Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
Keperawatan Komunitas di Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kelompok:
Ari Nur Husaini 4113109500003
Hanik Fitria Cahyani 4113109500011
Humaira 4113109500012
Rafita Octavia 4113109500020
Sumiyati Astuti 4113109500023
Walidatul Laili Mardliyah 4113109500024
Jenis Kelamin
50%
50% laki laki
perempuan
Pekerjaan
wiraswasta
22% 24% PNS
Buruh
10%
25% Pedagang
14%
sopir
karyawan
1% 4% IRT
Agama
2% 2% 0%
Protestan
katolik
Budha
96%
islam
0%
Pendidikan
5% 1%
SD
20%
SMP
SMA
51% 23%
PT
T.SEKOLAH
B.SEKOLAH
suku
4%
16%
Betawi
20% Sunda
60%
Jawa
Batak
Jenis Rumah
26%
Permanen
74% Semi Permanen
Ventilasi
10%
Ada
Tidak Ada
90%
Kebersihan
14%
28% Bersih
21% Lalat
10% Debu
Lawa
27%
Lain-Lain
Tempat Sampah
7%
Ya
Tidak
93%
Sumber Air
8%
8%
Pompa
18%
Sumur gali
66% PAM
Air isi ulang
Usia Penduduk
20% 9%
13% Balita
Sekolah
12%
Remaja
46% Dewasa
Lansia
Data Penyakit
8%
8% Hipertensi
30%
Diabetes Melitus
Alergi
43% 9% Sehat
2% penyakit lainnya
batuk pilek
Penyebab Hipertensi
17%
7%
46% Pola Makan
Kurang Aktivitas Fisik
30% Stress/Cemas
Faktor Genetik
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah,
bagaimanakah gambaran kejadian penyakit berbasis lingkungan yang terjadi di RT 06
RW 02 Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Selatan Tahun
2013.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kejadian penyakit berbasis lingkungan di RT 06 RW 02
Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Selatan Tahun
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran lingkungan di RT 06 RW 02
b. Mengetahui angka kejadian penyakit Hipertensi di RT 06 RW 02
c. Mengetahui angka kejadian pernyakit di RT 06 RW 02
d. Mengetahui angka kejadian pernyakit di RT 06 RW 02
C. Kajian Literatur
1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah
(Muttaqin, 2009). Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolic lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup tenang atau istirahat (Depkes, 2007).
2. Klasifikasi hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah dan
berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi
bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (Mardjono, 2007). The Joint National
Comitee on Prevention, detection, evaluation and treatment of high blood presure
(JNC) mengklasifikasikan hipertensi menjadi beberapa bagian yaitu :
Tabel 2.1 klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 100
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi essensial dan
hipertensi sekunder. Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi
tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Pada 90% kasus, penyebab dari hipertensi
essensial adalah faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan natrium, stres dan reaktifitas pembuluh darah terhadap vasokonstriksor.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan meliputi diet, kebiasaan merokok, stres
emosi dan obesitas. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Hipertensi
sekunder merupakan akibat dari penyakit ginjal, hipertensi endokrin, kelainan syaraf
pusat, obat obatan dan lain lain.
3. Etiologi
Menurut Tambayong (2000) etiologi hipertensi dibedakan menjadi
beberapa bagian yaitu:
1. Usia
Insiden hipertensi semakin meningkat diiringi dengan meningkatnya usia. Lansia
merupakan kelompok usia yang paling sering menderita hipertensi karena adanya
penurunan fungsi fisiologis pembuluh darah dimana pembuluh darah menjadi tidak
elastic kembali.
2. Kelamin
Pada umumnya insiden hipertensi lebih banyak pada pria daripada wanita namun
pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat.
3. Stres
Menurut beberapa penelitian, stress dipandang sebagai salah satu pencetus
hipertensi. Stress dianggap sebagai pemicu reaksi vasokonstriksi pembuluh darah
dan pelepasan histamine. Vasoknstriksi pembuluh darah dan pelepasan histamine
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga meninmbulkan tekanan
darah yang tinggi.
4. Pola makan
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi
yang rendah jika asupan garam antara 5 - 15 gram perhari, prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan
tekanan darah. Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi
gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang
asupan garamnya rendah (WHO, 2008).
5. Kurang aktifitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh mengalami
kekurang oksigen sehingga menyebabkan tubuh mengirim sinyal ke otak untuk
meningkatkan tekanan darah. organ tubuh dan pasokan darah maupun oksigen
menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan darah. Kondisi kekurangan
oksigen yang berlangsung lama akan menimbulkan peningkatan darah yang
konstan (WHO, 2008).
6. Genetic
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orangtua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Astawan,2002). Dua buah gen yang
membuat tubuh kelebihan sodium yaitu NPPA dan NPPB diduga menjadi
penyebab penyakit tetakan darah tinggi (hipertensi) Sekelompok peenlitian dari
Boston yang dipimpin Dr. Christofer Newton dari RSU Massachusstes menganalis
data genetis 3.000 orang yang berdomisili di Amerika Serikat, Swedia, dan
Finladia untuk mengetahui peranan NPPA dan NPPB. Seseorang yang terkena
hipertensi beresiko lebih tinggi terkena penyakit stroke, serangan jantung, gagal
jantung, dan gagal ginjal. Para peneliti mengatakan biasanya penyakit-penyakit
tersebut dipengaruhi faktor keturunan. Mereka yang memiliki kedua gen tersebut
beresiko terkena hipertensi 18% lebih tingi dibandingkan dengan mereka yang
hanya memiliki salah satu gen tersebut atau tidak sama sekali. NPPA dan NPPB
memproduksi peptida natriuretik, sejenis protein yang berpengaruh meregangkan
pembuluh darah dan membuang garam/sodium melalui urine. Selain faktor genetis,
hal lain yang bisa meningkatkan seseorang terkena hiprtensi antara lain penyakit
diabetes, ginjal, dan kolesterol tinggi (WHO, 2008)
7. Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara
statistik ada hubungan antara diabetes dengan hipertensi. Penderita diabetes
memiliki gangguan pada insulin, insulin yang tidak bekerja akan menyebabkan
retensi natrium dan meningkatkan aktifitas syaraf simpatik sehingga memicu
peningkatan tekanan darah.
Penyebab dari hipertensi sekunder adalah penyakit parenkim, sindrom chusing
yang menyebabkan glukokortikoid akibat penyakit adrenal, dan adanya tumor pada
medula adrenal (Tambayong, 2000). Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan
tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah (Kusumawati dkk, 2009).
4. Manifestasi klinik
Tekanan darah tinggi merupakan manifestasi utama dari Hipertensi. Gejala
lain sering dijumpai seperti ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah. Individu yang menderita hipertensi terkadang
tidak menunjukan gejala selama bertahun tahun. Gejala biasanya ditunjukan dengan
adanya kerusakan vaskular, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner dan Suddarth,
2002).
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi dengan nokturia dan
azotemia atau peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik yang termanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja
ventrikel saat di paksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabila jantung tidak mampu lagi bekerja maka akan terjadi kegagalan jantung kiri.
Menurut Corwin (2009) Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun dan berupa:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap kerena kerusakan susunan syaraf pusat.
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009)
5. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem syaraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan
darah,yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah kapiler. Darah yang
mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap
kontraksi dan kecepatan denyut jantung.
Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah
perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah
dan makin tinggi tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh darah dikendalikan
oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin. Renin akan merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II sehingga
pada akhirnya akan merangsang sekresi hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium dan air pada tubulus ginjal.
Perangsangan pada sistem syaraf simpatis menyebabkan dilepaskannya
katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin. Kedua zat kimia ini menyebabkan
konstriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung dan kekuatan kontraksi
ventrikel (Brunner&Suddrath, 2002). Perubahan structural dan fungsional pada
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada akhirnya
akan menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh darah.
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Menurut Corwin (2009) Komplikasi
tersebut diantaranya :
1. Stroke
Dapat terjadi akibat tekanan tinggi di otak atau pelepasan embolus yang terlepas
dari pembuluh darah.
2. Infark miokard
Terjadi apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerotik tidak dapat
menyplai darah ke miokardium.
3. Gagal ginjal
Terjadi akibat kerusakan progesif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus
ginjal (Corwin, 2009).
7. Penatalaksanaan
Tujuan dari progam penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap progam ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan
dengan hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan non farmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
hipertensi.
Pemberian terapi hipertensi yang tepat dapat mengurangi resiko stroke dan
mengurangi resiko jantung koroner. Terapi hipertensi tersebut adalah :
1. Terapi menyeluruh
Mengurangi faktor resiko hipertensi dengan cara menangani faktor resiko tersebut
(Glance, 2006).
2. Terapi farmakologis
a. Diuretik
Jenis dari obat diuretic adalah Chlorthalidone, Hydromox, HydroDiuril.
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Keuntungan dari obat diuretic adalah dapat
diberikan secara peroral, efektif digunakan dalam jangka waktu lama, dan
membantu pengeluaran natrium melalui urin.
b. Penghambat adrenergik alfa
Jenis dari golongan obat ini adalah Methyildopa, propanolol, metoprolol,
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa, menyebabkan
vasodilatasi, mengurangi takikardi, dan penurunan tekanan darah.
c. Penghambat neuron adrenergik
Merupakan obat antihipertensi yang kuat menghambat norepineprin dari
ujung syaraf simpatis sehingga pelepasan noreprinefrin menjadi berkurang
dan ini menyebabkan curah jantung atau tahanan vaskular menurun. Reserpin
dan guanetidin dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat.
d. Vasodilatator yang bekerja langsung
Jenis dari obat ini adalah minoxidil, nitroglycerin, Hiperstat, dll. Obat ini
bekerja dengan merelaksasikan otot polos pembuluh darah terutama arteri
hingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi akan menurunkan tekanan
darah dan natrium (Muttaqin, 2009).
e. Penghambat enzim angitensin
Golongan dari obat ini adalah captopril, nifendipine, cardizem dan verapamil.
Kerja utama obat ini adalah dengan menghambat konversi angiotensin I
menjadi angiotensin II, menurunkan tahanan perifer total dan meningkatkan
pengiriman oksigen ke jantung.
3. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup (diet hipertensi,
mengurangi rokok dan alkohol, olahrga teratur, serta kepatuhan minum obat).
D. Kerangka Konsep
Pola makan/konsumsi
Faktor genetik
E. Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan analitik serta metode penelitian cross-sectional. Penelitian
cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali, pada
satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2010).
Pada jenis ini variabel independent dan dependent dinilai secara simultan pada
satu saat. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus di observasi pada hari atau
pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independent maupun variabel
dependent di nilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi
atau efek suatu fenomena atau variabel dependent dihubungkan dengan penyebab atau
variabel independent (Arikunto, 2010).
2. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di RT 06 yang merupakan salah satu RT di wilayah RW
02 yang terletak di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Juli
2013.
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang di tetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadji, 2007). penduduk di RT.06
adalah ± 284 jiwa yang terdaftar, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
141 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 143 jiwa. Sedangkan berdasarkan
tingkat usia, jumlah balita dan anak 93 jiwa, remaja 34 jiwa, dewasa adalah 134,
lansia adalah 57 jiwa.
b. Sampel
Penentuan sampel menggunakan metode total sampling yaitu teknik sampling
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi
pada populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini:
Kriteria inklusi:
1) Menderita hipertensi
2) Terletak di wilayah kerja RT 06 di RT 06 yang terletak di Kelurahan
Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
3) Mampu di ajak berkomunikasi.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 56 orang total sampel.
4. Variabel penelitian
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling yaitu memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
Dalam memilih sampel, peneliti di bantu oleh kader untuk menentukan sampel yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan mendapatkan jumlah sampel yang sesuai.
5. Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Independent Definisi
Hipertensi. Merupakan tekanan darah yang dimiliki
seseorang di atas 140/80 mmHg .
A. Kesimpulan
Dari 213 warga RT 06 RW 02 terdapat mayoritas warga yang menderita Hipertensi yaitu
sebanyak 42 orang (21%), Dari 34 orang yang menderita hipertensi, 16 orang (38%)
disebabkan pola makan, 12 orang (29%) disebabkan kurang aktivitas, 10 orang (24%)
disebabkan genetik, dan 4 orang (10%) disebabkan stres.
B. Saran
1. Untuk warga penderita hipertensi sebaiknya lebih memperhatikan kembali asupan
makanan terutama makanan yang mengandung garam sehingga dapat menurunkan
kadar tekanan darah.
2. Warga juga diharapkan dapat dengan rutin melakukan pengecekan tekanan darah di
puskesmas ataupun posbindu sehingga tekanan darah dapat dipantau secara berkala
3. Warga yang menderita hipertensi sebaiknya memiliki tanaman herbal di rumah
masing-masing seperti belimbing wuluh agar hipertensi dapat terkontrol dengan
meminum obat-obatan herbal tersebut.
4. Warga dapat membuat lapangan olahraga atau membersihkan lapangan yang terdapat
di depan kelurahan sehingga lapangan menjadi lebih layak untuk di gunakan
berolahraga sehingga warga dapat berolahraga bersama secara teratur di lapangan
tersebut. Dengan berolahraga teratur juga tentunya dapat mengurangi stres karena
ketika berolahrga tubuh menghasilkan senyawa endorfin yang mampu membuat
relaks otot-otot polos pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat lebih
rendah setelah berolahraga.