Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Batubara adalah suatu senyawa organik yang berupa batuan sedimen atau

mineral yang secara kimiawi dan fisika adalah campuran heterogen yang

mengandung unsur-unsur Karbon, Hidrogen dan Oksigen sebagai unsur utama

dan Belerang serta Nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain yaitu senyawa

anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat mineral di dalam

senyawa batubara tersebut.

Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara

terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia

adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan

sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang

ditemukan. Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan

pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,

menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang

tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang

yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.

Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi

pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata.

Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga. Selain untuk menjaga

kesiembangan ekosistem, ada baiknya pula kita mengetahui bagaimana cara

terbentuknya batu bara tersebut. Karena dengan banyaknya tambang yang ada,

1
maka mungking saja nanti ekosistem yang ada akan beubah dan bahkan bias

tercemari oleh penggunaan batubara ini.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

makalah dengan judul “Ganesa Batubara”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Batubara ?

2. Bagaimana tempat terbentuknya Batubara?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Batubara?

4. Bagaimana konsep dan proses pembentukan Batubara?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dafinisi dari Batubara.

2. Untuk mengetahui bagaimana teori tempat terbentuknya Batubara.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

Batubara.

4. Untuk mengetahui konsep dan proses pembentukan Batubara.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan mengenai pengertian Batubara.

2. Mengetahui teori tempat terbentuknya Batubara.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan

Batubara.

4. Mengetahui konsep dan proses pembentukan Batubara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batubara

Batubara adalah suatu senyawa organik yang berupa batuan sedimen

atau mineral yang secara kimiawi dan fisika adalah campuran heterogen yang

mengandung unsur-unsur Karbon, Hidrogen dan Oksigen sebagai unsur utama

dan Belerang serta Nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain yaitu senyawa

anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat mineral di dalam

senyawa batubara tersebut.

(Gambar 1. Batubara)

2.2 Tempat Terbentuknya Batubara

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori:

A. Teori Insitu

Menurut teori ini, batubara terbentuk pada lokasi dimana pohon-

pohon atau tumbuhan kuno pembentukya tumbuh. Lingkungan tempat

tumbuhnya pohon-pohon kayu pembentuk batubara itu adalah pada daerah

3
rawa atau hutan basah. Kejadian pembentukannya diawali dengan

tumbangnya pohon-pohon kuno tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor,

seperti angin (badai), dan peristiwa alam lainnya. Pohon-pohon yang

tumbang tersebut langsung tenggelam ke dasar rawa. Air hujan yang

masuk ke rawa dengan membawa tanah atau batuan yang tererosi pada

daerah sekitar rawa akan menjadikan pohon-pohon tersebut tetap

tenggelam dan tertimbun.

(Gambar 2. Teori Insitu)

Demikianlah seterusnya, bahwa semakin lama semakin teballah

tanah penutup pohon-pohonan tersebut. Dalam hal ini pohon-pohon

tersebut tidak menjadi busuk atau tidak berubah menjadi humus, tetapi

sebaliknya mengalami pengawetan alami. Dengan adanya rentang waktu

yang lama, puluhan atau bahkan ratusan juta tahun, ditambah dengan

pengaruh tekanan dan panas, pohon-pohonan kuno tersebut mengalami

4
perubahan secara bertahap, yakni mulai dari fase penggambutan sampai ke

fase pembatubaraan.

B. Teori Drift

Berdasarkan teori drift ini, batubara terbentuk dari timbunan pohon-

pohon kuno atau sisa-sisa tumbuhan yang tertransportasikan oleh air dari

tempat tumbuhnya. Dengan kata lain pohon-pohon pembentuk batubara itu

tumbang pada lokasi tumbuhnya dan dihanyutkan oleh air sampai

berkumpul pada suatu cekungan dan selanjutnya mengalami proses

pembenaman ke dasar cekungan, lalu ditimbun oleh tanah yang terbawa

oleh air dari lokasi sekitar cekungan.

(Gambar 3. Teori Drift)

Seterusnya dengan perjalanan waktu yang panjang dan dipengaruhi

oleh tekanan dan panas, maka terjadi perubahan terhadap pohon-pohon

atau sisa tumbuhan itu mulai dari fase penggambutan sampai pada fase

pembatubaraan.

Terdapat perbedaan tipe endapan batubara dari kedua formasi

pembentukan tersebut. Batubara insitu biasanya lebih tebal, endapannya

menerus, terdiri dari sedikit lapisan, dan relatif tidak memiliki pengotor.

5
Sedangkan batubara yang terbentuk atau berasal dari transportasi material

(berdasarkan teori drift) ini biasanya terjadi pada delta-delta kuno dengan

ciri-ciri: lapisannya tipis, endapannya terputus-putus (splitting), banyak

lapisan (multiple seam), banyak pengotor, dan kandungan abunya biasanya

tinggi.

Dari kedua teori tentang formasi pembentukan batubara tersebut di

atas dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan geologi yang

dipersyaratkan untuk dapat terjadinya batubara adalah: berbentuk

cekungan berawa, berdekatan dengan laut atau pada daerah yang

mengalami penurunan (subsidence), karena hanya pada lingkungan seperti

itulah memungkinkan akumulasi tumbuhan kuno yang tumbang itu dapat

mengalami penenggelaman dan penimbunan oleh sedimentasi. Tanpa

adanya penenggelaman dan penimbunan oleh sedimentasi, maka proses

perubahan dari kayu menjadi gambut dan seterusnya menjadi batubara

tidak akan terjadi, malahan kayu itu akan menjadi lapuk dan berubah

menjadi humus.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukkan Batubara

Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang komplek dalam arti

harus dipelajari dari berabagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian

faktor yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu:

a. Posisi Geotektonik

Posisi geotektonik adalah suatu tempat yang keberadaanya

dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan

cekungan batubara, posisi tektonik merupakan faktor yang dominan. Posisi

6
ini akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan

batubara maupun kecepatan penurunanya. Pada fase terakhir, posisi

geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan stuktur dari

lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan terakhir

b. Topografi (Morfologi)

Morfologi dari cekungan pada saat pembentuka gambut sangat

penting Karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara

tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas

terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.

c. Iklim

Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan

batubara dan Merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi

yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi

dipengaruhi oleh posisi geotektonik. Temperatur yang lembab pada iklim

tropis dan subtropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora

dibandingkan wilayah yang lebih tinggi. Hasil pengkajian menyatakan

bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun

dengan ketinggian sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin

ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam selang waktu yang sama.

d. Penurunan

Penurunan cekungan batubara dipengaaruhi oleh gaya–gaya

tektonik. Jika penurunan dan pengeendapan gambut seimbang akan

dihasilkan endapan baatubara yang tebal. Pergantian transgresi dan regresi

mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut

7
menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi

mutu dari batubara yang terbentuk.

e. Umur Geologi

Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagia

macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak

langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan pengendapan

batubara metamorfosa organik . Makin tua umur batuan makin dalam

penimbunanyag terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi.

Tetapi pada batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada

resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk stuktur perlipatan

atau patahan pada lapisan batubara, disamping itu faktor erosi akan

merusak semua bagian dari endapan batubara.

f. Tumbuhan

Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan

dari flora terakumulasi pada suatu lingkugan dan zona fisiografi dengan

iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan faktor penentu terbentuknya

berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptkan kondisi yang

berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga Devon,

flora belum tumbuh dengan baik. Setelah Devon pertam kali terbentuk

lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode ini merupakan titik

awal dari pertubuhan flora secara besar-besaran dalam waktu singkat pada

setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama masa karbon. Pada

masa Tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari berbagai

jenis tanaman.

8
g. Dekomposisi

Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari

organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan

gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik dan

kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses Degradasi biokimia lebih

berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi

(bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam Susana tanpa oksigen

menghancurkan bagian yang lunak daritumbuha seperti celulosa

,protoplasma dan pati. Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu

menjai lignit dan batubara berbitumen. Dalam suasana kekuragan oksigen

terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sbagian

unsur karbon akan hilang dan terbentuk karbon karbon dioksida (CO2),

karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau

senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan

pembentukan gambut bergantung pada kecepatan perkembangan

tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan

cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi proses

desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah

mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan

gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang

menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.

h. Sejarah Sesudah Pengendapan

Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisis

geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan

9
batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik

setelah pengendapan gambut. Disamping itu sejarah geologi endapan

endapan baatubara bertanggug jawab terhadap terbentuknya stuktur

cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran, intrusi magmatik dan

sebagainya

i. Stuktur Cekungan Batubara

Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya

mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan

batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang

intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.

j. Metamorfosa Organik

Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau

penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia

tidak berperan lagi tetap lebih didominasi oleh proses dinamokimia. Proses

ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara dalam

berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen

dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta

bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu.

Perubahan mutu batubara diakibatkan oleh faktor tekanan dan waktu.

Tekanan dapat disebabakan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat

tebal karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan

percepatan proses metemorfasa organik. Proses metamorfosa organik akan

dapat megubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat

kimia, fisik, dan optiknya.

10
2.4 Konsep dan Proses Pembentukan Batubara

A. Konsep Pembentukan Batubara

1. Pembusukan

Proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan akibat adanya

aktivitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa

oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,

protoplasma, pati.

2. Pengendapan

Proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan

mengendap membentuk lapisan gambut. Biasanya terjadi pada daerah

rawa-rawa atau cekungan.

3. Dekomposisi

Lapisan gambut mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia

yang berakibat keluarnya H2O dan sebagian menghilang dalam bentuk

CO2, CO dan Metan (CH4).

4. Geotektonik

Lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik

kemudian mengalami perlipatan dan patahan. Selain gaya tektonik aktif

dapat menimbulkan intrusi dari magma yang akan mengubah batubara low

grade menjadi high grade, maka zona batubara yang terbentuk dapat

berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.

5. Erosi

Lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik yang berupa

pengangkatan kemudian mengalami erosi sehingga permukaan batubara

11
yang ada menjadi terkelupas dan akan terlihat muncul pada

permukaannya. Pelapisan batubara inilah yang akan ditemukan dan

dieksplorasi serta dalam kondisi ekonomis dieksploitasi pada saat ini.

PEMBENTUKAN BATUBARA
Material Dasar ( Tumbuh- tumbuhan )

GEOTEKTONIK
LINGKUNGAN PENGENDAPAN

 Tekanan ● Cekungan
 Struktur Batubara ● Topografi
 Intrusi ● Iklim

Proses Dekomposisi & Umur Geologi

B. Proses Pembentukan Batubara

Batubara termasuk kedalam batuan sedimen yang dibentuk dari hasil

pengubahan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang terjadi selama puluhan atau

ratusan juta tahun. Sesuai dengan bahan asalnya batubara terdiri dari elemen-

elemen arang (Karbon), Oksigen, Belerang, Hidrogen, dan beberapa mineral

logam dalam bentuk dan jumlah bayangan. Dengan semikian kualitas batubara

tergantung dari jenis bahan asalnya dan peningkatan mutu oleh factor geologi

termasuk gradient geothermal dan sebagainya. Setelah material pembentuk

batubara (tumbuhan) terakumulasi di dasar rawa (daun, ranting, batang, akar

dsb.) peat ini mengalami tahapan-tahapan dalam pembentukan batubara.

12
(Gambar 4. Proses Pembentukan Batubara)

1. Tahap pertama: Pembentukan Gambut/Peat

Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan batubara

(coalification). Iklim bumi selama Zaman batubara adalah tropis dan

berjenis-jenis tetumbuhan tumbuh subur di daerah rawa membentuk suatu

hutan tropis. Setelah banyak tumbuhan yang mati dan tertumpuk di atas

tanah, makin lama makin menebal menyebabkan dasar rawa turun secara

perlahan-lahan. Material tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan

jamur pada kondisi anaerob menjadi CO2, air dan amoniak. C : 61,7 % ; H :

0,3 % ; O : 38 %. Tahap ini disebut tahap pembusukan Aerobic, pada awal

proses pembentukan peat bakteri pembusuk aerobic dapat menyusutkan

volume material sampai 50%. Proses ini disebut proses pembentukan humus

(humufication) dan sebagai hasilna adalah gambut (peat). Karena air

mengenang dan sifat peat hamper kedap udara maka dalam waktu singkat

bakteri aerob tersebut menghabiskan semua oksigen yang tersisa dan mati

sebagai akhir dari phase pertama.

Ciri-ciri gambut:

13
1. Moisture (air lembab) > 75%

2. Kandungan Karbon < 60%

3. Dapat dipotong dengan pisau

4. Dapat diperas sampai air keluar

2. Tahap kedua: Pembentukan Lignit (Brown coal)

Bila gambut tertimbun, kegiatan selanjutnya dilakukan oleh bakteri

anaerob. Mengubah sellulose menjadi humic acids. Tahap pembusukan

Anaerob (tidak membutuhkan udara). Tipe bakteri yang tidak memerlukan

udara mulai ada dalam rawa setelah tahap pertama berakhir. Bakteri ini

melanjutkan proses pembusukan dan penyusutan volume lebih lanjut.

Pembusukan/penghancuran pada kedua tahap menghasilkan asam, kadar

keasaman menyebabkan peat berubah warnanya menjadi lebih gelap, ketika

PH mencapai kira-kira 4, maka bakteri anaerob tersebut mati. Dengan

berubahnya topografi daerah sekelilingnya, gambut menjadi terkubur di

bawah lapisan silt dan pasir yang menyebabkan tekanan dan suhu pada

lapisan gambut meningkat. Penutupan rawa gambut memberikan

kesempatan pada bakteri untuk aktif menguraikan dalam kondisi basa

menyebabkan dibebaskannya CO2, deoksigenisasi dari ulmin, sehingga

kandungan Hydrogen dan Karbon bertambah C : 80,4% ; H : 0,5% ; O :

19,1%.

Pada saat itu peat sudah berubah warna jadi gelap berbentuk seperti

agar-agar dan jumlahnya terus menerus bertambah seiring terus

berlangsungnya proses pembusukan oleh bakteri yang ada pada lapisan

bagian atasnya, material ini yang akhirnya berubah menjadi batubara. Jadi

14
untuk membentuk batubara setebal 30 kaki, maka paling sedikit harus ada

30 kaki material berbentuk gel tersebut.

3. Tahap ketiga: Pembentukan Soft brown coal

Selanjutnya proses pembatubaraan (coalificatioan) atau geochemical

stage factor yang berperan pada tahap ini temperature, waktu dan tekanan

yang terjadi pengurangan porositas keluarnya air dan CO2.

Ciri-ciri Soft Brown coal :

1. Warna: coklat

2. Kilap: Kusam (earty)

3. H2O: 35 – 75%

4. Nilai kalori: <4000 Kcal/kg

5. Gores: coklat, jarang hitam

4. Tahap kempat: Pembentukan SubBituminous (Hard Brown coal)

Proses utama pada tahap pertama dilakukan oleh bayteri, maka pada

tahap akhir pembentukan, proses diambil alih oleh panas. Kondisi yang

memungkinkan proses ini berlangsung, material yang berupa agar-agar ini

harus terkubur oleh material sedimen, paling sedikit setebal dua atau tiga

ribu kaki. Lapisan ini berfungsi sebagai selimut penyekat yang menahan

panas agar tidak naik ke permukaan tanah. Ketika temperature 1000 c tahap

Bituminisasi dimulai. Reaksi kimia mengurangi air, Oksigen dan Hidrogen

yang menyebabkan naiknya persentase karbon, hal ini dapat menentukan

peringkat batubara. Ketika kadar carbon telah mencapai 85% saat itu sudah

terbentuk subbituminous. Selama tahap ini kandungan Hydrogen akan tetap

constant dan oksigen turun.

15
Ciri-ciri SubBituminous:

1. Coklat kehitam-hitaman

2. Gelifikasi kuat

3. H2O: 25 – 35%

4. Kalori 4000 – 5500 Kcal/kg, Gores: coklat, jarang hitam.

5. apabila diberi KOH akan mendidih berubah warnanya menjadi

coklat.

6. Dilarutkan dengan HNO3 berubah warna menjadi merah.

5. Tahap kelima: Pembentukan Bituminous coal

Dalam tahap pembentukan batubara bituminous, kandungan hydrogen

turun dengan menurunnya oksigen secara perlahan-lahan tidak secepat

tahap=tahap sebelumnya.. Produk sampingan dari tahap sebelumnya ialah

CH4, CO2, dan H2O.

6. Tahap keenam: Pembentukan Antracite

Dalam tahap ini oksigen hamper konstan, sedangkan hydrogen turun

lebih cepat (hilang). Proses pembentukan batubara terlihat merupakan

serangkaian reaksi kimia, kecepatan reaksi kimia ini dapat diatur oleh suhu

dan atau tekanan. Suatu diagram yang menunjukkan proses dekomposisi

(penguraian), pengendapan dan tekanan yang menyebabkan adanya

kenaikan rank batubara sampai terbentuknya batubara rang paling tinggi

(antrasit) dapat dilihat berikut:

Umur Batubara (Tahun) Rangk/Peringkat

250 x 105 Antrasit

180 x 105 Bituminous (kandungan zat


terbang dan air tinggi, C-

16
rendah, Kalori kecil

150 x 105 Bituminous

100 x 105 SubBituminous

60 x 105 Lignit – SubBituminous

40 x 105 Lignit

20 x 105 Lignit

1 x 105 Gambut – Peat

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Batubara adalah suatu senyawa organik yang berupa batuan sedimen atau

mineral yang secara kimiawi dan fisika adalah campuran heterogen yang

mengandung unsur-unsur Karbon, Hidrogen dan Oksigen sebagai unsur

utama dan Belerang serta Nitrogen sebagai unsur tambahan.

2. Teori terbentuknya batubara ada dua, yaitu teori insitu dan teori drift.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya batubara yaitu

posisi geotektonik, topografi, iklim, penurunan, umur geologi, tumbuhan,

dekomposisi dan struktur cekungan batubara.

4. Konsep pembentukan batubara yaitu pembusukan, pengendapan,

dekomposisi, geotektonik dan erosi.

5. Proses pembentukan batubara yaitu pembentukan gambut/peat,

pembentukan lignit, soft brown coal, sub bituminus, bituminus dan

pembentukan antrasit.

3.2 Saran

Sebagai generasi muda, kita harus bisa memanfaatkan batubara dengan

bijak serta perlunya kesadaran untuk menggunakan batubara dengan benar

agar tidak merusak lingkungan dan dianjurkan agar kita menjaga batubara

sebagai salah satu kekayaan alam yang diperlukan untuk kehidupan kita.

18
Daftar Pustaka

Arif, Irwandy. 2014. Batubara Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama

Hery. 2012. Ganesa batubara. https://herydictus.wordpress.com/2012/10/19/


genesa-batubara/. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018

Martarozi, Rizky. 2011. Ganesa Batubara. http://rizkimartarozi.blogspot.co.Id


/2011/02/batubara-adalah-batuan-sediment-padatan.html. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2018

Rahim, Azhary. 2013. Proses Pembentukan Batubara. http://tambangunp.bl


ogspot.co.id/2013/12/proses-pembentukan-batubara-ganesa.html.
Diakses pada tanggal 10 Februari 2018

19

Anda mungkin juga menyukai