OLEH
NURHAYATI YUNUS
Halaman Judul……………………………………………………………………………… i
KataPengantar.......................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan……………….................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Pengolahan Informasi………………………...................................................... 2
2.2 Sistem Memori Manusia………………….................................................................... 3
2.3 Komponen Belajar......................................................................................................... 5
2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar.................................................... 6
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari
luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara
berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal
yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori –
teori yang memunculkan adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai
temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah
membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru
guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai
insan tak bisa bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun
teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan
bermunculnya teori – teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya.
Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut.
tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam
setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut.
dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah teori belajar pengolahan informasi.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kulah Belajar dan Pembelajaran serta
untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Teori Pengolahan Informasi dalam
Memori Manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi
memiliki sutu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar.
Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang
utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun
melihat kemampuan memori seorang individu.
Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan
antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian
proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar
dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan
model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-gambarkan cara individu
memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi Anita E.
Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke
working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan
di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas
isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu
menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa
sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).
1. Robert Gagne
Robert M. Gagne, Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi,
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran
yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan
konsep Robert M Gagne, Jerome Seymour Bruner, Albert Bandura dan Lev Vygotsky
merupakan tokoh-tokoh penting yang telah mencetuskan berbagai teori pembelajaran dan
memberi sumbangan yang besar dalam dunia pendidikan. Teori informasi psikologi
muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti
untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan
teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori
informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan
menghasilkan belajar yang efektif.
Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu adalah
sebuah wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk
mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada juga
yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang
aktif memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data data menjadi
informasi yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian.
Hal ini berarti memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk
menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori
merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini
berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau
tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur
memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke
sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar
akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam
ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari
dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui
panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa
yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para
guru dan telah dinyatakan dua orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan
yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya, seperti sudah
dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama
tidak lebih dari satu detik saja.
2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi
yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa
penyimpanan jangka pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat
perhatian dari seseorang.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa
adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses
pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan
dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan
para guru tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang
disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah
seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya
itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan
tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial,
menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga
merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran
untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana
menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan
mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama proses pembelajaran sedang
berlangsung.
3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari
memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga
informasi yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan
teringat lagi. Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit
untuk hilang, sehingga dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka
panjang adalah penyimpanan jangka pendek yang mendapat pengulangan. Kata lainnya kata
lainnya penyimpanan jangka panjang tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang
akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat
dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan
kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.
Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu
Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para
siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat
ditulis menjadi 17–08–1945.
Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada
hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36,
dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir
dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para
siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat
dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran
yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi
para guru.
2.3 Komponen belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu:
1. mengarahkan perhatian ke stimulus
2. mengkode stimulus
3. penyimpanan dan pemanggilan informasi.
a. Perhatian ke stimulus
Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima
pencatat sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan
sebenta di sebut ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang
ke tiga disebut taktil atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan.
Peranan perhatian ada dua peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:
1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah
sedemikian luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak memerlukan
perhatian khusus. Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui seperti pola perkalian
1 x 10. B) pros deliberate
2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang dilakukan
secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-pola yang
belum diketahui (baru)
2. Mengkode stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai
memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah
stimulus sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali
dengan mudah. Ada dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi
elaboratif. Pengulangan terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh gladi
pelihara. Kebalikannya gladi elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:
a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)
Tujuan dengan pemberian kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantupeserta
didik untuk mengetahui dan memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan pelajaran
yang baru. Adapun yang mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk
memberikan kerangka konseptual untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan
menjadi suatu penghubung antara simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang
dengan dengan belajar yang baru. Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan
antara kognitif lama dan struktur kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui advance
organizer dapat memperlancar proses mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer:
19979) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis dalam
materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana membuat hubungan
yang singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta didik dengan informasi yang
akan di peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi yang
baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat diartikan juga
bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami informasi yang sama
sekali belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal ini akan di
lakukan oleh pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru tersebut dan
setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan motivasi pada
peserta didik agar mampu untuk memahami informasi baru tersebut, motivasi yang di berikan
dapat berupa data-data pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia
mampu untuk mengkode dan memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).
2. memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori
jangka panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan
guna memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut.
Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan
memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk
menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori
kerja peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan
pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang
berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah
untuk di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan
yang berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal
dari peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang
sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.
3. memperlancar penyimpanan dan retrival
Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan
kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa:
irama bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan
pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis
pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam
proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa
retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term
memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap
informasi yang akan dimunculkan.
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian
terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di
munculkan.
Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di
dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi
yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang
terorganisasi dan dan proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang
paling umum dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang
ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa
kesimpulan antaranya:
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long
Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah
hasil karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya
kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA