Anda di halaman 1dari 2

Aku laki-laki, akan malu jika melamarmu hanya memiliki modal cinta dan kemudian berkata “Soal

materi bisa dicari bersama-sama,”. Karena tentu saja orangtuamu tidak akan merelakan anak
mereka dengan laki-laki yang hanya bermodal ucapan semata. Dan sebelum menemui mereka untuk
meminta restu menikahimu, aku akan memperbaiki hidupku sejenak dengan jadi lelaki pekerja
keras.

Jika perempuan perlu memiliki pendidikan yang baik sebelum memutuskan untuk menikah, apalagi
laki-laki. Aku juga sebagai laki-laki, sangat perlu memiliki pendidikan yang tinggi untuk kemudian
berani melamarmu, di depan kedua orangtuamu.

Kelak, kita akan menjadi orang tua juga bukan? Kamu akan jadi madrasah pertama untuk anak-anak
kita, dan aku akan jadi kepala sekolahnya. Yang bertanggungjawab dan bisa dipercaya untuk
menjaga “madrasah” kita.

Dengan pendidikan yang tinggi, tentu akan jadi kebanggaan tersendiri untukku saat nanti kau
perkenalkan dengan keluarga besar. Bukan untuk menyombongkan diri atau untuk menginjak-injak
harga dirimu sebagai wanita, malah sebaliknya, dengan pendidikan tinggiku, aku juga ingin
mengangkat derajatmu sebagai istri nanti.

Sebelum meminangmu untuk jadi kawan hidupku, aku ingin membayar lunas mimpi-mimpi yang
selama ini belum bisa aku capai. Impian yang sampai saat ini masih aku upayakan.

Buatku, membahagiakan orangtuaku kini belum terlaksana dengan baik. Dan bagaimana bisa aku
menjanjikan kebahagiaan padamu padahal bertanggung jawab untuk diri sendiri dan keluarga aku
belum mampu.

Biarkan aku menuntaskan mimpi masa muda, memiliki pekerjaan yang selalu aku jadikan
penyemangat untuk menuntaskan studi dan sebagai unjuk bakti untuk orangtuaku sendiri.

Karena cita-cita terbesar dalam hidupku adalah ingin melihat ayah dan ibuku bangga dan bisa
menjadi tumpuan di hari senja mereka.

Aku mungkin bukan pria yang romantis, atau bahkan humoris seperti keinginan wanita kebanyakan.
Aku memang terlihat ambisius dalam bekerja, tapi semua kerja keras yang aku lakukan adalah bukti
bahwa aku tidak akan membiarkan kamu kelak hidup kesusahan.

Aku akan membahagiakanmu, dengan cara tidak akan membiarkanmu merasakan pahitnya hidup
bersamaku nanti.
Orangtuamu saja begitu mati-matian membahagiakan kamu, dan pantang bagiku mengajakmu hidup
susah setelah bersamaku nanti. Tidak ada pembuktian lainnya yang ingin aku buktikan selain kepada
ayah dan ibumu bahwa aku, bisa memperlakukan putri mereka layaknya seorang ratu.

Bukannya ingin mempermainkan perasaanmu dengan tak segera mengajak berkomitmen lebih
lanjut. Karena buatku, menikahi seorang wanita tidak cukup memiliki cinta serta pengertian semata.
Di pundakku nanti, akan ada tanggung jawab besar sebagai suami.

oleh : Galuhorlando

Anda mungkin juga menyukai