Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

HIPERTENSI PADA WARGA RT 06 RW 02


KELURAHAN CIPAYUNG KECAMATAN CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN

Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
Keperawatan Komunitas di Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Ditujukan Kepada Yth:


1. Uswatun Khasanah, S.Kep., MSN (Pembimbing Akademik)
2. Ns. Dianis Wulan Sari, S.Kep (Pembimbing Akademik)
3. Jamaluddin, M.Kep (Pembimbing Lapangan)

Kelompok:
Ari Nur Husaini 4113109500003
Hanik Fitria Cahyani 4113109500011
Humaira 4113109500012
Rafita Octavia 4113109500020
Sumiyati Astuti 4113109500023
Walidatul Laili Mardliyah 4113109500024

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
BAB I
PENGKAJIAN DAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT

Gambaran Umum Lokasi Praktek


A. Kondisi Geografis
Puskesmas Ciputat merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di wilayah kota
Tangerang Selatan dengan luas area 13.311 Ha dengan sebagian besar tanah darat
(93,65%) dan sisanya rawa. Letak wilayah Puskesmas Ciputat berada pada batas wilayah
sebagai berikut :
 Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah
 Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang (Kelurahan Pondok Cabe Ilir)
 Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang (Kelurahan Kedaung)
 Timur : Wilayah DKI Jakarta
Puskesmas Ciputat memiliki progam pelayanan kesehatan diantaranya :
 Promosi Kesehatan
 Kesehatan Ibu dan Anak
 Balai Pengobatan Umum
 Balai Pengobatan Gigi
 Konsultasi Gizi
 Imunisasi
 Konsultasi Kesehatan Remaja dan Usila
 Kesehatan Lingkungan
 Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit
 Unit Kesehatan Sekolah.

B. Pengkajian Keperawatan Komunitas di RT 06 RW 02 Kelurahan Cipayung


1. Inti Komunitas
a. Sejarah RT 06
RT 06 merupakan salah satu RT di wilayah RW 02 yang terletak di Kelurahan
Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Wilayah ini dahulunya merupakan hutan-hutan dan ada beberapa daerah yang
dahulunya adalah rawa serta masih terdapat sedikit pepohonan besar yang tidak
ditebang. Warga Rt 06 terdiri dari warga penduduk asli dan warga pendatang.
b. Data Demografis
Jumlah penduduk di RT.06 adalah ± 284 jiwa yang terdaftar, berdasarkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 141 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 143 jiwa.
Sedangkan berdasarkan tingkat usia, jumlah balita dan anak 93 jiwa, remaja 34
jiwa, dewasa adalah 134, lansia adalah 57 jiwa. Macam-macam penyakit yang
diderita oleh sebagian penduduk yang ada di lingkungan RT.06 antara lain adalah
Hipertensi, Penyakit Kulit, ISPA, Diabetes Mellitus, dan penyakit lainnya yang
kelompok kategorikan yaitu Asam Urat dan Asma.
c. Etnik
Penduduk RT 06 mayoritas adalah penduduk asli, sebagian merupakan pendatang.
Suku bangsa yang terdapat di lingkungan Rt 06 merupakan suku bangsa yang
heterogen diantaranya adalah suku Betawi, Jawa, Sunda dan Sumatera.
d. Nilai dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk RT 06 memeluk agama Islam. Di lingkungan Rt 06 terdapat
satu musholla digunakan untuk melakukan aktifitas keagamaan warga sekitar.
2. Subsistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik di RT 06, merupakan kawasan pemukiman padat penduduk
atau wilayah perkampungan dengan jarak antar rumah sangat sempit. Pada
pemukiman warga atau perkampungan yang kebanyakan warganya bekerja
sebagai karyawan swasta, wiraswasta dan buruh, pada pemukiman banyak faktor
resiko yang bisa mempengaruhi kesehatan penduduknya seperti lingkungan
sempit dan banyak lekukan sehingga air mudah tergenang, perumahan warga
sangat padat dan tidak teratur, terdapat beberapa rumah yang banyak lalat dan
kotor, setiap rumah sudah memiliki kamar mandi sendiri, dan memiliki sistem
pembuangan sampah yang baik, warga Rt 06 rata rata memiliki kebiasaan
mengkonsumsi penyedap rasa dan sangat menyukai ikan asin.
b. Pendidikan
Dari 284 sampel yang diteliti, tingkat pendidikan di RT 06 sebagai besar
berpendidikan SMA 51%, berpendidikan SMP 23%, SD 20%, Perguruan Tinggi
5%, belum sekolah sebanyak 1% sedangkan yang tidak bersekolah 6 %. Fasilitas
sekolah di RT tersebut terdapat 1 SD dan 2 PAUD.
c. Sistem Politik Pemerintahan
Sistem pemilihan pemimpin sama seperti pemilihan umum yaitu dengan memilih
calon pemimpin yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian warga memilih
calon yang sesuai dengan pilihannya.
d. Keamanan dan Transportasi
Pada kedua RT terdapat pos ronda yang tiap malam secara bergantian warganya
melakukan penjagaan. Transportasi yang ada di kedua RT adalah kendaraan
umum seperti angkot, dan warga ada yang memiliki motor (kebanyakan).
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan yang rutin dilakukan ialah Posyandu Rambutan yang terletak
di RT 06, adalah pemantauan status gizi anak, pengobatan anak dengan kerja sama
dari petugas Puskesmas Ciputat, Pemberian Vitamin A rutin tiap 6 bulan
sedangkan pelayanan kesehatan Posbindu Rambutan berupa kegiatan
pengontrolan tekanan darah dan pengobatan pada lansia dengan bantuan petugas
Puskesmas Ciputat.
f. Komunikasi
Tempat yang biasa digunakan untuk warga berkumpul adalah musholla yang
terletak di lingkungan sekitar dan pos ronda di belakang pemukiman. Alat
komunikasi yang digunakan adalah speaker atau pengeras suara. Suasana
komunikasi antar warga baik dan sangat kekeluargaan.
g. Rekreasi
Tidak ada tempat rekreasi yang khusus di Wilayah RT 06.
h. Ekonomi
Sebagain besar mata pencaharian penduduk di RT 06 ialah karyawan swasta,
wiraswasta dan buruh. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan kelompok
didapatkan bahwa sebagian besar pendapatan penduduk RT 06 adalah di bawah 2
juta.
3. Analisa data
Data Masalah
Data Subjektif:
 46% warga Rt 06 Rw 02
mengatakan mengetahui bahwa
ikan asin dan makanan yang asin
tidak boleh untuk hipertensi
 Beberapa warga Rt 06 Rw 02
mengatakan bahwa penyedap rasa
tidak baik dikonsumsi
 100% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi mengatakan
ingin mengetahui dengan jelas dan
lebih jauh tentang hipertensi
 17 % dari penderita hipertensi di
Rt 06 Rw 02 mengatakan dulu
orang tua mereka juga mengalami Ketidakefektifan manajemen regimen
hal yang sama. terapeutik berhubungan dengan
Data Objektif kerumitan regimen terapeutik
 30% warga Rt 06 Rw 02
mengalami hipertensi
 46% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh pola makan yang salah
 30% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh kurang aktivitas fisik
 17% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh faktor genetic
 7% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh stress dan kecemasan
 60% warga Rt 06 Rw 02
merupakan suku betawi
 51% warga Rt 06 Rw 02
merupakan tamatan SMA
Data Subjektif
 46% warga Rt 06 Rw 02 yang
menderita hipertensi mengatakan
setiap makan menggunakan
penyedap rasa
 46% warga Rt 06 Rw 02 yang
menderita hipertensi mengatakan
sering menyediakan ikan asin di
menu makanan sehari-hari
 Beberapa warga mengatakan Gaya hidup monoton berhubungan
sering mengikuti senam di wilayah dengan kurang pengetahuan tentang
kelurahan Cipayung namun keuntungan latihan fisik bagi kesehatan,
peminat dari Rt 06 Rw 02 sedikit kurang minat, kurang motivasi, kurang
 Kader Rt 06 Rw 02 mengatakan sumber daya (waktu, uang, teman,
bahwa senam diadakan rutin fasilitas), kurang latihan untuk
namun tidak wajib bagi semua memenuhi gerak fisik.
warga
Data Objektif
 Saat makan siang nampak terdapat
menu ikan asin d meja makan
 Hasil pengukuran tekanan darah
terdapat 30 % warga Rt 06 Rw 02
yang tekanan darahnya tinggi
 Nampak beberapa warga memiliki
berat badan diatas normal
Data Subjektif
 Beberapa warga mengatakan tidak
mengetahui tentang masalah
kesehatan yang dialami
 Beberapa warga mengatakan
bahwa hipertensi merupakan
penyakit lansia
 Beberapa warga tidak pernah
memeriksakan tekanan darah Defisiensi kesehatan komunitas
secara rutin berhubungan dengan kurangnya ahli di
 Beberapa warga lebih sering masyarakat, keterbatasan sumber daya
mengkonsumsi obat warung manusia
dibanding datang ke pelayanan
kesehatan
Data Objektif
 Tidak tersedianya program untuk
mengatasi dan mengurangi
masalah hipertensi di warga Rt 06
Rw 02
 Tidak tersedianya program untuk
mencegah hipertensi di warga Rt
06 Rw 02
 46% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh pola makan yang salah
 30% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh kurang aktivitas fisik
 17% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh faktor genetic
 7% warga Rt 06 Rw 02 yang
mengalami hipertensi disebabkan
oleh stress dan kecemasan
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gaya Hidup Monoton faktor yang berhubungan kurang pengetahuan tentang
keuntungan latihan fisik bagi kesehatan, kurang minat, kurang motivasi,
kurang sumber daya (waktu, uang, teman, fasilitas), kurang latihan untuk
memenuhi gerak fisik.
2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan
kerumitan regimen terapeutik
3. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan kurangnya ahli di
masyarakat, keterbatasan sumber daya manusia

5. Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat


No Masalah 1 2 3 4 Total Prioritas
1. Ketidakefektifan 1 1 0.6 1 3.6 2
manajemen
regimen
terapetik
2. Gaya hidup 1 1 1 1 4 1
monoton
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan,
kurang motivasi
dan kurang
sumber daya
3. Defisiensi 1 1 1 0.5 3.5 3
kesehatan
komunitas
berhubungan
dengan
kurangnya ahli
masyarakat.
Total
6. Rasional Pemberian Prioritas
1. Ketidakefektifan manajemen regimen terapetik
a. Sifat masalah : diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen regimen
terapetik bersifat aktual karena masalah tersebut muncul sebagai masalah yang
saat ini ditemukan. aktual memiliki skor 3. Skor 3 yang didapat dibagi dengan
skor tertinggi (3) kemudian dikali dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai
sebesar 1.

b. Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian. Masalah dapat diubah dengan


sebagian karena sudah ada keinginan warga untuk mnengetahui dengan jelas
penyebab penyakit yang dideritanya. Sebagian memiliki skor (1). Skor 1 yang
didapat dibagi dengan skor tertinggi (2) kemudian dengan bobot (2) sehingga
di peroleh nilai sebesar 1.
c. Potnsial masalah untuk dicegah : cukup. Masalah dapat dicegah dengan
kategori cukup karena masalah tersebut merupakan masalah aktual yang sudah
muncul. Cukup memiliki skor (2). Skor 2 yang didapat dibagi dengan skor
tertinggi (3) kemudian dikalikan dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai
sebesar 0.6
d. Menonjolnya masalah : segera. Masalah bersifat aktual dan menonjol yang
harus segera ditangani oleh komunitas. Segera memiliki skor (2). Skor 2 yang
didapat kemudian dibagi dengan skor tertinggi (2) kemudian dikalikan dengan
bobot (1) sehingga diperoleh nilai sebesar 1.
2. Gaya hidup monoton berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang motivasi,
kurang sumber daya.
a. Sifat masalah : aktual karena masalah tersebut muncul sebagai masalah yang
saat ini ditemukan. aktual memiliki skor 3. Skor 3 yang didapat dibagi dengan
skor tertinggi (3) kemudian dikali dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai
sebesar 1.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian. Masalah dapat diubah dengan
sebagian karena sudah ada keinginan warga untuk mnengetahui dengan jelas
penyebab penyakit yang dideritanya. Sebagian memiliki skor (1). Skor 1 yang
didapat dibagi dengan skor tertinggi (2) kemudian dengan bobot (2) sehingga
di peroleh nilai sebesar 1.
c. Potensial masalah untuk dicegah : tinggi. Masalah dapat dicegah dengan
kategori tinggi karena masalah tersebut merupakan masalah aktual yang sudah
muncul, sudah ada keinginan warga untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga perawata dapat memfasilitasinya. tinggi memiliki skor (3). Skor 3
yang didapat dibagi dengan skor tertinggi (3) kemudian dikalikan dengan
bobot (1) sehingga diperoleh nilai sebesar 1.
d. Menonjolnya masalah : segera. Masalah bersifat aktual dan menonjol yang
harus segera ditangani oleh komunitas. Segera memiliki skor (2). Skor 2 yang
didapat kemudian dibagi dengan skor tertinggi (2) kemudian dikalikan dengan
bobot (1) sehingga diperoleh nilai sebesar 1.
3. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan kurangnya ahli
dimasyarakat, keterbatasan sumber daya.
a. Sifat masalah : aktual karena masalah tersebut muncul sebagai masalah yang
saat ini ditemukan. aktual memiliki skor 3. Skor 3 yang didapat dibagi dengan
skor tertinggi (3) kemudian dikali dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai
sebesar 1.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian. Masalah dapat diubah dengan
sebagian karena sudah terdapatnya petugas kesehatan dilingkungan tersebut.
Sebagian memiliki skor (1). Skor 1 yang didapat dibagi dengan skor tertinggi
(2) kemudian dengan bobot (2) sehingga di peroleh nilai sebesar 1.
c. Potensial masalah untuk dicegah : tinggi. Masalah dapat dicegah dengan
kategori tinggi karena masalah tersebut merupakan masalah aktual yang sudah
muncul, sudah ada keinginan warga untuk meningkatkan pengetahuan serta
sudah terdapatnya petugas kesehatan meskipun jumlahnya sedikit. tinggi
memiliki skor (3). Skor 3 yang didapat dibagi dengan skor tertinggi (3)
kemudian dikalikan dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai sebesar 1.
d. Menonjolnya masalah : segera. Masalah bersifat tidak perlu segera karena
tidak bersifat mengancam komunitas. Tidak perlu segera memiliki skor (1).
Skor 2 yang didapat kemudian dibagi dengan skor tertinggi (2) kemudian
dikalikan dengan bobot (1) sehingga diperoleh nilai sebesar 0.5.
BAB II
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 3,
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah kesehatan telah banyak muncul
di Indonesia, yang penyebabnya tidak terlepas dengan pola makan, diantara penyakit
degeneratif yakni hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, kanker dan
obesitas. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang
ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup (Walqvist,
1997).
Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2003). Salah satu masalah kesehatan yang perlu
diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di
Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%)
(Depkes, 2008). Menurut JNC 7 (2003), hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan tekanan darah diastolik≥90 mmHg pada seseorang yang tidak sedang
makan obat antihipertensi (Yogiontoro, 2006).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang
terusmeningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup, terutama dalam pola makan.
Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah
lemak bergeser ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan
tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan
pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping
itu, perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat
tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya
penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan
obesitas yang berdampak pada timbulnya penyakit degeneratif (Almatsier, 2001).
Berikut ini merupakan beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kenaikan tekanan darah pada seseorang antara lain: faktor yang tidak dapat diubah
(umur, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat diubah (obesitas, perokok, konsumsi
alkohol, dan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak atau garam)
(Cahyono, 2008).
Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita hipertensi
pada pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian, tingginya prevalensi
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan
di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang,Bandung,Yogyakarta,Denpasar, dan Makasar
terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%.
Dalam Cahyono (2008), seseorang yang beresiko terkena hipertensi adalah orang
yang berusia diatas 55 tahun. Bila ditinjau perbandingan prevalensi hipertensi antara
perempuan dan laki-laki, ternyata menunjukkan angka yang bervariasi. Hasil
penelitian Irza (2009) di Sumatera Barat, hipertensi lebih banyak dialami oleh wanita
(66,67%) dibandingkan pria (33,33%). Sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan (Sugihartono, 2007).
Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Ina SH) mencatat, konsumsi
garam rata-rata orang Indonesia tiga kali lebih besar dari anjuran badan kesehatan
dunia (WHO) yang maksimal 6gram atau satu sendok teh sehari. Menurut Prof Dr
Jose Roesma, Konsumsi garam rata-rata masyarakat Indonesia sebesar 15
gram/hari.Hal ini akan menyebabkan prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20
%. Itulah salah satu sebab angka penderita hipertensi di Indonesia terus meningkat
setiap tahun. Selain itu, Budaya penggunaan MSG (bumbu masak) sudah sampai pada
taraf yang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual
makanan, dan jasa katering selalu menggunakannya (Suara karya, 2009).
Selain itu, faktor stres juga berpengaruh pada kenaikan tekanan darah secara
bertahap karena dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis (Depkes, 2006). Hasil
penelitian Hasirungun (2002) terhadap lansia di Kota Depok didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara stres dan hipertensi. Lansia yang mengalami stres
tinggi sebesar 70,9%, stres sedang sebesar 65,2% dan stres rendah sebesar 38,5%
terhadap hipertensi. Stres tinggi berpeluang 3,89 kali dan stres sedang berpeluang
2,99 kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stres rendah.
Menurut Dr. Siti Fadilah, di negara maju, pengendalian hipertensi belum
memuaskan, bahkan di banyak negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena
menyangkut banyak faktor baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun
pelayanan kesehatan. Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah
bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meliputi monitoring tekanan
darah secara teratur, program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktivitas
fisik atau gerak badan, diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi
tinggi serat, rendah lemak dan rendah garam.Hal tersebut merupakan kombinasi
upaya mandiri oleh individu atau masyarakat dan didukung oleh program pelayanan
kesehatan yang ada serta harus dilakukan sedini mungkin (Madina, 2010).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang
atau 26,4% penghuni bumi menderita hipertensi, dan angka ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 (Farmacia, 2007). Prevalensi hipertensi di
seluruh dunia diperkirakan antara 15-20% (Depkes, 2006). Sedangkan angka
Proporsional Mortality Rate di dunia akibat hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1
juta kematian (Yahya, 2005). Menurut data Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
(2009), di Wilayah Kota Tangerang Selatan prevalensi hipertensi pada lansia(45
sampai >60 tahun) mencapai 3,9%. Namun, angka kasus di Wilayah Kota Tangerang
selatan ini masih jauh dari yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan usia diatas 50
tahun yakni sebesar 20-30%. Dari 10 Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas
kesehatan Tangerang selatan prevalensi terendah berada di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang (0,6%) dan tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
(33,94%).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rt 06 Rw 02 Kelurahan Cipayung
Kecamatan Ciputat bahwa penyebab hipertensi yang dikarenakan pola makan
terdapat 90% warga dengan hipertensi mengatakan selalu menggunakan penyedap
rasa, kecap dan saus, sering mengkonsumsi kopi dan rokok, sering makan gorengan.
Berikut merupakan diagram dari hasil studi pendahuluan di Rt 06 Rw 02
Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat, yaitu:
1. Gambaran Jenis Kelamin
Diagram pie 2.1

Jenis Kelamin

50%
50% laki laki
perempuan

Berdasarkan diagram 2.1 gambaran jenis kelamin pada warga Rt 06 Rw 02 bahwa


hasil penelitian pada 284 orang responden, sebanyak 50% responden berjenis
kelamin laki-laki dan pada jenis kelamin perempuan mempunyai nilai yang sama
yaitu 50% responden
2. Gambaran Pekerjaan
Diagram pie 2.2

Pekerjaan
wiraswasta
22% 24% PNS
Buruh
10%
25% Pedagang
14%
sopir
karyawan

1% 4% IRT

Berdasarkan diagram 2.2 gambaran pekerjaan pada warga Rt 06 Rw 02 bahwa


hasil penelitian pada 284 orang responden, sebanyak 25% responden memiliki
pekerjaan sebagai karyawan, 24% sebagai wiraswasta, 22% sebagai ibu rumah
tangga, 14% sebagai buruh, 10% sebagai PNS, 4% sebagai pedagang dan 1%
sebagai sopir.
3. Gambaran Agama
Diagram pie 2.3

Agama
2% 2% 0%

Protestan
katolik
Budha
96%
islam

Berdasarkan diagram 2.3 gambaran agama pada warga Rt 06 Rw 02 bahwa hasil


penelitian pada 284 orang responden, sebanyak 96% (272 orang) menganut agama
islam, 2% (5 orang) menganut agama katolik, 2% (5 orang) menganut agama
protestan dan 0% (2 orang) menganut agama budha.
4. Gambaran Pendidikan
Diagram pie 2.4

0%
Pendidikan
5% 1%
SD
20%
SMP
SMA
51% 23%
PT
T.SEKOLAH
B.SEKOLAH

Berdasarkan diagram 2.4 gambaran pendidikan pada warga Rt 06 Rw 02 bahwa


hasil penelitian pada 284 responden, sebanyak 51 % memiliki tingkat pendidikan
SMA, 23% memiliki tingkat pendidikan SMP, 20% memiliki tingkat pendidikan
SD, 5% memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi, 1% memiliki tingkat
pendidikan belum sekolah dan 0% tidak sekolah
5. Gambaran Suku
Diagram pie 2.5

suku
4%

16%
Betawi

20% Sunda
60%
Jawa
Batak

Berdasarkan diagram 2.5 gambaran suku pada warga Rt 06 Rw 02 bahwa hasil


penelitian pada 284 orang responden, sebanyak 60% suku betawi, 20% suku sunda,
16% suku jawa dan 4% suku batak
6. Gambaran Karakteristik rumah RT 06 n 50
Diagram pie 2.6

Jenis Rumah

26%

Permanen
74% Semi Permanen

Berdasarkan diagram 2.6 gambaran karakteristik rumah pada warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 50 rumah didapatkan sebanyak 74% berjenis
permanen dan sebanyak 26% berjenis semi permanen
7. Gambaran Ventilasi
Diagram pie 2.7

Ventilasi

10%

Ada
Tidak Ada
90%

Berdasarkan diagram 2.7 gambaran ventilasi pada rumah warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 50 rumah didapatkan sebanyak 90% terdapat ventilasi
dan 10% tidak ada ventilasi
8. Gambaran kebersihan
Diagram pie 2.8

Kebersihan

14%
28% Bersih
21% Lalat
10% Debu
Lawa
27%
Lain-Lain

Berdasarkan diagram 2.8 gambaran kebersihan pada rumah warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 50 rumah didapatkan sebanyak 28% keadaan rumah
bersih, 27% keadaan rumah berdebu, 21% keadaan rumah terdapat lawa-lawa, 14%
keadaan rumah lain-lain dan 10% keadaan rumah terdapat lalat
9. Gambaran Tempat Sampah

Diagram pie 2.9

Tempat Sampah

7%

Ya
Tidak
93%

Berdasarkan diagram 2.9 gambaran tempat sampah pada rumah warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 50 rumah didapatkan sebanyak 93% memiliki tempat
sampah dan 7% tidak memiliki tempat sampah
10. Gambaran Sumber Air
Diagram pie 2.10

Sumber Air

8%
8%
Pompa
18%
Sumur gali
66% PAM
Air isi ulang

Berdasarkan diagram 2.10 gambaran sumber air pada rumah warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 50 rumah didapatkan sebanyak 66% menggunakan
pompa, 18% menggunakan sumur gali, 8% menggunakan PAM dan 8%
menggunakan air isi ulang
11. Gambaran Usia Penduduk
Diagram pie 2.11

Usia Penduduk

20% 9%
13% Balita
Sekolah
12%
Remaja
46% Dewasa
Lansia

Berdasarkan diagram 2.11 gambaran usia penduduk pada warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 284 responden, sebanyak 46% usia dewasa, 20% usia
lansia, 13% usia sekolah, 12% usia remaja dan 9% usia balita
12. Gambaran Data Penyakit
Diagram pie 2.12

Data Penyakit

8%
8% Hipertensi
30%
Diabetes Melitus
Alergi

43% 9% Sehat
2% penyakit lainnya
batuk pilek

Berdasarkan diagram 2.12 gambaran data penyakit pada warga Rt 06 Rw 02


bahwa hasil penelitian pada 200 responden, sebanyak 43% dalam keadaan sehat,
30% mengalami hipertensi, 9% mengalami alergi, 8% mengalami batuk pilek, 8%
mengalami penyakit lainnya dan 2% mengalami diabetes melitus
13. Gambaran penyebab hipertensi
Diagram 2.13

Penyebab Hipertensi

17%
7%
46% Pola Makan
Kurang Aktivitas Fisik

30% Stress/Cemas
Faktor Genetik

Berdasarkan diagram 2.13 gambaran penyebab hipertensi pada warga Rt 06


Rw 02 yang mengalami hipertensi bahwa hasil penelitian pada 52 responden,
sebanyak 46% (28 orang) disebabkan karena pola makan, 30% (18 orang)
dikarenakan kurang aktivitas fisik, 17% (10 orang) dikarenakan faktor genetik dan
7% (4 orang) disebabkan karena stress/cemas.
Berdasarkan data-data tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang masalah hipertensi di Rt 06 Rw 02 Kelurahan
Cipayung Kecamatan Ciputat.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah,
bagaimanakah gambaran kejadian penyakit berbasis lingkungan yang terjadi di RT 06
RW 02 Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Selatan Tahun
2013.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kejadian penyakit berbasis lingkungan di RT 06 RW 02
Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Selatan Tahun
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran lingkungan di RT 06 RW 02
b. Mengetahui angka kejadian penyakit Hipertensi di RT 06 RW 02
c. Mengetahui angka kejadian pernyakit di RT 06 RW 02
d. Mengetahui angka kejadian pernyakit di RT 06 RW 02

C. Kajian Literatur
1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah
(Muttaqin, 2009). Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolic lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup tenang atau istirahat (Depkes, 2007).
2. Klasifikasi hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah dan
berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi
bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (Mardjono, 2007). The Joint National
Comitee on Prevention, detection, evaluation and treatment of high blood presure
(JNC) mengklasifikasikan hipertensi menjadi beberapa bagian yaitu :
Tabel 2.1 klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 100
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi essensial dan
hipertensi sekunder. Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi
tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Pada 90% kasus, penyebab dari hipertensi
essensial adalah faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan natrium, stres dan reaktifitas pembuluh darah terhadap vasokonstriksor.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan meliputi diet, kebiasaan merokok, stres
emosi dan obesitas. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Hipertensi
sekunder merupakan akibat dari penyakit ginjal, hipertensi endokrin, kelainan syaraf
pusat, obat obatan dan lain lain.
3. Etiologi
Menurut Tambayong (2000) etiologi hipertensi dibedakan menjadi
beberapa bagian yaitu:
1. Usia
Insiden hipertensi semakin meningkat diiringi dengan meningkatnya usia. Lansia
merupakan kelompok usia yang paling sering menderita hipertensi karena adanya
penurunan fungsi fisiologis pembuluh darah dimana pembuluh darah menjadi tidak
elastic kembali.
2. Kelamin
Pada umumnya insiden hipertensi lebih banyak pada pria daripada wanita namun
pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat.
3. Stres
Menurut beberapa penelitian, stress dipandang sebagai salah satu pencetus
hipertensi. Stress dianggap sebagai pemicu reaksi vasokonstriksi pembuluh darah
dan pelepasan histamine. Vasoknstriksi pembuluh darah dan pelepasan histamine
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga meninmbulkan tekanan
darah yang tinggi.
4. Pola makan
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi
yang rendah jika asupan garam antara 5 - 15 gram perhari, prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan
tekanan darah. Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi
gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang
asupan garamnya rendah (WHO, 2008).
5. Kurang aktifitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh mengalami
kekurang oksigen sehingga menyebabkan tubuh mengirim sinyal ke otak untuk
meningkatkan tekanan darah. organ tubuh dan pasokan darah maupun oksigen
menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan darah. Kondisi kekurangan
oksigen yang berlangsung lama akan menimbulkan peningkatan darah yang
konstan (WHO, 2008).
6. Genetic
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orangtua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Astawan,2002). Dua buah gen yang
membuat tubuh kelebihan sodium yaitu NPPA dan NPPB diduga menjadi
penyebab penyakit tetakan darah tinggi (hipertensi) Sekelompok peenlitian dari
Boston yang dipimpin Dr. Christofer Newton dari RSU Massachusstes menganalis
data genetis 3.000 orang yang berdomisili di Amerika Serikat, Swedia, dan
Finladia untuk mengetahui peranan NPPA dan NPPB. Seseorang yang terkena
hipertensi beresiko lebih tinggi terkena penyakit stroke, serangan jantung, gagal
jantung, dan gagal ginjal. Para peneliti mengatakan biasanya penyakit-penyakit
tersebut dipengaruhi faktor keturunan. Mereka yang memiliki kedua gen tersebut
beresiko terkena hipertensi 18% lebih tingi dibandingkan dengan mereka yang
hanya memiliki salah satu gen tersebut atau tidak sama sekali. NPPA dan NPPB
memproduksi peptida natriuretik, sejenis protein yang berpengaruh meregangkan
pembuluh darah dan membuang garam/sodium melalui urine. Selain faktor genetis,
hal lain yang bisa meningkatkan seseorang terkena hiprtensi antara lain penyakit
diabetes, ginjal, dan kolesterol tinggi (WHO, 2008)
7. Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara
statistik ada hubungan antara diabetes dengan hipertensi. Penderita diabetes
memiliki gangguan pada insulin, insulin yang tidak bekerja akan menyebabkan
retensi natrium dan meningkatkan aktifitas syaraf simpatik sehingga memicu
peningkatan tekanan darah.
Penyebab dari hipertensi sekunder adalah penyakit parenkim, sindrom chusing
yang menyebabkan glukokortikoid akibat penyakit adrenal, dan adanya tumor pada
medula adrenal (Tambayong, 2000). Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan
tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah (Kusumawati dkk, 2009).
4. Manifestasi klinik
Tekanan darah tinggi merupakan manifestasi utama dari Hipertensi. Gejala
lain sering dijumpai seperti ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah. Individu yang menderita hipertensi terkadang
tidak menunjukan gejala selama bertahun tahun. Gejala biasanya ditunjukan dengan
adanya kerusakan vaskular, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner dan Suddarth,
2002).
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi dengan nokturia dan
azotemia atau peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik yang termanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja
ventrikel saat di paksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabila jantung tidak mampu lagi bekerja maka akan terjadi kegagalan jantung kiri.
Menurut Corwin (2009) Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun dan berupa:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap kerena kerusakan susunan syaraf pusat.
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009)
5. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem syaraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan
darah,yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah kapiler. Darah yang
mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap
kontraksi dan kecepatan denyut jantung.
Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah
perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah
dan makin tinggi tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh darah dikendalikan
oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin. Renin akan merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II sehingga
pada akhirnya akan merangsang sekresi hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium dan air pada tubulus ginjal.
Perangsangan pada sistem syaraf simpatis menyebabkan dilepaskannya
katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin. Kedua zat kimia ini menyebabkan
konstriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung dan kekuatan kontraksi
ventrikel (Brunner&Suddrath, 2002). Perubahan structural dan fungsional pada
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada akhirnya
akan menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh darah.
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Menurut Corwin (2009) Komplikasi
tersebut diantaranya :
1. Stroke
Dapat terjadi akibat tekanan tinggi di otak atau pelepasan embolus yang terlepas
dari pembuluh darah.
2. Infark miokard
Terjadi apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerotik tidak dapat
menyplai darah ke miokardium.
3. Gagal ginjal
Terjadi akibat kerusakan progesif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus
ginjal (Corwin, 2009).
7. Penatalaksanaan
Tujuan dari progam penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap progam ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan
dengan hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan non farmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
hipertensi.
Pemberian terapi hipertensi yang tepat dapat mengurangi resiko stroke dan
mengurangi resiko jantung koroner. Terapi hipertensi tersebut adalah :
1. Terapi menyeluruh
Mengurangi faktor resiko hipertensi dengan cara menangani faktor resiko tersebut
(Glance, 2006).
2. Terapi farmakologis
a. Diuretik
Jenis dari obat diuretic adalah Chlorthalidone, Hydromox, HydroDiuril.
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Keuntungan dari obat diuretic adalah dapat
diberikan secara peroral, efektif digunakan dalam jangka waktu lama, dan
membantu pengeluaran natrium melalui urin.
b. Penghambat adrenergik alfa
Jenis dari golongan obat ini adalah Methyildopa, propanolol, metoprolol,
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa, menyebabkan
vasodilatasi, mengurangi takikardi, dan penurunan tekanan darah.
c. Penghambat neuron adrenergik
Merupakan obat antihipertensi yang kuat menghambat norepineprin dari
ujung syaraf simpatis sehingga pelepasan noreprinefrin menjadi berkurang
dan ini menyebabkan curah jantung atau tahanan vaskular menurun. Reserpin
dan guanetidin dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat.
d. Vasodilatator yang bekerja langsung
Jenis dari obat ini adalah minoxidil, nitroglycerin, Hiperstat, dll. Obat ini
bekerja dengan merelaksasikan otot polos pembuluh darah terutama arteri
hingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi akan menurunkan tekanan
darah dan natrium (Muttaqin, 2009).
e. Penghambat enzim angitensin
Golongan dari obat ini adalah captopril, nifendipine, cardizem dan verapamil.
Kerja utama obat ini adalah dengan menghambat konversi angiotensin I
menjadi angiotensin II, menurunkan tahanan perifer total dan meningkatkan
pengiriman oksigen ke jantung.
3. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup (diet hipertensi,
mengurangi rokok dan alkohol, olahrga teratur, serta kepatuhan minum obat).
D. Kerangka Konsep

Pola makan/konsumsi

Kurang aktivitas Kejadian hipertensi

Faktor stress/ cemas

Faktor genetik

E. Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan analitik serta metode penelitian cross-sectional. Penelitian
cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali, pada
satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2010).
Pada jenis ini variabel independent dan dependent dinilai secara simultan pada
satu saat. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus di observasi pada hari atau
pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independent maupun variabel
dependent di nilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi
atau efek suatu fenomena atau variabel dependent dihubungkan dengan penyebab atau
variabel independent (Arikunto, 2010).
2. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di RT 06 yang merupakan salah satu RT di wilayah RW
02 yang terletak di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Juli
2013.
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang di tetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadji, 2007). penduduk di RT.06
adalah ± 284 jiwa yang terdaftar, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
141 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 143 jiwa. Sedangkan berdasarkan
tingkat usia, jumlah balita dan anak 93 jiwa, remaja 34 jiwa, dewasa adalah 134,
lansia adalah 57 jiwa.
b. Sampel
Penentuan sampel menggunakan metode total sampling yaitu teknik sampling
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi
pada populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini:
Kriteria inklusi:
1) Menderita hipertensi
2) Terletak di wilayah kerja RT 06 di RT 06 yang terletak di Kelurahan
Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
3) Mampu di ajak berkomunikasi.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 56 orang total sampel.
4. Variabel penelitian
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling yaitu memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
Dalam memilih sampel, peneliti di bantu oleh kader untuk menentukan sampel yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan mendapatkan jumlah sampel yang sesuai.
5. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Independent Definisi
Hipertensi. Merupakan tekanan darah yang dimiliki
seseorang di atas 140/80 mmHg .

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala


Dependent
Pola makan cara yang Kuesioner Kuesioner Nilai tertinggi Ordinal
ditempuh terdiri dari : 16, nilai
seseorang 16 terendah : 0
atau pertanyaan
sekelompo pola makan
k untuk dimana nilai
memilih :
makanan 1 untuk
dan jawaban
mengkons Benar,
umsinya 0 untuk
sebagai jawaban
reaksi salah.
terhadap
pengaruh
fisiologis,
psikologis
, budaya
dan sosial.
Aktivitas Kegiatan Kuesioner Kuesioner Nilai tertinggi Ordinal
yang terdiri dari 9 : 9, nilai
dapat pertanyaan terendah : 0
menurunk mengenai
an atau aktivitas
meningkat dimana nilai
kan risiko :
hipertensi. 1 untuk
jawaban
Benar,
0 untuk
jawaban
salah.

Stress Stres Kuesioner Kuesioner Nilai tertinggi Ordinal


adalah terdiri dari 4 : 4, nilai
reaksi/resp pertanyaan terendah : 0
ons tubuh mengenai
terhadap stress
stresor dimana nilai
psikososia :
l (tekanan 1 untuk
mental/be jawaban
ban Benar,
kehidupan 0 untuk
). jawaban
salah.

Genetik Pewarisan Kuesioner Kuesioner Nilai tertinggi Ordinal


sifat atau terdiri dari 1 : 1, nilai
penyakit pertanyaan terendah : 0
yang genetik
diturunkan dimana nilai
dari :
orang- 1 untuk
orang jawaban
yang Benar,
memiliki 0 untuk
hubungan jawaban
sedarah. salah.

6. Pengumpulan data dan instrumen penelitian


a. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diperoleh
dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui kejadian penyakit berbasis
lingkungan di wilayah Puskesmas Ciputat RT 06 / RW 02 Kelurahan Cipayung
Kecamatan Ciputat Tahun 2013.
Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti dengan
mengacu pada literatur sebanyak 30 pertanyaan dengan menggunakan tipe soal
pilihan tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD) dan Selalu (SL). Waktu yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 20-30 menit. Untuk
menghindari persoalan teknis yang berkaitan dengan saat dilakukan pengumpulan
data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan
petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan
penjelasan kembali bila responden mengalami kesulitan dalam hal-hal yang
kurang jelas bagi responden yang bisa baca tulis. Bagi responden yang tidak bisa
baca tulis, akan diwawancarai langsung dengaan panduan kuesioner oleh peneliti
sendiri.
b. Prosedur Pengumpulan Data
Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:
1) Menyelesaikan kelengkapan surat izin penelitian dari Kepala Puskesmas
Ciputat dan surat izin dari Kelurahan Cipayung.
2) Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan
manfaat penelitian.
3) Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda tangani
oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.
4) Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.
5) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
6) Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
7) Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti
untuk diperiksa.
8) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
7. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan mengunakan program komputer, meliputi :
Analisa univariat dilakukan secara deskriftif, yaitu menampilkan tabel distribusi
frekuensi dari variabel dependent yaitu pola konsumsi makanan, aktivtas, stres dan
genetik.
8. Jalannya kegiatan penelitian
a. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti meliputi mengajukan surat
permohonan ijin penelitian kepada Kepala Puskesmas Ciputat dan surat izin dari
Kelurahan Cipayung..
b. Selanjutnya penelitian dilanjutkan di RT 06 RW 02 Kelurahan Cipayung
Kecamatan Ciputat.
c. Peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing responden yang memenuhi
kriteria sampel dan untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden
penelitian.
d. Responden memberikan kesediaannya menjadi subyek penelitian setelah
mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner.
e. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) dengan tanpa
paksaan. Peneliti akan membacakan quisoner kepada responden sehingga
responden mampu memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f. Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti akan memeriksa kembali apakah lembar
kuesioner yang sudah diisi sesuai dengan petunjuk. Jika ada pertanyaan yang sulit
dipahami, maka peneliti akan menjelaskan kembali maksud pertanyaan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari 213 warga RT 06 RW 02 terdapat mayoritas warga yang menderita Hipertensi yaitu
sebanyak 42 orang (21%), Dari 34 orang yang menderita hipertensi, 16 orang (38%)
disebabkan pola makan, 12 orang (29%) disebabkan kurang aktivitas, 10 orang (24%)
disebabkan genetik, dan 4 orang (10%) disebabkan stres.
B. Saran
1. Untuk warga penderita hipertensi sebaiknya lebih memperhatikan kembali asupan
makanan terutama makanan yang mengandung garam sehingga dapat menurunkan
kadar tekanan darah.
2. Warga juga diharapkan dapat dengan rutin melakukan pengecekan tekanan darah di
puskesmas ataupun posbindu sehingga tekanan darah dapat dipantau secara berkala
3. Warga yang menderita hipertensi sebaiknya memiliki tanaman herbal di rumah
masing-masing seperti belimbing wuluh agar hipertensi dapat terkontrol dengan
meminum obat-obatan herbal tersebut.
4. Warga dapat membuat lapangan olahraga atau membersihkan lapangan yang terdapat
di depan kelurahan sehingga lapangan menjadi lebih layak untuk di gunakan
berolahraga sehingga warga dapat berolahraga bersama secara teratur di lapangan
tersebut. Dengan berolahraga teratur juga tentunya dapat mengurangi stres karena
ketika berolahrga tubuh menghasilkan senyawa endorfin yang mampu membuat
relaks otot-otot polos pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat lebih
rendah setelah berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai

  • DOPS
    DOPS
    Dokumen14 halaman
    DOPS
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia Neonatorum
    Asfiksia Neonatorum
    Dokumen20 halaman
    Asfiksia Neonatorum
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat
  • CKD On HD
    CKD On HD
    Dokumen22 halaman
    CKD On HD
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat
  • Novan Gumregah
    Novan Gumregah
    Dokumen14 halaman
    Novan Gumregah
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat
  • Profil Ukm
    Profil Ukm
    Dokumen6 halaman
    Profil Ukm
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat
  • Falsafah Pak Bandi
    Falsafah Pak Bandi
    Dokumen12 halaman
    Falsafah Pak Bandi
    myelindaariyanti
    Belum ada peringkat