PENDAHULUAN
masih menimbulkan beban kesehatan yang signifikan pada populasi usia kerja,
Batu saluran kemih dapat ditemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk
di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.2
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Di Indonesia, penyakit BSK masih memegang andil terbesar dari total pasien di
kandung kemih, tetapi batu ginjal merupakan penyebab terbanyak. Batu ginjal
merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, salah satu
penyakit ginjal yang paling sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Prevalensi
penyakit ini diperkirakan lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi
dikarenakan adanya perbedaan aktivitas fisik, pola makan, serta struktur anatomis
yang berbeda.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan,
sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang
meyusun batu, batu dibedakan menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat,
batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silika. Angka kejadian batu
kalsium paling tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadian batu lainnya.4
Batu ginjal yang bercabang yang menempati lebih dari satu collecting sistem,
yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks disebut dengan batu
staghorn.2
Obstruksi akut menyebabkan kolik ginjal dengan nyeri pinggang yang berat,
seringkali menyebar ke selangkangan, dan kadang disertai mual, muntah, rasa tidak
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur
pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan
ginjal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal
kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas
ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan
adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah
bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat
terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.6
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada autopsy klinik
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6
cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau kurang
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa (True Capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak
perirenal. Disebelah cranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal
/ suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama dengan ginjal dan
jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fascia Gerota. Fascia ini berfungsi sebagai
barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal dan mencegah
ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Salain itu fascia Gerota dapat pula
metastasis tumor ginjal ke organ di sekitarnya. Di luar fascia Gerota terdapat jaringan
STRUKTUR GINJAL
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula.6
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
major, dan pielum atau pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel
transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk
VASKULARISASI GINJAL
Ginjal mendapat aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abddominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena cava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari
arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.2
Batu ginjal merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, ammonium, dan magnesium fosfat (30%),
Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang menempati lebih dari
satu collecting system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks.
Istilah batu cetak/ staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang
collecting system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit digunakan batu jika
Angka kejadian dari batu staghorn ini mencapai 1 – 5 % dari populasi orang
dewasa di Negara industri. Di Amerika Serikat, penyakit batu saluran kemih ini
mencapai > 400.000 dengan insiden tertinggi terjadi pada dekade ketiga sampai
kelima. Tingkat kejadiannya pada laki-laki tiga kali lebih basar dari wanita, dan orang
kulit putih lima kali lebih besar di banding dengan orang kulit hitam.7
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penyebab tersering dari batu
staghorn ini adalah batu struvit atau batu infeksi. Menurut sejarah, batu infeksi telah
mencapai jumlah 7-31 % dari batu saluran kemih di daerah barat. Batu struvit atau
batu infeksi lebih sering terjadi pada pasien-pasien yang memiliki factor predisposisi
yaitu terdapat riwayat infeksi saluran kemih yang persisten. Batu struvit terjadi lebih
sering pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2:1 yang diakibatkan
kemungkinan besar karena insiden tertinggi terjadinya infeksi saluran kemih adalah
ETIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terjadi atau terbentuk diseluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis
urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
1. Teori nukleasi
Menurut teori ini, batu saluran kemih berasal dari kristal atau benda asing yang
terdapat dalam supersaturasi urine. Tahap terjadinya batu adalah berawal dari adanya
inti batu kemudian tumbuh karena dipengaruhi oleh substansi-subtansi lain yaitu
matriks protein, kristal, benda asing dan partikel lainnya selanjutnya batu tersebut
beragregasi.
2. Teori matriks
Menurut teori ini, batu saluran kemih terdiri dari komponen matriks yang berasal
dari protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan sedikit hexose dan
Menurut teori ini, diduga batu saluran kemih terjadi akibat tidak ada atau
Selain ketiga teori tersebut ada faktor lain yang mempengaruhinya yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya
batu ginjal adalah adanya infeksi, statis urin, periode mobilisasi (lambatnya drainase
berlebihan, intake susu dan alkali yang berlebih, inflamasi usus, penggunaan obat
dalam jangka waktu lama). Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah keadaan
sosial ekonomi yang mayoritas di daerah industri, pola diet, jenis pekerjaan dengan
aktivitas fisik yang minimal, iklim yang cenderung panas, riwayat keluarga.
FAKTOR RESIKO
BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan
yang berasal dari tubuh seseorang dan factor ekstrinsik , yaitu pengaruh yang berasal
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
1) Umur
sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya
ekonomi, budaya, dan diet. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk pada tahun 2005 di
RS.Sydney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun.
Menurut Basuki, penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
2) Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga kali
lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada
laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium
lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air kemih perempuan kadar sitrat
meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta danya hormon estrogen pada
Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000 populasi sedangkan
3) Heriditer/ Keturunan
belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.
Sedney Australia berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada
perempuan 22,7%.7
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
1) Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan.
Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat
dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral seperti phospor,
satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan makanannya, temperatur,
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya banyak
ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko menderita penyakit BSK.
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang diminum
dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila jumlah air yang
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya saja
diet tinggi purin, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya adalah 600 mg/kg
BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya BSK. Hal
tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan
kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik, konsumsi
protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memicu
terjadinya hipertensi.
5) Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam
melakukan pekerjaannya.
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman
1. Batu Kalsium
Komponen yg paling sering pada batu saluran kemih adalah kalsium, merupakan
unsur pokok dominan sekitar 75%. Kalsium oxalat membentuk sekitar 60% dari
semua batu, campuran kalsium oxalat dan hidroxiapatik 20% dan batu brushit 2%.
Kalsifikasi dapat terjadi pada sistem kaliks membentuk batu ginjal. Sekitar 80-85%
pada semua batu saluran kemih adalah kalkareus. Batu kalsium pada ginjal paling
sering disebabkan oleh peningkatan kalsium urine, peningkatan asam urat urine,
2. Batu Struvit
Batu struvit terdiri dari campuran magnesium, amonium, dan fosfat (MAP) dan
sekitar 5-15 % dari seluruh batu saluran kemih. Ditemukan paling sering pada wanita
dibanding pria dengan ratio 2:1 dan cepat berulang. Sering ditemukan sebagai batu
staghorn ginjal dan jarang sebagai batu ureter kecuali riwayat setelah intervensi
bedah. Batu struvit adalah batu infeksi dihubungkan dengan organisme pemecah urea,
menyebabkan pH urine menjadi alkalis. Hanya pH diatas 7,19 batu struvit dapat
terbentuk
Batu ini kurang dari 5% seluruh batu ginjal. Insidens dari batu asam urat tinggi pada
penderita gout, dan pada penyakit overproduksi dari purin seperti penyakit
myeloproliferatif, atau berat badan yang cepat menurun, dan keganasan dengan obat
sitotoksik. Pada penyakit diare kronik dan intake purine yang berlebihan dapat
menyebabkan batu asam urat, melalui kehilangan bikarbonat yang akan menurunkan
4. Batu Sistin
Batu sistin adalah akibat sekunder dari metabolik asam amino dibasik yang
mengalami kelainan pada absobsi mukosa intestinal dan tubulus ginjal, antara lain
sistin, ornitin, lisin, dan arginin. Kelainan genetik autosomal resesif yang
dihubungkan dengan sistinuri telah diidentifikasi pada kromosom 2p dan yang terbaru
pada 19q13.1. Tidak diketahui adanya penghambat batu sistin, pembentukan batu
sistin sangat tergantung pada ekskresi sistin yang berlebihan. Batu sistin hanya
5. Batu Xantin
Batu xantin merupakan akibat sekunder dari defisiensi xantin oksidase secara
xantin dan dari xantin menjadi asam urat. Penggunaan Allopurinol pada pengobatan
6. Batu Indinavir
sel CD4+ dan menurunkan titer HIV-RNA pada pasien yang terinfeksi AIDS. Batu
Batu ginjal selalu berkaitan dengan stadium penurunan progresif GFR. Batu
ginjal didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan
mencakup :14
1. Penurunan fungsi ginjal dan cadangan ginjal
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak
ada akumulasi sisa metabolik. Nefron yang sehat mengkonpensasi nefron yang sudah
ginjal.
2. insufisiensi ginjal
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa
sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.
Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik dalam darah karena nefron yang sehat tidak
oligurasi edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat,
Teori pembentukan batu ini meliputi teori komponen kristal dan teori
Komponen Kristal
Batu terutama terdiri dari komponen kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Tahapan pembentukan batu yaitu
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak
ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadi presipitasi Kristal. Kristal-
kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu atau nukleasi yang
Kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya sudah cukup besar, agregat Kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu untuk membuntukan saluran kemih. Untuk itu
agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan
dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Pembentukan inti atau nukleasi
mengawali proses pembentukan batu dan mungkin dirangsang oleh berbagai zat
termasuk matriks protein, kristal, benda asing, dan partikel jaringan lainnya. Kristal
dari satu tipe dapat sebagai nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada
urin, konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin dalam saluran kemih, atau adanya
korpus alineum di saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Terbentuk atau
tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan oleh adanya keseimbangan antara
zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya
batu. Beberapa kasus dengan batu saluran kemih yang berulang,ini disebabkan karena
diyakini bahwa tidak adekuatnya zat-zat inhibitor khususnya citrate di dalam urin, ini
Komponen matriks dari batu saluran kemih adalah bahan non kristal, bervariasi
sesuai tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu. Komposisinya
terutama terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil hexose, hexosamine. Bagaimana
peranan matriks dalam mengawali pembentukan batu tidak diketahui secara pasti.
Mungkin matrix bertindak sebagai nidus untuk aggregasi kristal atau sebagai lem
untuk perekat komponen kristal kecil dan dengan demikian menghalangi turunnya
a. Batu staghorn
Proses ini dapat dijelaskan melalui matrix component seperti yang telah dibahas di
atas. Komponen matrix ini merupakan bahan nonkristalisasi dam memiliki komposisi
yang terutama terdiri dari protein dengan mengandung sejumlah kecil hexose dan
hexosamine yang disebut matrix calculus. Matrix calculi ditemukan pada sebagian
besar individu dengan infeksi yang berkaitan dengan organisme yang menghasilkan
urease (bakteri pemecah urea), khususnya golongan Proteus. Boyce (1986) telah
menegaskan bahwa matrix calculi ini tersusun dari mucoid yang mengental dengan
sangat sedikit komponen Kristal. Komponen matrix ini memiliki tekstur gelatinous
(seperti gel) dan pada gambaran radiologic komponen ini memberikan gambaran
radiolusen, sehingga bila telah terbentuk komponen ini pada pelvis renalis, maka
komponen matrix yang memiliki textur seperti gel ini dapat mengisi seluruh pelvis
bahkan dapat masuk sampai ke kaliks sehingga dapat memenuhi kaliks mulai dari
pole atas hingga pole bawah. Komponen matrix ini dapat menyediakan nidus untuk
agregasi Kristal atau komponen ini akan menjadi seperti lem sehingga komponen-
komponen Kristal yang kecil dapat menempel dan akhirnya dapat menyebabkan
agregasi Kristal yang dapat terdiri dari asam urat atau calcium sehingga komponen
tersebut mengeras dan membentuk batu yang memenuhi kaliks. Suasana urin dapat
menjadi basa, hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri pemecah urea contohnya Proteus
dll dimana bakteri tersebut menghasilkan enzim urease serta membantu hidrolisis
ammonium fosfat (MAP) sehingga komponen matrix yang telah memenuhi seluruh
kaliks dalam bentuk gel akan mengeras dan membentuk batu seperti gambaran tanduk
rusa. Walaupun batu tersebut telah mengisi seluruh kaliks namun batu ini tidak
menyumbat secara total dan tidak menutup seluruh Uretero Pelvico Junction. Batu
tersebut mengisi kaliks-kaliks minor sehingga urin masih dapat keluar melalui
Calculi biasanya tidak memberikan gejala dan bahkan tidak memberikan gambaran
hidronefrosis
disebut juga batu struvite atau batu triple fosfat, batu infeksi, atau batu urease.
Sedangkan komposisi lain dapat berupa sistin dan asam urat, sedangkan kalsium
oksalat dan batu fosfat jarang dijumpai. Oleh karena itu etiologi dari batu staghorn ini
sesuai dengan komposisi batu yang menyebabkan terbentuknya batu staghorn pada
ginjal
b. Batu struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease yang mengubah urin menjadi bersuasana basa karena meningkatnya kadar
konsentrasi amoniak melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti reaksi di bawah
ini :
Kita ketahui bersama Ph urin normal adalah 5,85, sedangkan pada pasien
dengan batu struvit Ph urin jarang yang kurang dari 7,2 dimana Ph urin dapat
mencapai lebih dari 7,19 jika telah terbentuk presipitasi dari Magnesium-amonium-
fosfat (MAP)
Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat,
dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) atau (Mg NH4
PO4. H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3). Karena terdiri atas 3 kation ( Ca++
Mg++ dan NH4+ ) batu jenis ini dikenal sebagai batu triple-phosphate. Kuman-kuman
yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk kuman
pemecah urea. Sejumlah besar populasi bakteri yang dapat memproduksi urease
organisme lainnya. Walaupun penyebab dari batu struvit atau batu infeksi ini berasal
dari infeksi traktus urinarius yang patologis namun mungkin dapat pula didapatkan
dari bakteri gastrointestinal yang memproduksi urease. Sebagian besar dari kumpulan
Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme
endogen di dalam tubuh . Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat
dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada mamalia
lain selain manusia dan dalmation ,mempunyai enzim urikase yang dapat merubah
asam urat menjadi allantoin yang larut di dalam air . Pada manusia karena tidak
mempunyai enzim itu, asam urat dieksresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat
bebas dan garam urat yang lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium
urat. Natrium urat lebih mudah larut di dalam air dibandingkan dengan asam urat
Asam urat relatif tidak larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu
mudah sekali membentuk Kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu asam
urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah (1) urine yang
terlalu asam (pH urine < 6), (2) volume urine yang jumlahnya sedikit (<2liter/hari)
atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvikalises ginjal. Tidak
seperti jenis batu kalsium yang bentukanya bergerigi, batu asam urat bentuknya halus
dan bulat sehingga seringkali keluar spontan. Batu asam urat murni bersifat
radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak seperti bayangan filling defect
pada saluran kemih sehingga sering kali harus dibedakan dengan bekuan darah ,
bentukan papila ginjal yang nekrosis, tumor , atau bezoar jamur. Pada pemeriksaan
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of Kidney Stone in the
3. Prasadja N, Soebadi DM, Soesanto WD, Widodo JP. Stone-Free Rate Differences in
Kidney Stones Patient With and Without Tamsulosin After ESWL. Indonesian
Setiyohadi B, Sudoyo AW, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta:
InternaPublishing, 2009.
6. Moore, Keith L dan Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC,2002.
7. Grace A pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
8. Martha Elsy Banne Tondok, Alwin Monoarfa,Hilman Limpeleh. angka kejadian batu
ginjal di rsup prof. dr. r. d. kandou manado periode januari 2010 – desember 2012.
Urology. 17th ed. New York: Mc Grow Hill Medical Companies; 2008.
12. Pearle MS, Lotan Y. Urinary Lithiasis and Endourology. In: Wein AJ, Kavoussi LR,
Novick AC, Partin AW, Peters CA, editors. Campbell-Walsh Urology. 9th ed.
13. Lieske JC, Segura JW. Evaluation and Medical Management of Kidney Stones. In:
Potts JM, editor. Essential Urology. Totowa NJ: Humana Press Inc.; 2004
14. Corwin, J.E. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
2001