Anda di halaman 1dari 19

PATOFISIOLOGI DALAM KEBIDANAN

ANALISIS GANGGUAN REPRODUKSI

KANKER SERVIKS

Nama : Nailur Rizqina

NIM : 1810104213

Kelas : 7D

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks ) adalah tumor ganas yang tumbuhdi dalam
leher rahim/ Serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.90% dari kanker
serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari
sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel
skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap
tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruhdunia dan umumnya terjadi di
negara berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai
upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.Risiko terinfeksi
virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilakuseksual, kontrasepsi, atau merokok
akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini
merupakan suatu proses yang kompleksdan sangat variasi hingga sulit untuk
dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan keduasetelah
kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempatiurutan pertama
sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif.Hampir 80% kasus
berada di negara berkembang.

Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita
dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap
smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi
memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden
kanker serviks masih tetap tinggi. Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks
adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif
sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada
operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini.
Namun, tentu saja terapi ini masih berupa simptomatis´ karena masih belum menyentuh
dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih
mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi sangat
tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah
seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi
prognosisnya atauuntuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus
berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya
penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditemtukan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?


2. Apa sajakah kalsifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks ?
4. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
5. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?
6. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi kanker servik
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks
3. Untuk mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks
4. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kanker serviks
5. Untuk mengetahui patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks
6. Untuk mengetahui cara pengobatan dari kanker serviks

D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui definisi kanker servik
2. Mengetahui klasifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks
3. Mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari kanker serviks
4. Mengetahui gambaran epidemiologi kanker serviks
5. Mengetahui patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks
6. Mengetahui cara pengobatan dari kanker serviks
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi kanker serviks


Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker
leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang
normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses
yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap,
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi
lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya
menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia
menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ
menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki
tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

B. Klasifikasi Kanker serviks dan Gejala Klinik Kanker Serviks


Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh
IFGO (International Federation of Ginekoloi and Obstetrics) yaitu sebagai berikut :
Stage 0: Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui
secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah
mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain
Gejala klinik pada masalah ini tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos
dengan sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka
sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang
bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
C. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan
perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok
mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak
sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan
dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga
menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa
wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap
hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin
dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.
2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks
meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang
dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai
faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan
belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin terekspos.
Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada
usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin
sering melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks.
Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan
multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.

c. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan
kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert
pola hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa
cairan serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan
bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron
pertumbuhan ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
(Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks
dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada
pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker
setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna
kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk
menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti
betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan
resiko terhadap displasia ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada
indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat
antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal
ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih
prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor
defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan
dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan
yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata
memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya
kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi
pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan
ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

D. Epidemologi kanker serviks


1. Distribusi Menurut Umur
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya
menjadi Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-
kanker. Klasifikasi terbaru menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks
(NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk
displasia berat dan karsinoma in-situ.
2. Distribusi Menurut Tempat
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang
seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika
Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit
keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan yang ada lainnya.

E. PATOLOGI, PENYEBARAN DAN DIAGNOSA KANKER SERVIS


1. Patologi Kanker Servik
Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ).
Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun,
didalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
a. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
c. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif
(metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik (diplatik-
diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses keganasan akan
berjalan terus
2. Penyebaran Kanker Serviks
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :
a. Ke arah fornices dan dinding vagina,
b. Ke arah korpus uterus
c. Ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor
dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika).
Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim.
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari
kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif
dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor
masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah
terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam
pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif.
Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis
belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas
praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara
limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar)
menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada
tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung
kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika,
prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus
limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal,
tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena
perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh
karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum
ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara
limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun
kelenjar di pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan
baru terjadi penyebaran hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. Fornices dan dinding vagina
2. Korpus uteri
3. Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe
regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia
di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak
3. Diagnosa Kanker servis
Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker
serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker
serviks. Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan
kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan angka
kematian akibat kanker serviks.
a. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau
busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan
timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering
terjadi diluar senggama.
c. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
d. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker
serviks adalah:
a. Sitologi
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu
alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya.
Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap
smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan
pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh
darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya
terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan
pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi
untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi
F. Cara Pengobatan Dari Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa
kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear
setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya
(prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita
muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi, yaitu :
a. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
a. Iritasi rektum dan vagina
b. Kerusakan kandung kemih dan rektum
c. Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani
kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi
dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan,
begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi.
WORKSHEET (LEMBAR KERJA)
Mata Kuliah : Patofisiologi Dalam Kebidanan
Materi : Gangguan Sistem Reproduksi
Mahasiswa : Nailur Rizqina
NIM/ Kelas : 1810104213 / D

No. Keterangan Pembahasan


1. Topik : Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
2. Gambaran Umum Kasus : Kanker serviks masih menduduki urutan
tertinggi pada beberapa negara maju dan
berkembang. Terutama di Indonesia, kanker
serviks menduduki urutan pertama dari 10
kanker terbanyak uang ditemukan. Menurut
WHO, Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penderita kanker serviks terbesar di
dunia, hal itu selaras dengan hasil riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2013 yang
menunjukkan penyakit kanker serviks dan
kanker payudara, merupakan penyakit kanker
dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada
tahun 2013. Prevalensi kanker serviks kanker
payudara sebesar 0,5‰. Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki prevalensi
kanker serviks tertinggi (sebesar 1,5‰)
Peningkatan kasus kanker serviks terjadi
setiap tahunnya, baik dari data pasien yang
rawat inap maupun rawat jalan. Kanker
serviks selalu masuk 3 besar dari 10 besar
penyakit kanker yang ada di RSUP Dr.
Sardjito. Menurut laporan rekam medis tahun
2016 pada semester pertama dari Januari-Juni
jumlah, kunjungan pasien yang dirawat jalan
sebanyak 2.965 dan di rawat inap sebanyak
647 kasus.
3. Identifikasi : Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain faktor sosio
demografi yang meliputi usia, status sosial
ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang
meliputi usia pertama kali melakukan
hubungan sek-sual, pasangan seksual yang
berganti-ganti, pasangan sek-sual yang tidak
disirkumsisi, paritas, kurang menjaga
kebersihan genital, merokok, riwayat
penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita
kanker serviks, trauma kronis pada serviks,
penggunaan pembalut dan pantyliner, dietil-
stilbestrol (DES) serta penggunaan
kontrasepsi oral.
4. Hasil Diskusi yang : Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
disesuaikan kasus wanita yang melakukan hubungan seksual
pertama kali pada usia ≤ 20 tahun berisiko
2,41 kali lebih besar untuk menderita kanker
serviks dibandingkan dengan mereka yang
melakukan hubungan seksual pertama pada
usia > 20 tahun. Semakin muda usia seorang
wanita melakukan hub-ungan seks,
kemungkinan untuk terkena kanker serviks
juga semakin besar. Wanita yang mulai
melakukan hubungan seksual pada usia < 20
tahun lebih berisiko karena pada periode
dewasa muda proses metaplasia sel skuamosa
sangat meningkat sehing-ga risiko terjadinya
transformasi atipik skuamosa mening-kat
yang kemudian menjadi neolpasia intraepitel
cerviks

kontrasepsi oral/pil menunjukan ada


hubungan bermakna dengan kejadian kanker
serviks. Kontrasepsi oral/pil mengandung
hormon, baik dalam bentuk kom-binasi
progestin dengan estrogen atau progestin saja.
Kon-trasepsi oral/pil mencegah kehamilan
dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan
sel telur oleh ovarium) dan menjaga
kekentalan lendir serviks sehingga tidak dapat
dilalui oleh sperma. Risiko terjadinya kanker
serviks meningkat, terutama jika pil telah
dipakai selama lebih dari 5 tahun. Namun
wanita yang menggunakan kon-trasepsi pil
memiliki risiko kanker ovarium ataupun
kanker rahim yang lebih rendah.
5. Strategi yang dilakukan : Wanita yang belum aktif seksual dapat
melakukan vaksinasi HVP. Menggunakan
kondom ketika berhubungan seksual.
Kondom dapat menurunkan risiko tertularnya
penyakit kelamin, termasuk HPV. Bagi
wanita usia 30-49 tahun (aktif seksual) dapat
mengikuti program deteksi dini kanker
serviks dengan metode inspeksi visual asam
asetat (IVA) yang sekarang bisa dilakukan di
puskesmas. Bagi wanita yang menggunakan
kontrasepsi diharapkan untuk menjalankan
pemeriksaan papsmear (minimal 1 kali da-
lam setahun). Bagi fasilitas pelayanan
kesehatan diharap-kan untuk memberikan
edukasi dan dukungan untuk membantu
wanita melakukan deteksi dini kanker
serviks. Memberikan konseling kepada
remaja maupun pasangan yang ingin menikah
mengenai bahaya kanker serviks dan faktor-
faktor penyebabnya seperti usia seksual dan
me-lahirkan sebaiknya ≥ 20 tahun, jumlah
anak cukup 2, tidak berganti-ganti pasangan,
hygeine dan penggunaan kon-trasepsi < 4
tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium
yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan
proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun. Ada beberapa
klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO
(International Federation of Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 ,
dan 4. Gejala klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker serviks.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Adapun
faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral,
Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual.
Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction
(SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35
tahun, di dalam kanalis serviks. Penyebaran kanker serviks pada umumnya secara
limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan
dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam
tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.
Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker
serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker
serviks.
B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada
mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003-2007.
FKM Universitas Sumatera Utara Medan
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Kanke
r_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_Adam_
Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Oktober 2018
Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html) Diakses
Tanggal 5 Oktober 2018

Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).


(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-serviks/).
Diakses Diakses Tanggal 5 Oktober 2018

Andrijono, Dkk. (2010). Cegah Dan Deteksi Kanker Serviks. PT Elex Media Komputindo:
Jakarta.
Manuaba, I.G.B. (2010). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arca: Jakarta.

Manuaba, I.G.B. (2010). Konsep Obstetri Dan Ginekologi Sosial Indonesia. EGC: Jakarta.

Idi, Imam.(2008). Manual Pra Kanker Serviks. CV Sagung Seto: Malang.


Rasjidi, Imam. (2010). 100 Questions And Answer Kanker Pada Wanita. PT Elex
Media Komputindo: Jakarta.
Yatim, Faisal. (2008). Penyakit Kandungan Myoma, Kanker Leher Rahim, Dan Indung Telur,
Kista, Serta Gangguan Lainnya. Pustaka Populer Obor: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai