Anda di halaman 1dari 3

Editorial

Pelayanan Penyakit Tidak Menular


Terpadu (PANDU) sebagai
Adaptasi World Health Organization (WHO)
Package Essential of Noncommunicable
Diseases Intervention (PEN)
di Fasilitas Pelayanan Primer
Lily Banonah Rivai,* Pradana Soewondo,** Dewi Irawati***

*Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
**Divisi Metabolik Endokrin, Dept. Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
***Direktorat Bina Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Pendahuluan
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, saat ini di Indone- tes, seringkali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal
sia terdapat 1,2 juta orang yang menderita stroke, 42,1 juta perjalanan penyakitnya. Keadaan ini menyebabkan PTM
penderita hipertensi, dan 8,9 juta penyandang diabetes terdiagnosis pada kondisi lanjut atau dengan komplikasi
melitus. Sementara itu, sebagian besar kasus hipertensi di sehinggapenanganan menjadi sulit dan bahkan meng-
masyarakat tidak terdiagnosis (undiagnosed) dengan angka akibatkan kematian dini (premature death).
cakupan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan yang rendah, Untuk menurunkan jumlah kasus PTM yang tidak
yaitu 36,8%. Demikian pula dengan diabetes, angka cakupan terdiagnosis, maka cakupan pemeriksaan oleh tenaga
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan hanya 30,4%. Hal ini kesehatan harus diperluas dengan melakukan deteksi dini
menunjukkan bahwa 2/3 dari masyarakat dengan hipertensi PTMdi masyarakat dan tidak hanya menunggu kunjungan
dan diabetes tidak terdiagnosis.1 masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan saja.2,3 Hal ini
Keadaan ini diperparah dengan perilaku sebagian besar sejalan dengan pembangunan kesehatan yang diseleng-
masyarakat yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan garakan dengan mengacu pada visi misi Presiden. Visi
hanya ketika memiliki keluhan. Sebanyak 70% masyarakat Presiden adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
tidak akan datang ke fasilitas pelayanan kesehatan jika tidak Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”.
mempunyai keluhan atau menderita penyakit. Padahal Upaya untuk mewujudkan visi ini dilakukan melalui 7 misi
penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi dan diabe- pembangunan, dimana pada misi ke-4 adalah mewujudkan
kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.4
Dalam pembangunan nasional 2015-2019, terdapat cita-
Korespondensi: Div. Metabolik Endokrin, Dep. Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI-RSCM, Jakarta cita untuk membangun kemandirian di bidang ekonomi,
Email: soewondops@yahoo.com berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian dalam budaya

J Indon Med Assoc, Volum: 65, Nomor: 12, Desember 2015 593
PANDU sebagai Adaptasi WHO Package Essential of Noncommunicable Diseases Intervention (PEN)

yang dikenal dengan TRISAKTI. Untuk mewujudkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.Tahapan kegiatan meliputi
TRISAKTI tersebut, ditetapkan 9 agenda prioritas pelayanan registrasi dan administrasi, wawancara,
(NAWACITA), dimana pada agenda ke-5 dimaksudkan untuk pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang akan pinggang, analisislemak tubuh), pemeriksaan faktor risiko
dicapai melalui program Indonesia pintar, program Indone- PTM biologis (pengukuran tekanan darah, gula darah,
sia sehat, program Indonesia kerja, dan program Indonesia kolesterol, arus puncak ekspirasi, dan lainnya), serta
sejahtera.4,5 konseling.2,3
Program Indonesia sehat meliputi: 1) Mewujudkan Kedua intervensi diatas merupakan adaptasi dari World
paradigma sehat; 2) Penguatan pelayanan kesehatan; dan 3) Health Organization-Package of Essential Noncommuni-
Jaminan Kesehatan Nasional.4 Dengan paradigma sehat, cable Disease Intervention (WHO-PEN), yaitu suatu upaya
kesehatan menjadi fokus pembangunan. Upaya promotif pelayanan dasar PTM yang berorientasi padasumber daya
dan preventif menjadi pilar utama upaya kesehatan dan pem- yang minimal namun tetap berkualitas.6,7 Di Indonesia, WHO-
berdayaan masyarakat. Pelayanan PTM dimulai dari tingkat PEN pertama kali diperkenalkan tahun 2011 dengan
komunitas melalui Posbindu PTM yang merupakan upaya dilaksanakannya workshop WHO-PEN di Hotel Novotel –
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya-upaya pelayanan Bogor tanggal 5-7 December 2011. Sekalipun Indonesia
kesehatan perorangan (UKP) yang dilaksanakan secara bukan salah satu negara pilot project WHO-PEN,Indonesia
komprehensif di fasiitas pelayanan kesehatan. Upaya sudah mengadaptasi dan melaksanakan WHO-PEN dalam 2
promotif, preventif, deteksi dini, pengobatan, pelayanan kegiatan, yaitu melalui kegiatan Posbindu PTM di masyarakat
paliatif, dan rehabilitatif dilaksanakan secara terintegrasi di dan PANDU PTM di puskesmas. Saat ini sudah dikem-
puskesmas. Pelayanan ini disebut Pelayanan PTM Terpadu bangkan sistem informasi dan surveilans berbasis Posbindu
(PANDU). PTM maupun surveilans di FKTP untuk dapat dilakukan as-
PANDU PTM adalah pendekatan faktor risiko PTM sessment, pemantauan, dan evaluasi.
untuk deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM PANDU PTM dilaksanakan sebagaimana WHO-PEN,
terintegrasi yang dilaksanakan melalui kegiatan Posbindu melalui pendekatan efektif pada populasi (community inter-
PTM di masyarakat, pelayanan hipertensi dan diabetes ventions) maupun individual (individual interventions), yang
terintegrasi, serta layanan khusus PTM lainnya di cost-effective dengan metode yang sederhana melalui deteksi
Puskesmas. Contoh layanan khusus PTM lainnya dini PTM (akses terhadap diagnosa dasar dan pengobatan
ialahdeteksi dini serangan stroke, penanganan cedera, esensial serta sistem rujukan PTM). Komponen dalam WHO-
skrining thalasemia, SLE, pemeriksaan IVA/SADANIS, deteksi PEN seperti protokol untuk diagnosis dan tatalaksana klinis
dini kanker anak, layanan upaya berhenti merokok, dikembangkan dan divalidasi menjadi alat untuk estimasi
pendekatan praktis kesehatan paru (PAL), dan rehabilitasi/ risiko dari serangan jantung dan stroke serta menjadi dasar,
paliatif PTM.Faktor risiko dari semua pengunjung yang indikator serta pedoman dalam pengobatan dan teknologi,
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, dengan keluhan khususnya 4 PTM utama seperti hipertensi, diabetes,
dan penyakit apapun harus digali. Adapun faktor risiko penyakit paru kronis, dan kanker.6,7
tersebut ialah kebiasaan merokok, suka makanan manis, asin, Penderita hipertensi diprediksi berisiko mengalami
dan berlemak serta kurang serat, kurang aktifitas fisik, penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung,
mengonsumsi alkohol, dan kelebihan berat badan atau stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer) dalam kurun
obesitas. Pada pasien dengan faktor risiko tersebut, waktu 10 tahun mendatang dengan Carta Prediksi Risiko.
dilakukan deteksi dini untuk mengetahui kelainan metabolik Prediksi dinilai berdasarkan apakah subjek yang diperiksa
lainnya seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan merupakan penderita diabetes mellitus atau tidak, jenis
kolesterol tinggi.2,3 kelamin, usia penderita, riwayat merokok, tekanan darah (TD)
Kegiatan posbindu PTM merupakan pemberdayaan sistolik, dan kadar kolesterol. Warna kotak menentukan besar
masyarakat melalui peningkatan peran serta masyarakat dan risiko untuk mengalami PJPD dalam kurun waktu 10 tahun
meningkatkan public awareness ataupun self awareness mendatang dan diklasifikasikan menjadi risiko <10%, risiko
terhadap risiko PTM. Implementasi perilaku CERDIK (C: 10%-<20%, risiko 20%- <30%, risiko 30% - <40%, dan risiko
cek kesehatan secara berkala E: enyahkan asap rokok, R: >40%. Setiap klasifikasi risiko memiliki alur tatalaksana yang
rangsang aktifitas Fisik, D: diet sehat dan seimbang, I : berbeda.
istirahat cukup, dan K: kelola stres)melalui posbindu PTM WHO-PEN memiliki peranan untuk mencapai penguatan
merupakan kegiatan terintegrasi untuk mencegah dan puskesmas dan pencapaian target global, yaitu target
mengendalikan faktor risiko PTM di masyarakat. Sasaran pro- 1:penurunan 25% kematian akibat PJPD, kanker, DM dan
gram ini ditujukan kepada seluruh masyarakat sehat dan penyakit paru kronik, target 6: penurunan 25% prevalensi
berisiko yang berusia 15 tahun ke atas. Aktivitas Posbindu tekanan darah tinggi, target 7: mempertahankan obesitas
PTM meliputi identifikasi faktor risiko PTM, edukasi- dan diabetes, target 8: setidaknya 50% dari orang yang eli-
konseling, pencatatan, dan pemantauan, termasuk rujukan gible (memiliki prediksi risiko 30% keatas) mendapatkan obat

594 J Indon Med Assoc, Volum: 65, Nomor: 12, Desember 2015
PANDU sebagai Adaptasi WHO Package Essential of Noncommunicable Diseases Intervention (PEN)

dan konseling (termasuk kontrol gula darah) untuk Dalam rangka meningkatkan kapasitas tiap negara
mencegah serangan jantung dan stroke, dan target 9: 80% anggota WHO SEARO dalam pelaksanaan WHO PEN,
tersedia teknologi penunjang dan obat esensial termasuk diselenggarakan Intercountry Workshop of Package Essen-
generik.6,7 tial of Non Communicable Diseases (WHO PEN) Interven-
Terdapat 9 target global dalam pengendalian PTM yang tion in the Low Resource di Beruwala Kalutara, Sri Langka,
harus dicapai pada tahun 2025, yaitu pada tanggal 19–21 Oktober 2015.Workshop ini bertujuan
melakukan review Implementasi WHO PEN di negara anggota
WHO SEARO, meningkatkan pengetahuan peserta mengenai
tools dan protokol WHO PEN, serta mendiskusikan strategi
adaptasiWHO PEN oleh negara anggota WHO SEARO.
Workshop dibuka oleh Deputi Directorate General
Health Services Planning Kementerian Kesehatan dan Gizi
Sri Langka. Acara tersebut dihadiri oleh 8 negara anggota
WHO SEARO, yaitu Indonesia, Banglades, Nepal, Bhutan,
Timor Leste, Maldives, Myanmar dan Sri langka. Delegasi
Indonesia berjumlah 4 orang, yang berasal dari Kementerian
Kesehatan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(Dr.Lily Banonah Rivai, M.Epid sebagai Kasubdit
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) dan
Direktorat Bina Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar (Dr. Dewi
Irawati, MKM, Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Subdit
Pelayanan Kesehatan di DTPK), WHO Representative Indo-
Penetapan The Global Goals for Sustainable Develop-
nesia (Dr. Priska Apsari), dan praktisi senior (Prof. Dr. dr.
ment (SDGs) pada sidang umum PBB pada tanggal 25 Sep-
Pradana Soewondo SpPD-KEMD dari RSCM/PERKENI).
tember 2015 lalu menghasilkan 17 target dan 169 indikator
Dukungan dan komitmen dari lintas program, profesi,
SDGs. Target yang terkait pengendalian PTM adalah Good
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, serta Puskesmas
Health and Well Being. Indikatornya ialah mengurangi 1/3
untuk meningkatkan cakupan Puskesmas Pandu PTM serta
kematian prematur akibat PTM pada tahun 2030. Sementara
memastikan pelaksanaan prediksi risiko serangan jantung dan
itu, penurunan tekanan darah tinggi, penahanan laju obesitas,
strokepada semua penderita hipertensi dipuskesmas di In-
dan penurunan prevalensi perokok usia di bawah 18 tahun
donesia sangat dibutuhkan untuk tindak lanjutserta
menjadi target dan indikator dalam Rencana Pembangunan
pemantauan dan evaluasi terhadap target nasional maupun
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015–2019.
global pengendalian PTM.
Untuk mencapai hal tersebut, disusun Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan (RENSTRA KEMENKES) dimana
Daftar Pustaka
Posbindu PTM dan Puskesmas PANDU PTM menjadi salah
1. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta,
satu target dan indikator pengendalian PTM. Sejak tahun
2014.
2011 sampai saat ini, terdapat 9.128 Posbindu PTM dan 2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan
terdapat 2.936 Puskesmas PANDU PTM yang tersebar di Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas. Jakarta,
semua provinsi di Indonesia.4 2012.
3. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Kegiatan Posbindu PTM di masyarakat dan PANDU
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas. Jakarta,
PTM di Puskesmas merupakan upaya promotif dan preventif 2012.
melalui deteksi dini faktor risiko PTM. Program Jaminan 4. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan RI Jakarta, 2015-2019.
Kesehatan Nasional (JKN) dengan sistem kapitasi di 5. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Jakarta, 2015-2019.
Puskesmas, dan program pengelolaan penyakit kronis
6. World Health Organization. Global Burden Diseases 2008. .Swit-
(Prolanis) untuk hipertensi dan diabetes akan meningkatkan zerland, 2011.
cakupan deteksi masyarakat usia 15 tahun keatas. Selain itu, 7. World Health Organization. Noncommunicable Diseases in the
melalui program JKN yang mengarah pada cakupan semesta South-East Asia Region. Situation and Response. India, 2011.
(universal coverage),diharapkan seluruh masyarakat yang
berusia 15 tahun keatas melakukan deteksi dini faktor risiko
PTM minimal 1 tahun sekali pada tahun 2019.

J Indon Med Assoc, Volum: 65, Nomor: 12, Desember 2015 595

Anda mungkin juga menyukai