PENGERTIAN
tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menetukkan apakah fraktur
B. KLASIFIKASI
tulang.
fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang
ekstensif
4. Greensstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan yang
lainnya membengkok
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
lainnys.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
3. Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru
angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
D. PATOFISIOLOGI
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh
darah (Smeltzer dan Bare, 2002). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah
tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena
penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila
prawatan diri (Carpenito, 2007). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
E. MANIFESTASI KLINIS
tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
diantaranya :
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons strees normal
setelah trauma.
G. KOMPLIKASI
1. Malunion, suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
suatu tempat.
individu yang imobilisasi dalam waktu yang lama karena trauma atau
atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedi.
8. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
iskemia.
H. PENATALAKSANAAN
1. Rekognisi (Pengenalan )
fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk
fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti
kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah
3. Retensi (Immobilisasi)
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna.
menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan
bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada
tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan
yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau
zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain
dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi
treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
klien digunakan:
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa redaapakah rasa sakit
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka dikaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akutmaupun kronik dan juga diabetes menghambat
prosespenyembuhan tulang
6. Riwayat Psikososial
mobilitas klien.
b. Pola Eliminasi
serta bau fecespada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
d. Pola Aktivitas
dibantu oleh orang lain.Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
lain.
8. Pemeriksaan Fisik
lebih mendalam.
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
seperti:
maupun bentuk.
3) Keadaan Lokal
a) Look (inspeksi)
(3) Fistulae.
b) Feel (palpasi)
J. PATHWAY
Trauma Trauma
paatologis beban Cidera
Kerusakan
integritas kulit
fraktur Tindakan operasi Luka insisi
nyeri
Diskontinuitas tulang
Jalan masuk
Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang kuman
Pergeseran Laserasi Spasme otot Tek. Sumsum tulang lebih Resiko infeksi
fragmen tulang kulit tinggi dari kapiler
Peningkatan tek.
kapiler Melepaskan ketokolamin
nyeri deformitas
Pelepasan histamin Memobilisasi asam lemak
gg. fungsi
Protein plasma hilang Bergabung dg trombosit
gg. mobilisasi fisik
edema emboli
Menyumbat pembulu darah
Terputusnya kontunuitas Putus vena/arteri
jaringan
perdarahan Penekanan pembulu darah
1. Pra Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan a. Monitor daerah
jaringan perifer tindakan tertentu yang
berhubungan keperawatan pasien hanya peka
dengan ada perkembangan terhadap panas/
penyumbatan circulation status dingin/ tajam/
pembulu darah dengan kriteria hasil tumpul
: b. Monitor adanya
a. Tekanan sistole paretese
dan diastole c. Istruksikan
dalam rentang keluarga untuk
yang diharapkan mengobservasi
b. Tidak ada tanda kulit jika ada
peningkatan lesi atau
tekanan laserasi
intrakranial d. Gunakan sarung
tangan untuk
proteksi
e. Batasi gerakan
pada kepala,
leher, dan
punggung
f. Monitor
kemampuan
BAB
g. Kolaborasi
pemberian
analgenik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan
mengenai
penyebab
perubahan
sensasi.
2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan j. Kaji tingkat c. Untuk mengetahui
dengan terputusnya asuhan keperawatan, nyeri, lokasi sejauh mana
kontinuitas tulang diharapkan nyeri dan tingkat nyeri dan
pasien berkurang karasteristik merupakan
dengan kriteria hasil: nyeri. indiaktor secara
a. Pasien mampu dini untuk dapat
mengontrol nyeri memberikan
(tahu penyebab tindakan
nyeri, mampu selanjutnya
menggunakan d. Informasi yang
tehnik k. Jelaskan pada tepat dapat
nonfarmakologi pasien tentang menurunkan
untuk mengurangi penyebab nyeri tingkat kecemasan
nyeri, mencari pasien dan
bantuan) menambah
b. Melaporkan pengetahuan
bahwa nyeri pasien tentang
berkurang dengan nyeri.
menggunakan e. Napas dalam dapat
manajemen nyeri l. Ajarkan tehnik menghirup O2
c. Tanda vital dalam untuk secara adekuat
rentang normal : pernafasan sehingga otot-otot
1) TD (systole diafragmatik menjadi relaksasi
110-130mmHg, lambat/ napas sehingga dapat
diastole 70- dalam mengurangi rasa
90mmHg) nyeri.
2) HR(60-
100x/menit) f. Meminimalkan
3) RR (16- m. Imobilisasi pergerakan area
24x/menit), daerah yang fraktur agar tidak
4) Suhu (36,5- fraktur tambah parah dan
37,50C) mengurangi
d. Pasien tampak sensasi nyeri
rileks mampu g. Meningkatkan
tidur/istirahat n. Berikan relaksasi dan dapat
aktivitas meningkatkan
hiburan kemampuan
(ngobrol kooping.
dengan anggota
keluarga) h. Deteksi dini
terhadap
o. Observasi perkembangan
tanda-tanda kesehatan pasien.
vital i. Sebagai profilaksis
untuk dapat
p. Kolaborasi menghilangkan
dengan tim rasa nyeri.
medis dalam Mengetahui lokasi
pemberian fraktur dan agar
analgetik dapat dilakukan
Dengan tin pembedahan oleh
laboratorium dokter bedah
Dengan tim
bedah tulang
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan a. Kaji kebutuhan a. mengidentifikasi
fisik berhubungan intervensi akan pelayanan masalah,
dengan nyeri/ keperawatan pasien kesehatan dan memudahkan
ketidak nyamanan, akan menunjukan kebutuhan intervensi.
kerusakan tingkat mobilitas akan peralatan.
musculoskeletal. optimal dengan b. Tentukan b. mempengaruhi
kriteria hasil : tingkat penilaian terhadap
a. klien mampu motivasi kemampuan
melakukan pasien dalam aktifitas apakah
pergerakan dan melakukan karena
perpindahan, aktivitas. ketidakmampuan
mempertahankan atau
mobilitas optimal ketidakmauan.
yang dapat c. Ajarkan dan c. menilai batasan
ditoleransi dengan pantau pasien kemampuan
karakteristik : dalam hal aktivitas optimal
1) 0 = mandiri penggunaan
penuh alat bantu
2) 1 = d. Ajarkan dan d. meminimalkan
memerlukan dukkung terjadinya
alat bantu pasien dalam kelemahan dan
3) 2 = latihan ROM atropi otot.
memerlukan aktif dan pasif
bantuan dari pada bagian
orang lain yang tidak
untuk bantuan sakit
pengawasan e. Kolaborasi e. sebagai suatu
dan pengajaran. dengan ahli sumber untuk
4) 3 = terapi fisik mengembangkan
membutuhkan atau okupasi. perencanaan dan
bantuan dari mempertahankan
orang lain dan atau meningkatkan
alat bantu mobilitas pasien.
5) 4 =
ketergantungan;
tidak
berpartisipasi
dalam aktivitas
4. Resiko syok Setelah dilakukan a. Monitor status
hipovelemik tindakan BP, warna
berhubugan dengan keperawatan kulit, suhu
perdarahan diharapkan pasien kulit, denyut
tidak terjadi syok jantung, HR,
(syok prevalition) & ritme, nadi
syok management perifer, dan
dengan kriteria hasil CRT
: b. Monitor tanda
a. nadi dalam batas inadekuat
normal oksigenasi
b. irama jantung jaringan
dalam batas yang c. Monitor suhu
diharapkan dan pernafasan
c. frekuensi nafas d. Monitor intake
dalam batas yang dan output
diharapkan e. Panyau nilai
d. irama nafas dalam laborat : Hb,
batas yang Ht, AGD dan
diharapkan elektrolit
f. Monitor
hemodinamik
invasi yang
sesuai
g. Monitor tanda
dan gejala
asietas
h. Monitor tanda
awal syok
i. Tempatkan
pasien pada
posisi supine,
kaki elevasi
untuk
peningkatan
preload dengan
tepat
j. Lihat dan
pelihara
kepatenan jalan
nafas
k. Berika cairan
IV dan atau
oral yang tepat
l. Berikan
vasodilator
yang tepat
m. Ajarkan
keluarga
tentang tanda
syok
n. Ajarkan
keluarga untuk
mengatasi
tanda gejala
syok
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan a. Kaji adanya a. Dugaan adanya
berhubungan asuhan keperawatan tanda-tanda infeksi
dengan tindakan diharapkan infeksi infeksi pada
invasif (insisi post dapat diatasi dengan area insisi
pembedahan). kriteria hasil: b. Monitor tanda- b. Dugaan adanya
a. Pasien bebas dari tanda vital. infeksi
tanda-tanda
infeksi
b. Menunjukkan c. Perhatikan c. Mencegah
kemampuan demam, transmisi penyakit
untuk mencegah menggigil, virus ke orang lain.
timbulnya infeksi berkeringat,
c. Nilai leukosit perubahan
(4,5-11 103/ul) mental d. Mencegah meluas
d. Lakukan teknik dan membatasi
isolasi untuk penyebaran
infeksi enterik, organisme infektif /
termasuk cuci kontaminasi silang.
tangan efektif.
e. Menurunkan resiko
e. Pertahankan terpajan.
teknik aseptik
ketat pada
perawatan luka/
terbuka,
bersihkan
dengan f. Mencegah
betadine. terjadinya infeksi
f. Awasi/ batasi silang
pengunjung dan g. Terapi ditunjukkan
siap kebutuhan. pada bakteri
g. Kolaborasi tim anaerob dan hasil
medis dalam aerob gra negatif.
pemberian Dan tindakan
antibiotic dan operasi sito
tim bedah
ortopedi
2. Post Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji skala nyeri a. Berguna dalam
dengan agen injuri asuhan keperawatan, lokasi, pengawasan dan
fisik (luka insisi post diharapkan nyeri karakteristik keefesien obat,
operasi fraktur). berkurang dengan dan laporkan kemajuan
kriteria hasil: perubahan nyeri penyembuhan,
a. Melaporkan dengan tepat. perubahan dan
nyeri berkurang karakteristik nyeri.
b. Pasien tampak b. Monitor tanda- b. Deteksi dini
rileks tanda vital terhadap
c. Dapat tidur perkembangan
dengan tepat kesehatan pasien.
d. Tanda-tanda vital c. Ajarkan tehnik c. Napas dalam dapat
dalam batas untuk menghirup O2
normal pernafasan secara adekuat
1) TD (systole diafragmatik sehingga otot-otot
110- lambat/ napas menjadi relaksasi
130mmHg, dalam sehingga dapat
diastole 70- mengurangi rasa
90mmHg), nyeri
2) HR(60- d. Memperlancar
100x/menit), d. Beri posisi sirkulasi pada
3) RR (16- senyaman daerah luka
24x/menit), mungkin.
4) suhu (36,5- e. Meningkatkan
37,50C) e. Berikan relaksasi.
aktivitas
hiburan. f. Menghilangkan
f. Kolborasi tim nyeri.
dokter dalam
pemberian
analgetika.
2 Kerusakan integritas setelah di lakukan a. Kaji kulit dan a. mengetahui
kulit berhubungan tindakan pemenuhan identitas pada sejauhmana
dengan luka insisi masalah kerusakan tahap perkembangan
pembedahan kulit dapat teratasi, perkembangan luka
penyembuhan luka luka. mempermudah
sesuai waktu dengan b. Kaji lokasi, dalam melakukan
kriteria hasil : ukuran, warna, tindakan yang tepat
a. tidak ada tanda- bau, serta b. mengidentifikasi
tanda infeksi jumlah dan tipe tingkat keparahan
seperti pus, cairan luka. luka akan
kemerahan, luka c. Pantau mempermudah
bersih tidak peningkatan intervensi
lembab dan tidak suhu tubuh c. suhu tubuh yang
kotor, d. Berikan meningkat dapat
b. tanda-tanda vital perawatan luka diidentifikasi
dalam batas dengan tehnik sebagai adanya
normal atau aseptic. Balut proses peradangan
dapat di toleransi luka dengan d. tehnik aseptik
kasa kering dan membantu
steril mempercepat
e. Jika pemulihan penyembuhan luka
tidak terjadi dan mencegah
kolaborasi terjadinya infeksi
tindakan e. agar benda asing
lanjutan, atau jaringan yang
misalnya terinfeksi tidak
debridement. menyebar luas
f. Setelah pada area kulit
debridement, normal lainya
ganti balutan f. balutan dapat
sesuai diganti satu atau
kebutuhan dua kali sehari
tergantung kondisi
g. Kolaborasi parah/ tidaknya
pemberian anti luka, agar tidak
biotic sesuai terjadi infeksi.
indikasi g. anti biotik berguna
untuk mematikan
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
beresiko terjadi
infeksi.
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan f. Kaji kebutuhan f. mengidentifikasi
fisik berhubungan intervensi akan masalah,
dengan nyeri/ keperawatan pasien pelayanan memudahkan
ketidak nyamanan, akan menunjukan kesehatan dan intervensi.
kerusakan tingkat mobilitas kebutuhan
musculoskeletal. optimal dengan akan peralatan. g. mempengaruhi
kriteria hasil : g. Tentukan penilaian terhadap
b. klien mampu tingkat kemampuan
melakukan motivasi aktifitas apakah
pergerakan dan pasien dalam karena
perpindahan, melakukan ketidakmampuan
mempertahankan aktivitas. atau
mobilitas optimal ketidakmauan.
yang dapat h. menilai batasan
ditoleransi dengan h. Ajarkan dan kemampuan
karakteristik : pantau pasien aktivitas optimal
6) 0 = mandiri dalam hal
penuh penggunaan
7) 1 = alat bantu i. meminimalkan
memerlukan i. Ajarkan dan terjadinya
alat bantu dukkung kelemahan dan
8) 2 = pasien dalam atropi otot.
memerlukan latihan ROM
bantuan dari aktif dan pasif
orang lain pada bagian
untuk bantuan yang tidak
pengawasan sakit j. sebagai suatu
dan pengajaran. j. Kolaborasi sumber untuk
9) 3 = dengan ahli mengembangkan
membutuhkan terapi fisik perencanaan dan
bantuan dari atau okupasi. mempertahankan
orang lain dan atau meningkatkan
alat bantu mobilitas pasien.
10) 4 =
ketergantungan
; tidak
berpartisipasi
dalam aktivitas
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan h. Kaji adanya h. Dugaan adanya
berhubungan dengan asuhan keperawatan tanda-tanda infeksi
tindakan invasif diharapkan infeksi infeksi pada
(insisi post dapat diatasi dengan area insisi
pembedahan). kriteria hasil: i. Monitor tanda- i. Dugaan adanya
d. Pasien bebas dari tanda vital. infeksi
tanda-tanda
infeksi
e. Menunjukkan j. Perhatikan j. Mencegah
kemampuan demam, transmisi penyakit
untuk mencegah menggigil, virus ke orang lain.
timbulnya infeksi berkeringat,
f. Nilai leukosit perubahan
3
(4,5-11 10 /ul) mental
k. Lakukan teknik k. Mencegah meluas
isolasi untuk dan membatasi
infeksi enterik, penyebaran
termasuk cuci organisme infektif
tangan efektif. / kontaminasi
silang.
l. Pertahankan
teknik aseptik l. Menurunkan resiko
ketat pada terpajan.
perawatan luka
insisi / terbuka,
bersihkan
dengan
betadine.
m. Awasi / m. Mencegah
batasi terjadinya infeksi
pengunjung dan silang
siap kebutuhan. n. Terapi ditunjukkan
n. Kolaborasi tim pada bakteri
medis dalam anaerob dan hasil
pemberian aerob gra negatif.
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer & Brenda. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
LAPORAN KASUS
dan autoanamnesa.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No Register : 200808
Nama : Tn A.
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas pada puku 7.00 WIB di Banaran
dibawa ke IGD RSUD Ungaran. Pasien sampai di RSUD Ungaran sudah sadar
dengan KU sedang (pucat) dan mengeluh nyeri pada lengan atas sebelah kiri
serta sukar di gerakan. Dengan TD : 120/80 mmHg, RR : 20x/menit, Nadi :
bawah sebelah kanan dengan terapi 20tpm dan diberikan injeksi ranitidin
50mg, ketorolac 30mg dan ceftriaxone 1gr secara IV. Kemudian setelah
Sebelum : A : TB = 156 cm
BB = 50 Kg
𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
IMT = 𝑇𝐵(𝑚)2
50
= 1,562 = 20,54 (normal)
B : Hb =
C : pasien tampak pucat dan lemas
D : pasien hanya makan ½ porsi. Pola minum 2 liter
perhari. Komposisi makanan seperti nasi lauk-pauk
sesuai dengan diit yang di tentukan
c. Kebutuhan eliminasi
Sebelum :
Aktifitas/ kegiatan 0 1 2 3 4
Makan & minum √
Toileting √
Berpakaian/ berdandan √
Mandi √
Mobilisasi aktif √
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = sangat tergantung
Kesimpulan : Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
Selama sakit :
Aktifitas/ kegiatan 0 1 2 3 4
Makan & minum √
Toileting √
Berpakaian/ berdandan √
Mandi √
Mobilisasi aktif √
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = sangat tergantung
Kesimpulan : Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
bahasa jawa
i. Kebutuhan spiritual
pakaian 2x sehari.
anggota keluarga
kiri.
l. Kebutuhan bekerja
m. Kebutuhan rekreasi
satu ujian dari yang diatas yaitu Allah dan pasien selalu
dideritanya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
2) Tingkat Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif (GCS) : E4 M5 V6
b. Tanda-Tanda Vital
3) Nadi : 80 x/ menit
4) Temperature : 360C
c. Pemeriksaan Antropometri
d. Kepala
1) Bentuk kepala
tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, pada
3) Mata
bantu penglihatan
4) Hidung
Saluran hidung tidak ada sumbatan, septum hidung utuh, tidak ada
5) Telinga
6) Mulut
Keadaan lidah lembab, kondisi lidah simetris, gigi sudah ada yang
7) Leher
1) Paru-Paru
Inspeksi : simetris, tidak terjadi retraksi intercosta
maupun mur-mur
f. Abdomen
terdapat massa.
g. Genito Urinari
menolak
h. Anus
Tidak terkaji karena pasien menolak
i. Ekstremitas
1) Superior
2) Inferior
(berskala 5), tidak terdapat deformitas, tidak ada varises, tidak ada
j. Integumen
5. Data Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
tersebut.
6. Data Therapy