidemiologi
Munurut WHO , luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
paling serius seluruh dunia, di perkirakan 300,000 kematian terjadi akibat luka bakar
terbanyak di sebabkan air panas, listri, kimia. Lebih dari 95% kejadian luka bakar
sangat tinggi terjadi di negara berpengahasilam rendah dan menengah. Angka
kematian tertinggi akibat luka bakar di tepati oleh asia tenggara (11,6 kematian per
100,000 populasi pertahun), kemudian diikutioleh mediterania timur (6,4 kematian
per 100,000 populasi petahun ) dan afrika (6,1 kematian per 100,000 populasi
pertahun).
Berdasarkan data dari American Burn Association (ABA) tahun 2010-2015
mengalami peningkatan di AS sekitar kasus pada tahun 2015 menjadi 558.400 kasus
dimana 70% pasien laki – laki dengan rata – rata usia sekitar 32 tahun, 18% anak anak
usia dibawah 5 tahun dan 12,7% berusia diatas 60 tahun dengan luas 10%. Menurut
World Fire Statistics Centre pada tahun 2003 hingga 2005 tercatat negara yang
memiliki prevalensi terendah terjadinya luka bakar adalah Singapura sebesar 0,12%
per 100.000 orang dan yang tertinggi adalah Hongaria sebesar 1,98%.Sekitar 2 juta
orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun ,dengan100.000 orang yang
dirawat di rumah sakit dan 20.000 orang yang perlu dirawat dalam pusat-pusat
perawatan luka bakar.
Berdasarkan data dari depkes RI tahun 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka
bakar diindonesia. Angka kejadian luka bakar dalam datanya tahun 1.186 kasus pada
2012 menjadi 1.123 kasus ditahun 2013, dan 1.209 kasus ditahun 2014.
Di indonesia angka kematian akibat luka bakar masih sangat tinggi sekitar 40 %,
terutama diakibatkan oleh luka bakar berat. Menurut studi analisis deskriptif oleh
nungki ratna martina, dan aditya wardhana di unit luka bkar RSCM januri 2011 –
desember 2012, terdapat 275 pasien luka bakar dam 203 diantaranya adalah orang
dewasa. Di studi tersebut jumlah kematian akibat luka bakar pada pasien dewasa yaitu
76 pasien (27,6%), diantara pasien yang meninggal, 78% di sebabkan oleh api, luka
bakar listrik (14%) , air panas (4%), kimia (3%) dan mental (1%).
Kejadian luka bakar di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Riau pada tahun 2011–
Desember 2013 sebanyak 111 orang , dengan angka kematian 19 orang (21,6%),
berdasarkan distribusi jenis kelamin, pasien luka bakar berat di RSUD Arifin ahmad
pekanbaru riau paling tinggi adalah laki laki sebanyak 13 orang (68,4%) sedang kan
perempuan sebanyak 6 orang (31,6%).
Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang bersama dengan umur 14-
44 tahun menunjukan banyak perbaikan. Penentuan angka kematian karena luka bakar
dibuat menurut ‘LA50’ atau bahwa persentase luas permukaan tubuh dari luka bakar
derajat 2 dan 3 yang dapat menimbulkan kematian pada 50% pasien yang
mengalaminya. Seri pasien luka bakar yang besar dirawat pada 1940-an dan 1950-an
menunjukkan gambaran LA 50 sekitar 45%. Kelompok Curreri baru-baru ini
menunjukkan hasil penelitian yang dilakukan lebih dari 16 tahun, dan LA 50 pada
kelompok umur 15-44 sebesar 63%.
Dalam retang waktu 2 periode, terdapat 275 pasien, 203 diantaranya dewasa.
Jumlah kematian pada pasien dewasa yaitu 76 pasien (27,6%). Diantaya pasien yang
meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar listrik 14%, air panas 4%, kimia 3%
dan mental 1%. Hampir semua luas luka bakar adalah deep dermal (derajat 2) dan full
thickness (derajat 3). Penyebab kematian yaitu septicaemia (42,1%), kegagalan organ
multiple (31,6%), systemic inflammatory respons syndrome (17,6%), dan acute
respiratory distress syndrome (87,6%) (Martina dan Wardana, 2013).
2.6.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi luka bakar berdasar kan kedalam luka
a. Luka bakar deraja I
1. Kerusakan terjadi pad bagian dermis
2. Kulit kering hiperem berupa eritema
3. Tidak di jumpai bulae
4. Nyeri karna ujung ujung saraf sensorik teriritasi
5. Penyembuhan luka terjadi spontan dalam waktu 5 – 10 hari
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-1520 untuk anak.
1. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
2. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
3. Hand palm
Cara mmenentukan luas luka bakar dengan menggunakan telapak tangan.
Satu telapak tangan mewakili 1% dari permukaan tubuh yang mengalami
luka bakar
5. Kriteria American Burn Association untuk merujuk ke rumah sakit pusat luka
bakar :
1. Derajat keparahan luka bakar sedang
2. Luka bakar derajat 3 >5%
3. Luka bakar derajat 2 atau 3 pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki dan
genilatia
4. Cedera inhalasi
5. Luka bakar listrik atau petir
6. Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya
dirujuk ke pusat trauma terlebih dahulu.
7. Penyakit penyerta yang mempersulit managemen luka bakar
8. Luka bakar kimia
9. Luka bakar sirkumferensial
2.6.4 Etiologi
a. Luka bakar suhu tinggi ( Thermal Burn ), gas, cairan, bahan padat. Biasanya
disebabkan oleh air panas ( scald ), jilatan api ketubuh ( flash ), kobaran api
ditubuh ( flam ), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya ( Moenadjat, 2005 ).
b. Luka bakar bahan kimia ( Chemical Burn )
Biasanya disebabkan oleh asam kuat dan alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik ( Electrical Burn )
Disebabkan karena arus, api, api dan ledakan, Kerusakan utama pada oembuluh
darah (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi ( Radiasi Injury )
Disebabkan karena terpapar degan sumber radio aktif. Penggunaan radio aktif
untuk keperluan teraupetik dalam dunia kedokteran dan industri (Moenadjat,
2005).
mengubahnya
menjadi
derajattiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan
(FullThickness): keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna
eskar,
dermis dan (adanya darah putih seperti
diperlukan
terbakar nyala kadangkadang dalam urin) dan bahan kulit atau
pencangkokan,
jaringan kemungkinan pula gosong, kulit
api, terkena pembentukan
subkutan hemolisis retak dengan
parut dan
cairan mendidih (destruksi sel bagian lemak
hilangnya kontur
dalam waktu darah merah), yang tampak,
serta fungsi
kemungkinan terdapat edema
yang lama, kulit, hilangnya
terdapat luka
jari tangan atau
tersengat arus masuk dan keluar
ekstrenitas dapat
(pada luka bakar
listrik terjadi
listrik)
2.6.6 Patofisiologi
Respon imunologi, dibedakan dalam dua kategori, yaitu : respons barier
mekanik dan imun selular. Sebagai barier mekanik, kulit berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam tubuh.
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas
ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar mengakibatkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan
berlebihan derajat 1, penumpukan cairan pada bula diluka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar <20%,
biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika >20%
resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda gelisah, pucat, dingin, nadi
lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin. Kulit manusia
dapat mentoleransi suhu 440C (1110F) relative selama 6 jam sebelum mengalami
cidera termal (Jose, 2014)
Pathway
2.6.7 Prognosis
Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat
dibagi dalam 3 fase:
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar.
Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul
epitelisasi.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka
dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi
luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka,
tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang
lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses
pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan aktivitas
seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini
berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau
gatal.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya
jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin
menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk
sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan
dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan
parut.
2.6.8 Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral
dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
2.6.9 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
a) Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup baian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
b) Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
c) Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang leih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.
Perawatan luka bakar tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka:
1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan tubuh. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan
pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat di beri NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
2. Luka bakar derajat II (Superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka di olesi dengan salep antibiotik, kemudian di balut dengan
perban katun dan di balut dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat di
tutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (xenograft
(pig skin) atau Allpgraft (homograft,cadaver skin) atau bahan sintesis (opsite,
biobrane, transcyte, integra)
3. Luka derajat II (Dalam) dan luka derajat III, perlu di lakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting).
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan
melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat
II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak
akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari
3 minggu.
Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh
posterior.
Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis
demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint).
Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian
atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang
kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan kulit
perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang
dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan
tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan
tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine
1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru
dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi
optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah
perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan
fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh (full
thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang
digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”.
Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,
endpoint yang lebih mudah ditentukan
Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-
saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal
dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa
digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik
mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split thickness
skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut
adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan
penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan
dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut
mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan
dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya
pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat
dilakukan dengan mesin „dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau
Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga
vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari
eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah
dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau
dilakukan grafting adalah:
Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan
grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :
Batasan karakteristik:
TD rendah disertai dengan takikardia dan takipnea, penurunan haluaran urin, haus,
hematoktit dan natrium serum di atas rentang normal.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi kriteria dehidrasi , resolusi edema, elektrolit
serum dalam batasnormal, haluaran urin diatas 30 mL/jam.
C. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Pantau Untuk mengidentifikasi
TTV setiap jam selama indikasi kemajuan atau
periode darurat, setiap 2 penyimpangan dari hasil
jam selama periode akut yang diharapkan.
dan setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi
Warna urin
Masukan dan haluaran
setiap jam selama periode
darurat, setiap 4 jam
selama periode akut dan
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
Berat badan setiap hari
Cvp (central vena
pressure) settiap jam bila
diperlukan
Status umum (Apendeks
F) setiap 8 jam
Kriterian hasil :
Tindakan keperawatan :
Kriteria hasil :
Tindakan keperawatan :
a. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
b. Monitor kulit akan adanya kemerahan
c. Monitor proses kesembuhan area insisi
d. Monitor tanda gejala infek pada area insisi
e. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai
3. Nyeri b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka, dan penanganan luka bakar
Kriteria hasil :
Tindakan keperawatan :
4. Resiko infeksi b.d hilangnya berier kulit dna terganggunya respon imun
Kriteria hasil :
Tindakan keperawatan :
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anggorwarsito, S. L. (2014). Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika
Surabaya. Vol 2(2)
Cioffi,W.G., dan Rule,L.W. 1991. Diagnosis and Treatment of Inhalation Injuries Critial Care
Clinics of North American. Vol 3(7) pp.19
Engram, barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Medah Volume 3. Jakarta :
Buku kedokteran EGC
Giovani.L,Pamungkas.K.A, Inayah,. 2015. Profil Pasien Luka Bakar Berat yang Meninggal di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011 – Desember 2013. Jom FK.
Vol 2(2).
Grace & Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga
Grober, et al. 2012. Emergency Management of The Patient in The Emergency Unit. Prof Nurse
Today
Jose,L.A. 2014 .Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi.Surabaya. Jurnal Widya Medika. Vol
2(2)
Martina,N.R., dan Wardana,A. 2013. Mortality Analysis of Adult Burn Patient. Jakarta Plastik
Rekonstruksi diakses melalui www.JPRJournal.com
Moenadjat Y. 2008.Protokol Unit Luka Bakar RSCM. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. .Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Medication
Nanda Nic Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis jilid 2
Purwanto, H. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta
Pusponegoro, Aryono D, dkk. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa
Aksara
Rice,P.L dan Orgill,D.P. 2016 . Emergency Care of Moderate and Savere Thermal Burns in
Adult. Uptodate
Snell,J.A.,dkk. 2013. Clinical Rieview. The critical care management of the burn patient.
Critical.17(241)
Williams,F.N., Herdon,D.N., et al. 2009. The Leading Causes of Death After Burn Injury in a
Single Pediatric Burn Center. Critical care, 13(183) DOI:10.1186/cc8170