Anda di halaman 1dari 15

Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session


Karsinoma Nasofaring
Putri AS, Mutiara F

Anatomi

Nasofaring merupakan suatu ruang


berbentuk trapezoid dengan ukuran tinggi kira-kira 4
cm, lebar 4 cm dan anteroposterior 3 cm yang terletak
di belakang hidung. Rongga ini sangat sulit untuk
dilihat, sehingga dahulu disebut “rongga buntu atau
rongga tersembunyi. Batas-batas rongga nasofaring,
di sebelah depan adalah koana (nares posterior).
Sebelah atas, yang juga merupakan atap adalah basis
cranii. Sebelah belakang adalah jaringan mukosa di
depan vertebra servikal. Sebelah bawah adalah ismus
faring dan palatum mole, dan batas lainnya adalah
dua sisi lateral. Dinding anterior dibentuk oleh koana
dan batas posterior septum nasi. Dinding lateral Gambar 1.2 Anatomi Nasofaring
terdapat muara tuba Eustachius. Dinding nasofaring
diliputi oleh mukosa dengan banyak lipatan atau 2. Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
kripta. Secara histologi mukosa nasofaring dibentuk Struktur ini berupa lekukan kecil yang
oleh epitel berlapis silindris bersilia (pseudostratified merupakan tempat predileksi fibroma nasofaring atau
2
ciliated columnar epithelium) yang ke arah orofaring angiofibroma nasofaring.
akan berubah menjadi epitel gepeng berlapis
3. Torus Tubarius
(stratified squamous epithelium). Di antara keduanya
terdapat epitel peralihan (transitional epithelium) yang Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari
2
terutama didapatkan pada dinding lateral di daerah saluran tuba Eustachii (ostium tuba).
1,2
fosa Rosenmuller. 4. Fosa Rosenmulleri
Fossa Rosenmulleri merupakan suatu lekuk
kecil yang terletak di sebelah belakang torus tubarius.
Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai
alur kecil yang disebut sulkus salfingo-faring. Fossa
Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi
epitel pipih. Tempat pergantian ini dianggap
merupakan predileksi terjadinya keganasan
2
nasofaring.

Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri


dari epitel yang bermacam-macam, yaitu epitel
kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar berlapis,
epitel kolumnar berlapis bersilia, dan epitel kolumnar
berlapis semu bersilia. Pada tahun 1954, Ackerman
dan Del Regato berpendapat bahwa epitel semu
berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan berubah
mejadi epitel pipih berlapis. Demikian juga epitel yang
ke arah palatum molle, batasnya akan tajam dan jelas
Gambar 1.1 Bagian-bagian dari Faring
sekali. Yang terpenting di sini adalah pendapat umum
Bangunan-bangunan penting yang terdapat bahwa asal tumor ganas nasofaring itu adalah tempat-
di nasofaring adalah: tempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk
2
ke jaringan limfe di bawahnya.
1. Adenoid atau Tonsila Lushka
Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak Walaupun fosa Rosenmulleri atau dinding
usia kurang dari 13 tahun. Pada orang dewasa lateral nasofaring merupakan lokasi keganasan
struktur ini telah mengalami regresi.
2 tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat juga
terjadi di tempat-tempat lain di nasofaring. Moch.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 20182
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Zaman mengemukakan bahwa keganasan nasofaring


dapat juga terjadi pada: kelenjar getah bening yang tanpa rasa nyeri paling
mungkin merupakan penyakit keganasan. Daerah
1. Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan pembesaran kelenjar getah bening yang multipel
tempat di mana terdapat adenoid. biasanya menunjukkan penyakit sistemik seperti
2. Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir limfoma, tuberkulosis, atau mononukleois
atau di luar koana. infeksiosasedangkan kelenjar yang soliter seringkali
3. Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa metastatik. Kelenjar getah bening leher bagian bawah
Rosenmulleri sampai dinding faring dan palatum paling mungkin berasal dari penyakit keganasan yang
2 berasal dari bagian tubuh lain selain kepala dan leher,
molle.
sedangkan kelenjar pada leher bagian atas paling
3
mungkin sekunder dari kepala dan leher.

Definisi

Karsinoma nasofaring adalah keganasan


yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.
Pusat pertumbuhan tumor sering berawal dari fossa
Rosenmuller, dari situ tumor mulai meluas kemudian
menginvasi area atau organ lain yang berbatasan
4
dengan nasofaring.

Epidemiologi

Pada tahun 2012 tercatat 86.500 kasus


karsinoma nasofaring di seluruh dunia, dengan
persentasi 0.6% dari semua jenis kanker. 71% kasus
Gambar 1.3. Kelenjar Limfatik Servikal baru ditemukan di Asia tenggara dan Asia timur, serta
sebagian kecil di Asia Selatan-Tengah, Afrika Utara
4
dan Selatan.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor


ganas daerah kepala-leher terbanyak ditemukan di
Indonesia, yaitu hampir meliputi 60%. Berdasarkan
data Laboratorium Patologi Anatomi karsinoma
nasofaring selalu berada dalam peringkat lima besar
5
dari tumor ganas di seluruh tubuh manusia.

Etiologi Dan Faktor Resiko

Ada banyak faktor resiko dan etiologi yang


dapat dikaitkan dengan karsinoma nasofaring. Hasil
penelitian terhadap penduduk Cina Selatan
menunjukkan bahwa ikan asin merupakan salah satu
faktor penyebab munculnya karsinoma nasofaring.
Faktor lainnya adalah konsumsi alkohol, merokok,
paparan debu, asap, dan formaldehida. Di daerah
10 endemik, Epstein-Barr Virus (EBV) berkaitan erat
Gambar 1.4 Level KGB leher
dengan perkembangan karsinoma nasofaring. Infeksi
Kelenjar getah bening leher terdiri dari EBV ditemukan pada 90%-100% kasus karsinoma
6
beberapa level, dimana masing-masing level tersebut nasofaring di daerah endemik.
dapat menjadi petunjuk metastasis tumor primer di
daerah kepala dan leher. Pada tumor nasofaring yang 1.Virus Epstein Barr
sudah bermetastasis regional akan memunculkan EBV merupakan faktor risiko mayor
pembesaran kelenjer getah bening leher level II.
10 karsinoma nasofaring. Sebagian besar infeksi EBV
tidak menimbulkan gejala. EBV menginfeksi dan
Letak pembesaran kelenjar getah bening menetap secara laten pada 90% populasi dunia. Di
merupakan petunjuk penting dari letak penyakit Hong Kong, 80% anak terinfeksi pada umur 6 tahun,
primer.Terdapat beberapa petunjuk umum yang hampir 100% mengalami serokonversi pada umur 10
mungkin membanfu dalam penilaian kelenjar getah tahun. Infeksi EBV primer biasanya subklinis.
bening leher. Kelenjar gerah bening leher yang nyeri Transmisi utama melalui saliva, biasanya pada Negara
mungkin berasal dari penyakit infeksius, sedangkan berkembang yang kehidupannya padat dan kurang
bersih. Limfosit B adalah targetutama EBV, jalur

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

masuk EBV ke sel epitel masih belum jelas, replikasi


EBV dapat terjadi di sel epitel orofaring. Virus Epstein- 5. Asap lain
Barr dapat memasuki sel-sel epitel orofaring, bersifat Beberapa peneliti menyatakan bahwa
menetap (persisten), tersembunyi (laten) dan insidens karsinoma nasofaring yang tinggi di Cina
sepanjang masa (life-long). Antibodi Anti-EBV Selatan dan Afrika Utara disebabkan karena asap dari
ditemukan lebih tinggi pada pasien karsinoma pembakaran kayu bakar. Sembilan puluh tiga persen
nasofaring, pada pasien karsinoma nasofaring terjadi penderita karsinoma nasofaring tinggal di rumah
peningkatan antibody IgG dan IgA, hal ini dijadikan dengan ventilasi buruk dan mempunyai riwayat
pedoman tes skrining karsinoma nasofaring pada terkena asap hasil bakaran kayu bakar. Pajanan asap
7
populasi dengan risiko tinggi. hasil kayu bakar lebih dari 10 tahun meningkatkan 6
7
kali lipat terkena karsinoma nasofaring.
2. Ikan asin
Paparan non-viral yang paling konsisten dan 6. Alkohol
berhubungan kuat dengan risiko karsinoma nasofaring Konsumsi alkohol tidak berhubungan dengan
7
adalah konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin peningkatan risiko karsinoma nasofaring.
meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi
dibanding yang tidak mengkonsumsi. Diet konsumsi 7. Obat Herbal
ikan asin lebih dari tiga kali sebulan meningkatkan Pada populasi Asia, beberapa penelitian
risiko karsinoma nasofaring. Potensi karsinogenik ikan melaporkan 2 sampai 4 kali lipat peningkatan risiko
asin didukung dengan penelitian pada tikus karsinoma nasofaring karena penggunaan obat herbal
disebabkan proses pengawetan dengan garam tidak tradisional, tetapi tiga penelitian di Cina Selatan tidak
efisien sehingga terjadi akumulasi nitrosamin yang menemukan hubungan obat herbal dengan karsinoma
dikenal karsinogen pada hewan. Enam puluh dua nasofaring. Di Filipina, penggunaan obat herbal
persen pasien karsinoma nasofaring mengkonsumsi tradisional meningkatkan risiko karsinoma nasofaring,
secara rutin makanan fermentasi yang diawetkan. terutama pada orang yang mempunyai titer antibodi
7
Tingginya konsumsi nitrosamin dan nitrit dari daging, anti-HBV tinggi.
ikan dan sayuran yang berpengawet selama masa
kecil meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. 8. Pajanan Pekerjaan
Delapan puluh delapan persen penderita karsinoma Pajanan pekerjaan terhadap fume, asap,
nasofaring mempunyai riwayat konsumsi daging asap debu atau bahan kimia lain meningkatkan risiko
7
secara rutin. karsinoma nasofaring 2 sampai 6 kali lipat.
Peningkatan risiko karsinoma nasofaring karena
3. Buah dan Sayuran Segar pajanan kerja terhadap formaldehid sekitar 2 sampai 4
Konsumsi buah dan sayuran segar seperti kali lipat. Namun sebuah meta-analisis dari 47
wortel, kobis, sayuran berdaun segar, produk kedelai penelitian tidak mendukung hubungan formaldehid
segar, jeruk, konsumsi vitamin E atau C, karoten dengan karsinoma nasofaring. Stimulasi dan inflamasi
terutama pada saat anak-anak, menurunkan risiko jalan nafas kronik, berkurangnya pembersihan
karsinoma nasofaring. Efek protektif ini berhubungan mukosiliar, dan perubahan sel epitel mengikuti
dengan efek antioksidan dan pencegahan tertumpuknya debu kayu di nasofaring memicu
7
pembentukan nitrosamin. karsinoma nasofaring, paparan ke pelarut dan
pengawet kayu, seperti klorofenol juga memicu
4. Tembakau karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu yang hebat
Sejak tahun 1950 sudah dinyatakan bahwa meningkatkan risiko karsinoma nasofaring karena
merokok menyebabkan kanker. Merokok iritasi dan inflamasinasofaring langsung atau melalui
menyebabkan kematian sekitar 4 sampai 5 juta per endotoksin bakteri. Paparan tempat kerja yang panas
tahunnya dan diperkirakan menjadi 10 juta per atau produk bakaran meningkatkan dua kali lipat risiko
tahunnya pada 2030. Rokok mempunyai lebih dari terkena karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu di
4000 bahan karsinogenik, termasuk nitrosamin yang tempat kerja lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
7
meningkatkan risiko terkena karsinoma nasofaring. terkena karsinoma nasofaring.
Kebanyakan penelitianmenunjukkan merokok Penelitian lain juga menjelasskan bahwa
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring sebanyak 2 pesisida termasuk kedalam 15 variabel yang
sampai 6 kali. Perokok lebih dari 30 bungkus per berhubungan secara langsung dengan terjadinya
13
tahun mempunyai risiko besar terkena karsinoma karsinoma nassoaring.
nasofaring. Kebanyakan penderita karsinoma 9. Pajanan Lain
nasofaring merokok selama minimal 15 tahun (51%) Riwayat infeksi kronik telinga, hidung,
dan mengkonsumsi tembakau dalam bentuk lain tenggorok dan saluran napas bawah meningkatkan
(47%). Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan risiko karsinoma nasofaring sebanyak dua kali lipat.
risiko karsinoma nasofaring. Merokok lebih dari 40 Bakteri yang menginfeksi saluran nafas dapat
tahun meningkatkan 2 kali lipat risiko karsinoma mengurai nitrat menjadi nitrit, kemudian dapat
7
nasofaring. membentuk bahan N-nitroso yang karsinogenik. Di

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Taiwan, kebiasaan mengunyah betel nut (Areca Klasifikasi Dan Stadium


catechu) selama lebih dari 20 tahun berhubungan
dengan peningkatan 70% risiko karsinoma nasofaring. Klasifikasi gambaran histopatologi yang
Sebuah penelitian ekologi di Cina Selatan menemukan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
4
2 sampai 3 kali lipat kadar nikel di nasi, air minum, dan (WHO), dibagi atas 3 tipe, yaitu :
rambut penduduk yang tinggal di wilayah yang tinggi
insiden karsinoma nasofaringnya. Penelitian lain 1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
menyatakan bahwa kandungan nikel, zinc dan (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
cadmium pada air minum lebih tinggi di wilayah yang Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi
tinggi insiden karsinoma nasofaringnya. Kadar nikel baik, sedang dan buruk.
pada air minum, kadar elemen alkali seperti
magnesium, kalsium, strontium yang rendah pada 2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
tanah, dan tingginya kadar radioaktif seperti thorium Carcinoma).
dan uranium pada tanah berperan pada mortalitas Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi,
karsinoma nasofaring, namun masih perlu dibuktikan tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa
dengan penelitian epidemiologi analitik. Risiko jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup
karsinoma nasofaring juga meningkat berhubungan jelas.
dengan makanan berpengawet lain seperti daging,
telur, buah dan sayur terutama di Cina Selatan, Asia 3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated
Tenggara, Afrika Utara/Timur Tengah dan penduduk Carcinoma).
asli Artik.
7 Pada tipe ini sel tumor secara individu
memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval
10. Familial Clustering atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya
Kerabat pertama, kedua, ketiga pasien batas sel tidak terlihat dengan jelas.
karsinoma nasofaring lebih berisiko terkena karsinoma Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi
nasofaring. Orang yang mempunyai keluarga tingkat mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat
pertama karsinoma nasofaring mempunyai risiko radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi
empat sampai sepuluh kali dibanding yang tidak. tidak begitu radiosensitif.
Risiko kanker kelenjar air liur dan serviks uterus juga Penentuan stadium untuk karsinoma
meningkat pada keluarga dengan kasus karsinoma nasofaring digunakan sistem menurut American Joint
nasofaring. Faktor risiko lingkungan seperti ikan asin, Committee on Cancer (AJCC) edisi ke-7 tahun 2010.
merokok dan paparan pada produk kayu
meningkatkan level antibodi anti- EBV dan beberapa Klasifikasi TNM menurut AJCC 2010:
polimorfasi genetik. Kasus familial biasanya pada tipe
7
Tumor Primer (T)
II dan III, sedangkan tipe I non familial.
Tx :Tumor primer tidak dapat dinilai
11. Human Leukocyte Antigen Genes
Di Cina Selatan dan populasi Asia lain, T0 :Tidak terbukti adanya tumor primer
Human Leukocyte Antigen-A2-B46 dan B-17
berhubungan dengan peningkatan dua sampai tiga Tis :Karsinoma in situ
kali lipat risiko karsinoma nasofaring. Sebaliknya
Human LeukocyteAntigen-A11 menurunkan 30%-50% T1: Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas
risiko terkena karsinoma nasofaring pada ras Kulit ke orofaring dan /kavum nasi tanpa perluasan ke
Putih dan Cina, B13 pada ras Cina, dan A2 pada ras parafaring.
Kulit Putih. Sebuah meta analisis pada populasi di
Cina Selatan menunjukkan peningkatan karsinoma T2 :Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
nasofaring pada HLAA2, B14 dan B46, dan penurunan
karsinoma nasofaring pada HLA-A11, B13 dan T3 :Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak
7 dan/atau sinus paranasal
B22.10.
T4 :Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau
12. Variasi Genetik Lain terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita atau dengan
Polimorfi di sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) perluasan ke fossa infratemporal / ruang mastikator.
dan CYP2A6 dan ketiadaan Glutation S-transferase
M1 (GSTM1) dan atau GSTT1 berhubungan dengan KGB Regional (N)
peningkatan risiko dua sampai lima kali lipat terkena
karsinoma nasofaring. Di Thailand dan Cina, polimorfi NX : KGB regional tidak dapat dinilai
pada polymericimmunoglobulin receptor (PIGR),
sebuah reseptor permukaan sel memudahkan N0 :Tidak ada metastasis ke KGB regional
masuknya EBV masuk ke epitel hidung dan
7 N1: Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring.
dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau bilateral kranial pada 8% kasus, dan gejala lain yang tidak
kelenjar getah bening retrofaring dengan diameter spesifik pada 8% kasus. Perbesaran kelenjar getah
terbesar 6 cm atau kurang. bening di level VA biasanya ada (pada 54% pasien),
kemudian di level II paa 49% pasien, level III pada
N2: Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan 24% pasien, di inferior VA/superior VB pada 22%.
diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa Perbesaran KGB di level IV, inferior VB dan
supraklavikular. supraklavikular jarang ada, hanya sekitar 10-13%.
Perluasan tumor juga dapat menimbulkan gangguan
N3: Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6 6
pada nevus VI.
cm dan/atau pada fossa supraklavikular:
Diagnosis
N3a: Diameter terbesar lebih dari 6 cm
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
N3b :Meluas ke fossa supraklavikular anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
Metastasis Jauh (M)
penderita karsinoma nasofaring sangat bervariasi.
Pada stadium dini keluhan sering tidak menimbulkan
M0: Tanpa metastasis jauh
kecurigaan atas adanya tumor ini. Keluhan tersebut
M1 :Metastasis jauh biasanya berupa keluhan telinga, hidung atau
keduanya. Pada stadium lanjut, kecurigaan pada
Stadium T N M penyakit ini akan mudah timbul dan sering ditemukan
I T1 N0 M0 ialah pembesaran kelenjar limfe leher, gejala kelainan
II T1 N1 M0 saraf kranial atau gejala akibat metastase jauh yang
8
III T2 N0-1 M0 sangat berat dirasakan pasien.
IVA T1-2 N2 M0
IVB T3 N0-2 M0 Pemeriksaan fisik nasofaring secara
IVC T4 N0-2 M0 konvensional adalah dengan menggunakan kaca
Semua T N3 M0 rinoskopi posterior. Pemeriksaan yang lebih sempurna
adalah dengan menggunakan nasofaringoskopi baik
Semua T Semua N M1
8
Tabel 1. Stadium KNF berdasarkan AJCC 2010 yang fleksibel maupun yang kaku.

Persoalan diagnostik sudah dapat


Gejala Klinis dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang
Gejala karsinoma nasoaring dapat dibagi tersembunyi pun dapat ditemukan. Diagnosis pasti
dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasoaring, gejala ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring.
telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari
gejala di leher. Gejala nasoaring berupa epistaksis hidung atau dari mulut, dipandu dengan menggunakan
10 nasofaringoskop. Biopsi tumor nasofaring umumnya
ringan atau sumbatan hidung. 5
dilakukan dengan analgesia topikal xylocain 10%.
Gangguan pada telinga timbul karena tempat
asal tumor dekat muara eustachius (fosssa Pemerikaan IgA anti EA dan IgA anti VCA
rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa untuk infeksi virus EBV menunjukkan kmajuan dalam
10 10
tidak nyaman hingga nyeri pada telinga. mendeteksi karsinoma nasofaring.

Penjalaran melalui foramen laserum akan Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi
mengenai saraf otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, nasoaring. Biopsi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
sehingga pasien datang sering dengan gejala diplopia. dari hidung tanpa melihat jenis tumornya (blind
10
Neuralgia trigeminal, atau hipoastesi juga sering biopsy), dan dari mulut dengan kateter nelaton.
ditemukan. Pada karsinoma yang lanjut akan
mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika Diagnosis banding
10
penjalaran melalui foramen jugular.
a. hipertrofi adenoid, namun biasanya adenoid
memiliki permukaan licin,alur longitudinal,
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk
benjolan di leher merupakan salah attu gejala yang dan letaknya di tengah nasofaring.
10 b. Pada laki-laki remaja dapat pula
mendorong pasien untuk pergi berobat.
dibandingkan dengan angiofibroma
Gejala-gejala yang sering muncul adalah juvenil,hal ini dapat dikonfirmasi dengan
terdapat massa di leher pada 41% kasus, keluhan endoskopi dan pemeriksaan MRI.
telinga (termasuk berkurangnya pendengaran dan c. Tumor lain di nasofaring di antaranya seperti
9
gangguan drainase) pada 27% kasus, sumbatan atau limfoma
perdarahan hidung pada 21% kasus, defisit saraf

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tatalaksana akibat buruk yang timbul dari bahan-bahan yang


berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup
Terapi pada karsinoma nasofaring diberikan yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-
10
sesuai dengan stadium tumor yaitu: ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
10
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.
a. Stadium I : radioterapi
b. Stadium II dan III: kemoradiasi Prognosis
c. Stadium IV dengan N < 6 cm: kemoradiasi
d. Stadium IV dengan N > 6 cm: kemoterapi Menurut AJCC tahun 2010, relative five year survival
dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi 12
rates pada karsinoma nasofaring adalah:

Radioterapi a. Stadium I: 72%


b. Stadium II: 64%
Radioterapi merupakan terapi utama pada c. Stadium III: 62%
karsinoma nasofaring yang belum ada metastasis d. Stadium IV: 38%
jauh. Angka kesembuhan radioterapi pada stadium
awal penyakit mencapai lebih 90 persen. Kombinasi
dengan kemoterapi baik sebelum, selama ataupun LAPORAN KASUS
setelah radioterapi meningkatkan angka kesembuhan
IDENTITAS PASIEN
bagi pasien. Kemoterapi adalah penggunaan obat
sitotoksik untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Nama : Tn. M
Kemoterapi dapat ditambahkan pada radioterapi untuk
efek lokal terhadap tumor ataupun untuk metastasis Umur : 45 tahun
11
jauhnya.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kemoterapi
No MR : 01.02.57.02
Kemoterapi neoadjuvan
Alamat : Bangko, Jambi
Kemoterapi neoadjuvan adalah
Pemberian obat-obatan sitotoksik sebelum radioterapi. ANAMNESIS
Keuntungan dari jenis kemoterapi ini adalah
kesempatan untuk mengeradikasi metastasis mikro Keluhan Utama :
11
lebih besar dan progresifitas tumor dapat dikontrol.
- Benjolan pada leher kanan sejak 1 tahun
Kemoterapi adjuvan
yang lalu, benjolan pada leher kiri sejak 7
bulan yang lalu.
Kemoterapi yang diberikan setelah
radioterapi tidak menunda ataupun mengganggu
Riwayat Penyakit Sekarang :
pengobatan lokal namun seringkali kurang ditolerir
11
setelah adanya terapi lokal yang intensif. - Benjolan pada leher kanan sejak 1 tahun
yang lalu, awalnya benjolan dirasakan
Kemoterapi concurrent
sebesar telur puyuh hingga sekarang sebesar
bola kasti. Kemudian benjolan muncul pada
Efek kemoterapi selama pemberian radiasi
11 leher kiri sejak 7 bulan yang lalu.
yaitu dapat menigkatkan kontrol lokoregional.
- Awalnya pasien mengeluhkan mimisan dari
Pembedahan kedua hidung 1 tahun yang lalu. mimisan
keluar dari kedua lubang hidung sebanyak 4
lembar tissue kemudian berhenti sendiri.
Pengobatan pembedahan diseksi leher
Lalu, mimisan kembali terulang sebanyak 3
radikal dilakukan terhdap benjolan di leher yang tidak kali. Saat mimisan yang terakhir, pasien di
menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul rawat di RSUD Bungo, Jambi. Setelah itu,
kembali setelah penyinaran selesai, tapi dengan pasien mulai menyadari terdapat benjolan di
syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan leher kanan. Benjolan dirasakan semakin
dengan Pemeriksaan radiologi dan serologi, serta membesar dalam waktu 7 bulan dan
10 dirasakan terdapat benjolan baru di leher kiri.
tidak ditemukan adanya metastasis jauh. Pasien kemudian dirujuk ke RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Kemudian, dilakukan
Pencegahan
pemeriksaan histopatologi (biopsi) dengan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang hasil Karsinoma Nasofaring Non Keratnized
bertempat tinggal di daerah dengan risiko tinggi. Differentiated Subtype dan pemeriksaan
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta rontgen thoraks tidak ditemukan metastase.
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pasien didiagnosis dengan karsinoma PEMERIKSAAN FISIK


nasofaring dan dilakukan kemoterapi dengan
Paclitaxel dan Cisplatin. Status Generalis
- Telinga berdenging ada, dirasakan terus
menerus pada telinga kanan. Riwayat telinga Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
berdenging, berdenyut, terasa penuh ada 7
Kesadaran : Composmentis kooperatif
bulan yang lalu.
- Penurunan pendengaran tidak ada. Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nyeri kepala ada, dirasakan hilang timbul.
- Riwayat keluar darah dari kedua hidung Frekuensi nadi : 88 x/menit
secara tiba-tiba tanpa pencetus ada. Keluhan
sering berulang (4x) sejak 1 tahun yang lalu. Frekuensi nafas : 20 x/menit
Dapat berhenti sendiri dan membasahi
sebanyak lebih kurang 4 lembar tisu. Suhu : afebris
- Suara serak sejak 7 bulan yang lalu.
- Penglihatan ganda ada, sejak 2 bulan yang Pemeriksaan Sistemik
lalu.
- Hidung tersumbat ada, hilang timbul. Riwayat Kepala : normochepal
hidung tersumbat ada.
Mata : konjungtiva tidak anemis,
- Riwayat keluar darah dari mulut 1 kali, 7
bulan yang lalu. Darah segar, jumlah kurang sklera tidak ikterik
lebih 1/2 gelas (100cc)
Wajah : tidak ditemukan kelainan
- Kebas-kebas pada wajah sebelah kanan
sejak 7 bulan yang lalu. Thorax : paru dan jantung dalam
- Penurunan berat badan sejak 1 tahun yang batas normal
lalu. Awalnya berat badan pasien 86 kg, saat
ini berat pasien 72 kg. Abdomen : dalam batas normal
- Penurunan nafsu makan sejak 1 tahun yang
lalu. Extremitas : akral hangat dan refilling
- Gangguan menelan tidak ada kapiler <2”
- Riwayat penurunan kesadaran tidak ada. Status Lokalis THT
- Gangguan pengecapan tidak ada.
- Muntah tidak ada Telinga
- Kejang-kejang tidak ada.
Pemerik Kelainan Dekstra Sinistra
- Riwayat demam lama tidak ada
saan
- Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
Kel kongenital Tidak Tidak
- Sesak nafas tidak ada
Daun ada ada
- Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
telinga Trauma Tidak Tidak
keluhan.
ada ada
Riwayat penyakit dahulu : Radang Tidak Tidak
ada ada
- Riwayat keganasan pada bagian tubuh lain Kel. Metabolik Tidak Tidak
tidak ada ada ada
- Riwayat hipertensi tidak ada. Nyeri tarik Tidak Tidak
- Riwayat diabetes melitus tidak ada ada ada
Nyeri tekan Tidak Tidak
Riwayat penyakit keluarga :
tragus ada ada
Cukup
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita Cukup Cukup
lapang
penyakit keganasan. lapang lapang
Dinding (N)
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan liang
telinga Sempit - -
kebiasaan :
Hiperemis Tidak Tidak
 Pasien seorang perkebun kelapa sawit ada ada
 Pasien merokok sejak 10 tahun yang lalu,
menghabiskan 1 bungkus rokok sehari
 Pasien jarang mengonsumsi ikan asin
Rinne Positif Positif
Tes Schwabach Sama Sama
garpu dengan dengan
tala pemerik pemerik
sa sa
Tidak ada
lateralisa
Weber si
Kesimpulan Normal

Edema Tidak Tidak Audiometri Tidak dilakukan pemeriksaan


Dinding
liang ada ada
telinga

Massa Tidak Tidak


ada ada

Ada / Tidak Ada Ada

Serumen Bau Tidak Tidak


ada ada

Warna kekunin Kekunin


gan gan

Jumlah Sedikit Sedikit

Jenis Kering Kering

Membran timpani

Warna Putih Putih,


mutiara mutiara

Utuh Reflek cahaya Ada, Ada,


memen arah
dek jam 7

Bulging Tidak Tidak


ada ada

Retraksi Tidak Tidak


ada ada

Atrofi Tidak Tidak


ada ada

Jumlah perforasi - -

Perfora Jenis - -

si Kwadran - -

Pinggir - -

Tanda radang Tidak Tidak


ada ada

Mastoid Fistel Tidak Tidak


ada ada

Sikatrik Tidak Tidak


ada ada
Nyeri tekan Tidak Tidak
ada ada
Nyeri ketok Tidak Tidak
ada ada
Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 8 Jenis - -
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Jumlah - -
Bau - -
Konka Ukuran Hipertrofi Eutrofi
Sinusparanasal inferior Warna Biru Merah
Pemeriksaan Dekstra Sinistra kemerahan muda
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Permukaa Licin Licin
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada n
Edema Tidak Tidak
Rinoskopi Anterior Ada ada
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Vestibulum Vibrise Ada Ada Warna Merah Merah
Radang Tidak Tidak muda muda
ada ada Permukaa Licin Licin
Cukup - - n
Cavum nasi lapang Edema Tidak Tidak
(N) dinilai Dinilai
Sempit + + Cukup Cukup lurus
Lapang - - lurus/devi
Lokasi Tidak Tidak asi
Sekret ada ada
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)
Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Septum Licin Orofaring dan mulut


Permukaan
Pemeriksaa Kelainan Dekstr Sinistra
n a
Warna Merah muda
Simetris/tidak Simetris
Spina Tidak ada
Palatum Warna Merah muda
Krista Tidak ada
mole + Edem Tidak ada
Abses Tidak ada
Arkus Bercak/eksud
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Faring At
Lokasi - -
Dinding Warna Merah muda
Bentuk - -
faring Permukaan -
Ukuran - -
Ukuran T1 T1
Permukaa - -
Warna Merah Merah
Massa N
muda muda
Warna - -
Permukaan Licin Licin
Konsisten - -
Tonsil Muara kripti Tidak Tidak
Si
Meleba Meleba
Mudah - -
r r
Digoyang
Detritus Tidak Tidak
Pengaruh - -
ada ada
Vasokonst
Eksudat Tidak Tidak
Riktor
ada ada
Gambar Rinoskopi
Perlengketan Tidak Tidak
Anterior
dengan pilar ada ada
Warna Merah Merah
Peritonsil muda muda
Edema Tidak Tidak
ada ada
Rinoskopi Posterior (sulit dilakukan, pasien tidak Abses Tidak Tidak
kooperatif) ada ada
Pemeriksaan Kelaina Dekstra Sinistra Lokasi Tidak
N ada
Koana Cukup Tumor Bentuk -
Lapang Ukuran -
(N) Permukaan -
Sempit Konsistensi -
Lapang Gigi Karies/Radiks - -
Mukosa Warna Kesan -
Edema Warna Merah muda
Bentuk Normal
Jaringa Lidah Deviasi Tidak ada
N Massa Tidak ada
Granula
Si Laringiskopi Indirek (sulit dilakukan, pasien tidak
Konka Ukuran kooperatif)
superior Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Warna Epiglotis Bentuk
Permuk Warna
Aan Edema
Edema Pinggir
Adenoid Ada/ rata/
Tidak tidak
Muara tuba Tertutu Massa
eustachius p secret Aritenoid Warna
Massa Lokasi Edema
Ukuran Massa
Bentuk Gerakan
Ventrikular Warna
Post nasal drip band

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaan penunjang
Edema
Massa  Laboratorium (7/11/2018)
Plika vokalis Warna Parameter Hasil
Gerakan Hb 10,2 g/dl
3
Pinggir Leukosit 8.610 /mm
3
medial Trombositt 359.000/mm
Massa Ht 33%
Subglotis/ Massa GDS 86 mg/dl
trakea Ureum 36mg/dl
Sekret Kreatinin 1,4 mg/dl
Ada / Natrium 132 mmol/L
Tidak Kalium 3,7 mmol/L
Sinus Massa Klorida 101 mmol/l
piriformis SGOT 14 u/l
Sekret SGPT 20 u/l
Valekulae Massa
Sekret Kesan: Anemia ringan, leuksoitosis,
(jenisnya) peningkatan ureum

Nasoendoskopi Hasil CT Scan :


dektra sinistra Karsinoma nasofaring dengan limfadenopati colli
Kavum nasi sempit sempit bilateral
Konka inferior hipertrofi hipertrofi
Konka media hipertrofi hipertrofi Hasil Biopsi :
Meatus media tertutup tertutup Gambaran mikroskopik sesuai untuk Nasophaaringeal
Carcinoma Non Keratinezed Differentiated Subtype
Sekret - -
Krusta - -
Pemeriksaana Anjuran :
Septum deviasi - -
Nasofaring Massa (+), Massa (-) -
permukaan
rata, tidak Diagnosis : Karsinoma Nasofaring Non-keratinizing
hiperemis, Differentiated Subtype Stadium IVa
mudah (T4N3M0)
berdarah,
PND (-) Diagnosis banding : -

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher Diagnosis tambahan : -


 Dextra
Tatalaksana:
I : terlihat pembesaran KGB leher, tanda
radang (-).
- Kemoterapi
P : teraba pembesaran KGB leher
berkonfluens dengan ukuran 80x60x30 mm
level II, III, IV. Prognosis
Konsistensi keras, batas tegas, terfiksir,
permukaan licin, nyeri tekan (-), hiperemis (-), Quo ad vitam : dubia ad malam
fluktuasi (-).
 Sinistra Quo ad functionam : dubia ad malam
I : terlihat pembesaran KGB leher, tanda
radang (-). Quo ad sanationam : dubia ad malam
P: teraba pembesaran KGB leher
Diskusi
berkonfluens dengan ukuran 30x20x10 mm
level II, III. Konsistensi keras, terfiksir,
permukaan rata, nyeri tekan (-),hiperemis (-), Dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia
fluktuasi (-). 45 tahun dirawat di bangsal RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 27 September 2017 dengan
diagnosis suspek karsinoma nasofaring. Karsinoma
nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di
daerah nasofaring dengan predileksi di fosa
4
Rossenmuller dan atap nasofaring.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pasien datang dengan keluhan benjolan menunjukan hasil Nasofaring Carcinoma Non
pada leher kanan sejak 2 tahun yang lalu, benjolan Keratinized Dedifferentiated. Pemeriksaan CT-scan
pada leher kiri sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan ini menunjukkan adanya tumor nasofaring sisi kanan
perlu diperiksa dengan cermat apakah merupakan sugestif maligna dengan perluasan ke parafaring
keganasan atau bukan keganasan. Oleh karena itu, disertai limfadenopati. Jadi, dari anamnesis,
perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lebih pemeriksaan fisik dan pemeiksaan penunjang, dapat
lanjut. ditegakkan karsinoma nasofaring.

Pada pasien kanker nasofaring, keluhan Persoalan diagnostik sudah dapat


pada telinga timbul karena biasanya tumor tumbuh dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah
10 kepala dan leher sehingga tumor primer yang
didekat muara tuba eustachius (fosa Rosenmuller)
Tumor akan menganggu fungsi tuba eustachius tersembunyi pun dapat ditemukan. Hasil CT Scan
sehingga tuba eustachius tidak dapat berfungsi kepala pada pasien ini menunjukkan adanya tumor
dengan semestinya, yaitu, fungsi drainase, ventilasi nasofaring sisi kanan sugestif maligna dengan
dan proteksi. Tuba eustachius pada normalnaakan perluasan ke parafaring disertai limfadenopati. Hal
membuka saat menelan dan menguap, dengan tersebut semakin mengarahkan bahwa terdapat suatu
adanya tumor, tuba eustachius akan trertutup dan tumor didaerah nasofaring.
menimbulkan tekanan negatif di telinga tengah.
Gangguan akibat hal ini dapat berupa rasa tidak Diagnosis pasti ditegakkan dengan
nyaman, telinga berdenging (tinitus), seperti keluhan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan
yang dirasakan oleh pasien ini dan nyeri telinga dengan dua cara, yaitu dari hidung atau dari mulut,
(otalgia). Lama-kelamaan, keluhan ini akan dipandu dengan menggunakan nasofaringoskop.
menyebabkan gangguan pendengaran, sehingga Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan
5
menyebabkan pasien datang ke dokter. analgesia topikal xylocain 10%. Hasil pemeriksaan
biposi pada pasien ini didapatkan kesimpulan
Akibat tumbuhnya tumor di nasofaring, gambaran mikroskopik sesuai untuk Nasofaringheal
timbullah gejala-gejala di nasofaring, yaitu epistaksis. Carcinoma Non Keratinezed Dedifferentiated.
Epistaksis terjadi diakibatkan karena dinding tumor
yang rapuh. yang dapat mengalir ke hidung atauopun Menurut AJCC tahun 2010, relative five year
ke mulut, seperti yang dialami oleh pasien ini atau survival rates pada pasien karsinoma nasofaring
12
hidung tersumbat, karena adanya tumor menghambat stadium IIII adalah 62% . Pasien ini didiagnosis
proses jalannya udara untuk bernapas, namun tidak
dengan karsinoma naso faring stadium III
ditemukan pada pasien ini.
sehingga pilihan tatalaksananya adalah
Pasien juga mengeluhkan pipi kanan terasa kemoradiasi10. Kemoterapi neoadjuvan adalah
kebas. Pada karsinoma nasofaring, dapat tejadi gejala pemberian obat-obatan sitotoksik sebelum radioterapi.
saraf seperti pada pasien ini akibat parese nervus V Keuntungan dari jenis kemoterapi ini adalah
10 kesempatan untuk mengeradikasi metastasis mikro
(trigeminus) cabang I.
11.
lebih besar dan progresifitas tumor dapat dikontrol.
Penurunan berat badan ada dari 86 kg Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi
menjadi 70 kg dalam 1 tahun terakhir. Keadaan mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat
tersebut merupakan salah satu gejala paraneoplastik radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi
pada seseorang yang menderita keganasan. tidak begitu radiosensitif.
4

Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda Pasien ini memiliki kebiaasaan terpapar asap
adanya metastasis, yaitu nyeri kepala, muntah- ketika memasak di dapur rumah makan dan merokok.
muntah, sesak napas, gangguan BAK dan BAB. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya karsinoma
nasofaring sehingga pasien perlu diedukasi seperti
Pasien adalah seorang juru masak dan penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta
sudah tepapar asap sejak 7 tahun yang lalu. Pasien mengubah cara memasak makanan untuk mencegah
juga memiliki riwayat merokok selama 30 tahun, 3 akibat buruk yang timbul dari bahan-bahan yang
bungkus perhari. Paparan asap dan merokok berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup
merupakan faktor risiko dari kanker nasofaring. yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-
ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, 10
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.
pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan kavum nasi
dextra dan sinistra lapang. Sekret tidak ditemukan. DAFTAR PUSTAKA
Konka inferior dextra dan sinistra tampak eutrofi
berwarna merah muda, Permukaan licin dan tidak
1. Firdaus, M.A & Prijadi, J. 2013. Kemoterapi
udema. Pada rinoskopi posterior, sulit dinilai. Neoadjuvan pada Karsinoma Nasofaring. Diakses
Diagnosis karsinoma nasofaring dapat ditegakkan dari www.repository.unand.ac.id pada tanggal 30
berdasarkan hasil biopsi. Pemeriksaan biopsi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November-Desember 2018 12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

September 2017 pukul 22.00 WIB


2. Maulana A.S dkk. 2010. Kasus Karsinoma
Nasofaring di RSD dr. Soebandi Jember Periode
2009-2010. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
3. Adams GL, Boeis LR, dan Higler PH. Boies : Buku
Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. 2015.
4. Chua MLK, Wee JTS, Hui EP. 2015.
Nasopharingeal carcinoma.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00055-0.
Diunduh pada 1 Oktober 2017.
5. Roezin A & Adham M. 2012. Karsinoma
Nasofaring, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, Balai Penerbit
FK-UI, Edisi Ketujuh, Jakarta, pp.158-163
6. Kamran SC, Riaz NR, Lee N. 2015.
Nasopharingeal carcinoma.
http://dx.doi.org/10.1016/j.soc.2015.03.008.
Diunduh pada 1 Oktober 2017.
7. Ariwibowo H. 2013. Faktor Risiko Karsinoma
Nasofaring. CDK-204. Vol. 40. No. 5.
8. Ryan M dan Permana PH. 2016. Case Report:
Karsinoma Nasofaring. Bagian THT-KL RSUP dr.
M Djamil Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
9. Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini dan
Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok
Bedah Kepala Leher. Universitas Padjadjaran.
2017:44(7).
10. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012.
11. Hui EP, Chan ATC. The Evolving Role Of
Systemic Therapy In Nasopharyngeal Carcinoma:
Current Strategies And Perspectives. Dalam:
Busson P. Nasopharyngeal Carcinoma. Keys For
Translational Medicine And Biology. Springer.
2013
12. American Cancer Society. Survival Rates for
Nasopharyngeal Cancer By Stage. 2016.
13. Auseam, Alex, Sergio RdM, Mrily C. 2012.
Analysis of nasopharyngeal carcinoma risk factors
with Bayesian networks. Artificial Intelligence in
Medicine: page 53– 62.
14. Aulina, Susi, Kurnia B, Jumraini T, Faisal I. 2016.
Modul Problem Based Learning Nyeri Kepala.
Fakultas Kedokteran Univeritas Hasanuddin :
Makasar
15. Arleen N, Suryatenggara, Dalima A, Astrawinata.
2012. Sindrom Hormon Antidiuretik Berlebih
dalam Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory. Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Indonesia : Surabaya. Vol
18 No 22

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai