Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi

bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan

dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh

dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan

bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang

membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.

Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik

oleh bakteri dari infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi

saluran kemih bepergian ke ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.

Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya

terjadi sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu

dan refluks vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari

sumber infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit multiple dan penyalah gunaan

obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi saluran kemih

yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan

diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi perkemihan ?

1
2. Apa definisi dari abses renal ?

3. Apa etiologi dari abses renal ?

4. Apa patofisiologi dari abses renal ?

5. Apa manifestasi klinis dari abses renal ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abses renal ?

7. Bagaimana penetalaksanaan medis dari abses renal ?

8. Apa komplikasi dari abses renal ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal ?

C. Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien abses renal.

2. Khusus

 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.

 Mengetahui definisi dari abses renal.

 Mengetahui etiologi dari abses renal.

 Mengetahui patofisiologi dari abses renal.

 Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.

 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.

 Mengetahui penetalaksanaan dari abses renal.

 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di

belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung

pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),

jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal

kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki

– laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap

nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas

pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang

mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus

– tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus

pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

3
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis

viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan

banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk

kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus

yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal

karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus

yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle,

karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal,

kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri

dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan

bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

a) Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan

penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah

ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal

– gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai

bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman

disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,

yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut

dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat –

4
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari

simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

b) Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut

piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya

disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu

piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.

Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri

atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara

pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal.

Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan

lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut

urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,

setelah mengalami berbagai proses.

c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk

corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis

bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing

bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi

papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus

kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke

pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih

(vesikula urinaria).

5
b. Fungsi Ginjal:

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung

nitrogennitrogen, misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan

vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan

asam atau basa.

1. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ±

0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak

dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit

sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika

urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan

oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis

masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan

dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi

6
pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan

pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

2. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung

kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan

ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian

ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan

ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum

vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan

sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan

bagian dalam).

3. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat

kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis

panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari :

7
a. Uretra Prostaria

b. Uretra membranosa

c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan

lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan

miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita

terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan

pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara

uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan

uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

B. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi

bakteri.Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi.Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan

dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh

dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan

bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang

membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.

Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan

pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang

disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.

Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari

suatuinfeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu

8
infeksisaluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan

ginjal.

Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya

terjadi sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu

dan refluks vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari

sumber infeksi di setiap area tubuh. Abses kulit multiple dan penyalah gunaan

obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi saluran kemih

yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan

diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.

C. Etiologi

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril

2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

D. Patofisiologi

Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus

extrarenal utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90%

9
kasus abses kortikal. Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang

sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan

parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary lebih

mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga

membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses

infeksi bawah akut dan kronis ginjal.

E. Manifestasi Klinis

Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :

1. Nyeri pinggang

2. Demam disertai menggigil

3. Nyeri tekan

4. Nyeri perut

5. Nyeri ketika berkemih

6. Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :

1. Pemeriksaan Urinalalis

Menunjukkan adanya oluria dan hematuria

2. Kultur Urine

Menunjukkan penyebab infeksi

3. Pemeriksaan darah

Terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat

10
4. Pemeriksaan foto polos abddomen

Didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi

kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan

opak dari suatu batu di saluran kemih. Adanya proses pada subdiafragma

akan tampak pada foto thoraks sebagai ateletaksis, efusi pleura, empiema,

atau elevasi diafrgama.

5. Pemeriksaan USG

Adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada

kemampuan pemeriksa.

6. Pemeriksaan CT Scan

Dapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal,

maupun pararenal

G. Penatalaksanaan

1. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses

bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya.

2. Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini

dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika

abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

3. Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur

4. Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus : Tn. A Usia 57 tahun datang kerumah sakit Aliya diantar oleh

keluarganya sejak 5 hari yang lalu dan sekarang dirawat diruang Mawar dengan

keluhan nyeri pada punggung sebelah kiri bawah, nyeri seperti tertusuk-tusuk,

sulit bergerak dan sakit yang dirasakan menjalar sampai kearea abdomen bagian

bawah, nyerinya hilang timbul dan sering dirasakan pada malam dan pagi hari

saat bangun tidur. Klien merasakan demam, menggigil dan sakit saat berkemih.

Klien mengalami kejang perut secara tiba-tiba setelah makan dan mengatakan

tidak ada nafsu makan dan klien bingung dengan penyakit yang dideritanya.

Setelah dilakukan anamnesis TTV : TD : 140/100 mmHg, ND : 86x/ menit, RR :

29x/menit, S. Axila : 37,20C, Skala nyeri : 5, wajah nampak meringis, terjadi

perubahan sklera mata, perubahan frekuensi jantung dan kulitnya teraba panas.

A. Pengkajian

 Identitas pasien

Adapun konsep pengkajian identitas pada pasien penderita abses renal

adalah sebagai berikut :

Nama : Tn.A

Tempat/Tanggal Lahir : 27-03-196

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMP

12
Pekerjaan : Tani

Suku/Bangsa : Muna

Tanggal Masuk RS : 12-10-2016

No. RM : 230795

Ruang : Mawar

Diagnosa Medis : Abses Renal

 Keluarga/Penanggung jawab

Nama : Ny. A

Hubungan : Istri

Umur : 50 Tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Alamat : jln. Wua eha, BTN RESKY 3 ANGGOEA

 Riwayat kesehatan

 Kesehatan pasien

a) Keluhan Utama : Adapun keluhan utama yang biasa disampaikan

oleh pasien penderita abses renal ini klien mengeluh nyeri pada

punggung sebelah bawah. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar

ke abdomen bagian bawah

b) Keluhan tambahan : Adapun keluhan tambahan yang dapat dialami

oleh klien penderita abses renal ini demam, menggigil, nyeri ketika

berkemih.

13
c) Alasan utama masuk RS : Pasien mengatakan nyeri yang semakin

sakit

 Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital :

TD :140/100 mmHg

ND : 86 x/menit

RR : 29 x/menit

S. Axila : 37,2° C

B. Analisis Data

NO. Data Fokus Masalah


1. DS: Nyeri

 Klien mengatakan nyeri pada punggung bagian


bahwa
 Klien mengatakan nyeri menjalar ke area abdomen
bagian bawah
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
 Klien mengatakan nyeri sering timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur
 Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul

DO:

 Ekspresi wajah meringis


 Skala nyeri 5
 Klien tampak mengalami perubahan selera makan
 Klien tampak mengalami perubahan tekanan darah

14
 Klien tampak mengalami perubahan frekuensi
jantung

2. DS : - Hipertermia
DO:

 Klien mengalami suhu tubuh diatas rentang normal


serangan atau konvulsi (kejang)
 Klien mengalami pertambahan RR/Respiration Rate
 Klien mengalami Takikardi
 Kulit klien teraba panas/ hangat

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injure (biologi, kimia, fisik,

psikologis)

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma peningkatan

metabolisme aktivitas yang berlebihan ( dehidrasi )

D. Intervensi dan Evaluasi

NOC NIC
Diagnosa Keperawatan (Nursing Outcome (Nursing Intervention
Clasification) Clasification)

Nyeri akut Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian


berhubungan dengan: tindakan keperawatan nyeri secara

Agen injuri (biologi, kimia, selama 2x/24 jam Pasien komprehensif termasuk

fisik, psikologis), kerusakan tidak mengalami nyeri, lokasi, karakteristik,

jaringan dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,


kualitas dan faktor

15
presipitasi
 Mampu mengontrol
DS:  Observasi reaksi
nyeri (tahu
nonverbal dari
 Klien mengatakan nyeri penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
pada punggung bagian mampu
 Bantu pasien dan
bahwa menggunakan tehnik
keluarga untuk mencari
 Klien mengatakan nyeri nonfarmakologi
dan menemukan
menjalar ke area abdomen untuk mengurangi
dukungan
bagian bawah nyeri, mencari
 Kontrol lingkungan
 Klien mengatakan nyeri bantuan
yang dapat
seperti ditusuk-tusuk  Melaporkan bahwa
mempengaruhi nyeri
 Klien mengatakan nyeri berkurang
seperti suhu ruangan,
nyerisering timbul pada dengan
pencahayaan dan
malam dan pagi hari saat menggunakan
kebisingan
manajemen nyeri
bangun tidur  Kurangi faktor
 Klien mengatakan nyeri  Mampu mengenali
presipitasi nyeri
nyeri (skala,
bertambah saat bergerak  Kaji tipe dan sumber
 Klien mengatakan nyeri intensitas, frekuensi
nyeri untuk menentukan
hilang timbul dan tanda nyeri)
intervensi
 Menyatakan rasa
DO:  Ajarkan tentang teknik
nyaman setelah
non farmakologi: napas
 Ekspresi wajah meringis nyeri berkurang
dala, relaksasi, distraksi,
 Skala nyeri 5  Tanda vital dalam
kompres hangat/ dingin
 Klien tampak mengalami rentang normal
 Berikan analgetik untuk
perubahan selera makan  Tidak mengalami
mengurangi nyeri
 Klien tampak mengalami gangguan tidur
 Tingkatkan istirahat
perubahan tekanan darah
 Berikan informasi
 Klien tampak mengalami
tentang nyeri seperti
perubahan frekuensi
penyebab nyeri, berapa
jantung
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi

16
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Hipertermia Setelah dilakukan  Monitor suhu sesering
berhubungan dengan penyakit/ tindakan keperawatan mungkin
trauma,peningkatan selam 2x/24 jam pasien  Monitor warna dan suhu
metabolisme, aktivitas yang menunjukkan : kulit
berlebihan (dehidrasi)  Monitor tekanan darah,
 Suhu tubuh dalam
DS: - nadi dan RR
batas normal dengan
DO:  Monitor penurunan
kreiteria hasil:Suhu
tingkat kesadaran
 Klien mengalami suhu 36 – 37°C
 Monitor WBC, Hb, dan
tubuh diatas rentang  Nadi dan RR
Hct
normal serangan atau (Respiration Rate)
 Monitor intake dan
konvulsi (kejang) dalam rentang
output
 Klien mengalami normal
 Berikan anti piretik
pertambahan  Selimuti pasien
RR/Respiration Rate
 Berikan cairan intravena
 Klien mengalami Takikardi
 Kompres pasien
 Kulit klien teraba panas/
padalipat paha dan
hangat
aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi

17
tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan bahwa :

 Abses Renal merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala


nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala
inflamasi lainnya
 Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara
 Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah demam,
menggigil, nyeri di punggung sebelah bawah, nyeri tekan, nyeri perut,
nyeri ketika berkemih, air kemih mengandung darah (kadang-kadang)
 Pemeriksaan diagnostik pada klien penderita abses renal dapat dilakukan

melalui :rontgen, USG, CT scan, dan MRI. Sedangkan Pemeriksaan

laboratoriumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan urine untuk

mendeteksi apakah ada kandungan darah pada urine

 Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien penderita abses renal

dilakukan mulai dari pengakajian, analisis data, diagnosa keperawatan,

serta intervensi dan evaluasi

B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis

agar Mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan

19
tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang mengalami

gangguan Abses Renal

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L,J, 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Klinik (terjemahan),


Edisi 3, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (terjemahan), edisi 3,
EGC, Jakarta

http://imadeharyoga.com (diakses 30 juni 2010)

http://www.surabayapost.co.id (diakses 30 juni 2010)

http://lensaaskep.blog.com/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html(diakses 30 juni
2010)

http://ruangkesehatan.blog.com/20%abses (diakses 30 juni 2010)

Price, SA dan Wilson, LM, 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit (terjemahan), Eidisi 4, Volume 1, EGC, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai