MAKALAH Enzim
MAKALAH Enzim
ENZIM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia
Yang dibina oleh Bapak Subandi, Drs., M.Si., Dr., H., Prof., dan Ibu Dian Nugraheni,
S.Pd., M.Sc.
Disusun Oleh :
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
hingga tugas mata kuliah BIOKIMIA tentang Enzim. Meski didalamnya masih banyak
kekurangan. Terima kasih pula kami sampaikan kepada Dosen pengangampu Mata Kuliah
BIOKIMIA atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi yang membacanya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran serta usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Besar harapan semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kelompok kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan ini diwaktu yang akan datang.
(Penyusun)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dan Sifat-Sifat Enzim.....................................................................5
2.2 Struktur Enzim..............................................................................................5
2.3 Fungsi Enzim Sebagai Katalisator................................................................7
2.4 Klasifikasi Dan Tatanama Enzim..................................................................8
2.5 Pembentukan Kompleks Enzim-Subtrat.....................................................13
2.6 Mekanisme Kerja Enzim.............................................................................16
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzimatik.............17
2.8 Pengertian Dan Fungsi Kofaktor Dan Koenzim ........................................20
2.9 Kinetika Reaksi Enzimatis..........................................................................24
2.10 Pengertian,Fungsi, Dan Mekanisme Inhibisi Enzim ..................................31
2.11 Uji Aktivitas Enzim ....................................................................................35
2.12 Contoh Enzim Yang Terlibat Pada Sistem Pencernaan ..............................38
2.13 Manfaat Enzim Dalam Klinis .....................................................................43
2.14 Jenis Penyakit Disebabkan Defisiensi Enzim.............................................45
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap sel hidup dalam organisme memerlukan tenaga (energi) untuk kelangsungan
hidupnya. Tenaga tersebut diperoleh dari serangkaian reaksi pembongkaran
(katabolisme) bahan-bahan manakan (nutrisi) yang utamanya adalah glukosa (sumber
energi utama hasil konversi energi matahari menjadi energi kimia melalui proses
fotosintesis). Energi tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan seluruh proses-
proses fisiologi dan biokimia di dalam sel dan system tubuh melalui berbagai reaksi.
Seluruh proses dan reaksi tersebut dilakukan dalam kondisi terjaga, dan memerlukan
katalisator yang disebut Enzim
Hal-hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Pengetahuan
tentang enzim telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan nama
katalis untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak ikut
bereaksi. Namun, proses kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim telah dikenal
sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau peragian,
dan pembuatan asam cuka.
Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada
sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas
enzim diasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter
berargumen bahwa protein hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein
sendiri tidak dapat melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner
berhasil mengkristalisasi enzim urease dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein
murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni dapat berupa enzim dan hal ini
secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim pencernaan
pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan Nobel
tahun 1946 pada bidang kimia.
Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur
enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada
lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna
lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh sekelompok
ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips dan dipublikasikan pada tahun 1965.
Struktur lisozim dalam resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi struktural
dan usaha untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada tingkat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan fungsi biologis enzim ?
2. Bagaimana struktur enzim ?
3. Apa saja fungsi enzim sebagai Katalisator ?
4. Bagaimana klasifikasi dan tatanama enzim ?
5. Bagaimana pembentukan kompleks enzim-substrat?
6. Bagaimana mekanisme kerja enzim ?
7. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik ?
8. Apa pengertian dan fungsi kofaktor dan koenzim ?
9. Bagaimana kinetika reaksi enzimatis ?
10. Apa pengertian, fungsi, dan mekanisame inhibisi enzim ?
11. Bagaimana uji aktivitas enzim ?
12. Apa saja enzim yang terlibat dalam pencernaan ?
13. Apa manfaat enzim dalam klinis ?
14. Jelaskan jenis-jenis penyakit karena defisiensi enzim ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan sifat dan fungsi biologis enzim.
2. Menjelaskan struktur enzim.
3. Menjelaskan fungsi enzim sebagai Katalisator.
4. Menjelaskan klasifikasi dan tatanama enzim.
5. Menjelaskan pembentukan kompleks enzim-substrat.
6. Menjelaskan mekanisme kerja enzim.
7. Menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.
8. Menjelaskan pengertian dan fungsi kofaktor dan koenzim.
9. Menjelaskan kinetika reaksi enzimatis.
10. Menjelaskan pengertian, fungsi, dan mekanisame inhibisi enzim.
11. Menjelaskan uji aktivitas enzim.
12. Menyebutkan contoh-contoh enzim yang terlibat dalam pencernaan.
13. Menjelaskan manfaat enzim dalam klinis.
14. Menjelaskan jenis-jenis penyakit karena defisiensi enzim.
BAB I
PEMBAHASAN
Definisi Enzim
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi
yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim
mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk.
Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia dimana senyawanya tidak
mengalami perubahan secara permanen. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung
pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan
enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
Enzim juga berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimiaorganik
Sifat-Sifat Enzim
Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.
2. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60° C, karena enzim tersusun
dari protein yang mempunyai sifat thermolabil. Pertambahan suhu akan menaikkan
aktivitas enzim, sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim. Pada umumya suhu
berada pada 50-60 0C (Martoharsono, 1984).
3. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim.
4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan
dapat digunakan berulang-ulang.
5. Bekerjanya ada yang didalam sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim), contoh
ektoenzim: amilase,maltase.
6. Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang
mengkatalisis reaksi dua arah, contoh: lipase, mengkatalisis pembentukan dan
penguraian lemak.
lipase
Lemak+H20 --> Asam lemak + Gliserol
7. Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan
tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.
8. Umumnya enzim tak dapat bekelja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang
disebut kofaktor.
2.2 STRUKTUR ATAU BAGIAN-BAGIAN ENZIM
Pada awalnya, penamaan enzim tidak memiliki tata cara tertentu. Enzim diberi nama
sesuai dengan kehendak penemunya, yaitu dengan mempertimbangkan sedikit atau
banyak ciri dari enzim tersebut. Hal ini menyebabkan penamaan enzim dan istilah umum
untuk biokatalis menjadi bermacam-macam. Pasteur menggunakan istilah ferment,
sedangkan Kuhne menggunakan istilah dari bahasa Yunani, yaitu enzim. Tidak adanya
pegangan/panduan dasar penamaan enzim, muncullah nama trivial (nama umum), yang
beberapa diantaranya masih digunakan hingga sekarang. Contoh nama trivial enzim
adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1898, Duclaux memberi nama enzim dengan penambahan –ase pada kata
dasar nama enzim, misalnya amilase, lipase, isomerase, dan lain-lain. Penamaan dengan
penambahan –in mulai ditinggalkan, kecuali beberapa yang sudah dikenal seperti tripsin,
pepsin, fisin, risin, papain, dan beberapa enzim pemecah protein berasal dari tanaman.
Penamaan enzim berdasar substrat, yang menjadi akar/dasar kata enzim adalah substrat
dan ditambah akhiran –ase. Seperti enzim urease, lipase, protease, amilase, berturut-turut
mengubah urea, lemak, protein dan amilum. Sistem penamaan ini tidak akan
menimbulkan masalah jika jenis reaksi yang dialami oleh substrat tersebut hanya satu
macam. Namun penamaan sistem ini menimbulkan masalah jika substratnya sama,
dikatalisis oleh enzim yang berbeda dengan reaksi yang berbeda pula Contohnya adalah
reaksi oksidasi glukosa oleh dua enzim yang berbeda.
Pada saat ini, telah dikenal kurang lebih 2000 jenis enzim. Dengan semakin
banyaknya jenis enzim yang ditemukan, tidak mungkin memberi nama enzim
berdasarkan substrat atau jenis reaksinya. Untuk mengatasi hal tersebut,
dikembangkanlah sistem klasifikasi/penggolongan. Suatu sistem penggolongan yang
tepat dan deskriptif haruslah didasarkan pada suatu tata nama yang tepat pula. Pada
uraian sistem penamaan tersebut di atas, terlihat bahwa penamaan yang kurang tepat
akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.
Menyadari pentingnya klasifikasi dan tata nama enzim, pada tahun 1955
International Union of Biochemistry (IUB) bekerja sama dengan International Union of
Pure and Applied Chemistry (IUPAC) membentuk komisi pakar untuk
mengklasifikasikan enzim. Dasar pengklasifikasian yang dilakukan komisi pakar IUB
adalah jenis reaksi. Komisi ini mengelompokkan semua jenis enzim yang ada ke dalam 6
kelas. Keenam kelas disusun dalam urutan tertentu dan diberi nomor yang tetap dan tidak
boleh diubah-ubah. Keenam kelompok/kelas utama enzim tersebut adalah
oksidoreduktase (kelompok 1), transferase (kelompok 2), hidrolase (kelompok 3), liase
(kelompok 4), isomerase (kelompok 5) dan ligase (kelompok 6).
Tata nama IUB mampu membedakan satu jenis enzim dengan lainnya, serta
memberikan kejelasan reaksi yang dikatalisis. Tata nama juga mempermudah penamaan
enzim yang baru ditemukan. Penamaan dengan 4 digit tidak memungkinkan 2 enzim
berbeda memiliki nomor yang sama. Meskipun demikian, penamaan menurut IUB ini
cukup panjang untuk ditulis dan cukup rumit untuk diingat dan digunakan dalam
komunikasi lisan. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah enzim lebih diingat dengan
nama generiknya, seperti laktat dehidrogenase (LDH), aspartate aminotransferase (AST),
alanine aminotransferase (ALT), dan lain-lain.
Tata nama IUB juga memiliki kelemahan. Enzim pepsin, tripsin, kimotripsin, elastase,
papain, bromelain dan sejenisnya, tidak dapat dinomori selengkap enzim lain. Nama
substrat enzim ini juga tidak spesifik, karena memecah seluruh protein asal memiliki
residu asam amino tertentu. Enzim ini hanya dapat diberi nomor 3 saja. Tata nama IUB
juga belum mampu mengklasifikasikan dan menamai isozim, yaitu enzim-enzim dengan
struktur yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang sama. Contohnya enzim LDH
memiliki 5 bentuk isozim yang terdapat pada jaringan yang berbeda-beda. Kelima jenis
LDH ini mengkatalisis reaksi yang sama, serta substrat dan koenzim yang sama pula
(Susanti, 2016).
Suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi
saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau
kontak antara enzim dengan substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi
pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan
hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan
hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka
tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat
berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai
kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya
kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat
sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
Mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim-
substrat. Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim
meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang
diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA2.
Gambar 2.3
Penurunan energi aktivasi inilah yang dilakukan dengan membentuk kompleks dengan
substrat, hal ini dikarenakan setiap enzim bertindak atas target tertentu yaitu substrat,
yang diubah menjadi produk yang dapat digunakan melalui aksi enzim. Setelah reaksi
selesai, enzim tetap sama, tapi substrat mengubah produk. Setelah produk dihasilkan,
kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan
substrat yang lain. Misalnya sukrase, tindakan enzim pada substrat sukrosa untuk
membentuk produk fruktosa dan glukosa.
Gambar 2.4
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis.
Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik
sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik
sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu
yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus
saling komplementer. Mekanisme reaksi enzimatis dapat digambarkan dengan beberapa
metode atau model:
Sedangkan menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan
bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk dihasilkan,
maka enzim akan dilepaskan dalam bentuk bebas dan dapat bereaksi kembali dengan
substrat yang baru.
Gambar 2.6
Cara Kerja Enzim :
1. Pengaruh pH
Potensial Hidrogen (pH) merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan apabila bekerja dengan enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya mampu
bekerja pada kondisi pH tertentu saja. Suatu kondisi pH dimana enzim dapat bekerja
dengan aktivitas tertinggi yang dapat dilakukannya dinamakan pH optimum. Sebaliknya
pada pH tertentu enzim sama sekali tidak aktif atau bahkan rusak. Hal ini dapat
dijelaskan karena diketahui bahwa enzim merupakan molekul protein, molekul protein
kestabilannya dapat dipengaruhi oleh tingkat keasaman lingkungan, pada kondisi
keasaman yang ekstrim molekul-molekul protein dari enzim akan rusak. Hubungan
antara pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dapat digambarkan dengan kurva pada
Gambar berikut :
2. Pengaruh Suhu
Seperti halnya pH, aktivitas kerja enzim juga dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan dimana enzim bekerja. Sama seperti reaksi kimia biasa, suhu biasanya dapat
mempercepat proses reaksi, namun demikian pada titik suhu tertentu kecepatan reaksi
yang dikatalisis oleh enzim akan mulai menurun bahkan aktivitasnya tidak lagi nampak.
Kondisi suhu dimana enzim dapat menghasilkan aktivitas tertinggi dinamakan suhu atau
temperatur optimum. Oleh karena enzim berstruktur protein, sebagaimana diketahui
bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga pada suhu tinggi tertentu aktivitas
enzim mulai menurun dan bahkan aktivitasnya menghilang. Hal ini sangat dimungkinkan
karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur enzim yang dapat menyebabkan
kerusakan enzim baik secara keseluruhan maupun sebagian terutama sisi aktifnya.
Hubungan antara pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dapat digambarkan dengan
kurva pada Gambar berikut :
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu,
kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Hubungan antara
pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim dapat digambarkan dengan kurva
pada Gambar berikut :
5. Inhibitor Enzim
a. Inhibitor kompetitif
Inhibitor kompetitif mempunyai struktur mirip dengan substrat, sehingga bisa pas
(fit) masuk ke active site atau tempat katalitik. Dengan demikian berkompetisi dengan
substrat untuk mencapai tempat katalitik, sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih
lambat. Penambahan kadar substrat akan mengembalikan kecepatan reaksi. Hambatan
biasanya bersifat sementara dan reversibel. Inhibitor kompetitif meningkatkan harga Km,
tetapi tidak mempengaruhi Vomax. Jadi kecepatan reaksi enzimatik bisa mencapai sama
seperti kecepatan semula apabila substrat ditambah cukup tinggi. Suksinat dehidrogenase
dapat dihambat secara kompetitif oleh asam glutamat.
b. Inhibitor nonkompetitif
Komponen utama penyusun enzim adalah protein. Meskipun ada beberapa enzim
hanya terdiri dari protein saja, seperti pepsin dan tripsin, tetapi sebagian besar enzim
memerlukan komponen selain protein. Enzim yang mempunyai gugus bukan protein,
termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein
(apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase, terdiri atas
protein dan feriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam, misalnya
askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga. Bagian yang bukan protein
dari suatu enzim, namun penting untuk aktivitas katalitik enzim disebut kofaktor.
Kofaktor terbagi menjadi 3 macam, yaitu gugus prostetik, koenzim dan ion metal.
Gugus prostetik adalah senyawa organik yang berikatan kuat dengan apoenzim, dan
selama reaksi berlangsung tidak akan dilepaskan, sulit terurai. Contoh gugus prostetik
adalah heme dan FAD. Heme merupakan gugus prostetik yang terikat permanen pada
tapak aktif dari enzim peroksidase dan katalase. Flavin adenin dinukleotide (FAD)
merupakan gugus prostetik dari enzim suksinat dehidrogenase (yaitu enzim yang
mengkatalisis perubahan suksinat menjadi fumarat pada reaksi siklus Kreb’s).
Koenzim adalah senyawa organik yang berasosiasi dengan apoenzim dan bersifat
sesaat (tidak permanen), biasanya berlangsung pada saat katalisis. Secara katalitik
koenzim bersifat tidak aktif, sehingga dapat disebut kosubstrat. Koenzim mudah
dipisahkan secara dialisis. Selanjutnya, koenzim yang sama dapat menjadi kofaktor pada
enzim yang berbeda. Pada umumnya, koenzim tidak hanya membantu enzim memecah
substrat tetapi juga bertindak sebagai aseptor sementara untuk produk yang terjadi.
Kebanyakan komponen kimia koenzim merupakan derivat dari vitamin B.
Gugus yang
No. Koenzim Contoh enzim
dipindahlan
Gliseraldehid fosfat
1. NAD Hidrogen
dehidrogenase
2. NADP Hidrogen Glukosa 6-P dehidrogenase
3. FMN Hidrogen D dan L- asam amino oxidase
Suksinat dehidrogenase,
4. FAD Hidrogen
gliserol 3P dehidrogenase
Ko-Q (Koenzim Q atau
5. Hidrogen Suksinat dehidrogenase
Quinon)
Piruvat dehidrogenase α-
6. Asam lipoat Hidrogen ketoglutarat
dehidrogenase
Nukleosida fosfat (ATP, Fosfoglukomutase,
7. Gugus fosfat
ADP, GTP, GDP) heksokinase
Gugus amino, Transaminase, rasemasinase,
8. Piridoksal fosfat (PLP) residu asam dekarboksilasi asam
amino amino
Gugus C1: folmil-,
9. Tetrahidrofolat (THF) C1 transferase
metilen-, metil
10. Biotin Karboksil (CO2) Karboksilase
Asil transferase, Ko-A
11. Ko-A (Koenzim A) Residu asil
transferase
Dekarboksilase, Asam okso
Residu hidroksi-
12. TPP (Tiamin pirofosfat) dehidrogenase,
alkil
transketolase
Ion metal merupakan salah satu bentuk kofaktor yang diperlukan untuk aktivitas
enzim tertentu. Ion metal tersebut membentuk ikatan koordinasi (coordination bond)
dengan rantai spesifik pada tempat aktif dan pada saat yang sama membentuk satu atau
lebih ikatan koordinasi pula dengan substrat. Ikatan koordinasi adalah suatu ikatan
kovalen khusus antara oksigen dan nitrogen dengan ion metal tertentu. Adanya ikatan
tersebut akan membantu polarisasi di dalam substrat, sehingga dapat dipecah oleh enzim.
Sebagai contoh disajikan pada Tabel
Berdasarkan uraian di atas, secara umum kofaktor mempunyai peran sebagai berikut:
1. Kofaktor berperan melengkapi struktur tempat aktif atau memodifikasi tempat aktif
sedemikian rupa sehingga substrat dapat melekat.
2. Kofaktor bereaksi sebagai donor elektron atau donor atom bagi substrat.
3. Kofaktor dapat bertindak sebagai resipien sementara dari produk suatu reaksi, atau
elektron maupun proton yang selanjutnya dapat kembali ke bentuk semula setelah
reaksi selesai.
4. Kofaktor bersama dengan residu tertentu pada tempat aktif dapat mempolarisasi
molekul substrat sehingga mudah mengalami perubahan pada proses katalitik
(Susanti, 2016).
Kinetika enzim adalah studi reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Pada
kinetika enzim, laju reaksi diukur dan dampak dari berbagai kondisi reaksi.
Mempelajari kinetika enzim dalam hal ini dapat mengungkapkan mekanisme katalitik
enzim, perannya dalam metabolisme, bagaimana aktivitasnya dikendalikan, dan
bagaimana suatu obat atau agonis dapat menghambat sebuah enzim.
A+B → P + Q (i)
Enzim dapat mengatalisasi reaksi dengan kelajuan mencapai jutaan reaksi per
detik. Sebagai contoh, tanpa keberadaan enzim, reaksi yang dikatalisasi oleh enzim
orotidina 5-fosfat dekarboksilase akan memerlukan waktu 78 juta tahun untuk
mengubah 50% substrat menjadi produk. Namun, apabila enzim tersebut
ditambahkan, proses ini hanya memerlukan waktu 25 milidetik. Laju reaksi
bergantung pada kondisi larutan dan konsentrasi substrat. Kondisi-kondisi yang
menyebabkan denaturasi protein seperti temperatur tinggi, konsentrasi garam yang
tinggi, dan nilai pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghilangkan
aktivitas enzim. Sedangkan peningkatan konsentrasi substrat cenderung meningkatkan
aktivitasnya.
E + S ES E + P
Pada reaksi enzimatis [ES] sulit diukur, yang dapat terukur dengan baik adalah
[S] atau [P] dan [E]t (Enzim total= Enzim awal= E0)
Pada [S] yg sangat besar , enzim telah jenuh dengan substrat sehingga
reaksi mendekati kecepatan maksimum= Vmaks:
Artinya:
Catatan:
Inhibitor merupakan molekul yang dapat menghambat kerja enzim. Inhibitor ada
dua jenis yaitu :
Kegunaan Inhibitor
Salah satu contoh dari reaksi kimia inhibitor irreversibel adalah reaksi
diisopropylfluorophosphates dengan serine proteases, chymotrypsin and iodoacetate
yang bereaksi dengan essential sulfhydryl yang merupakan salah satu bagian dari
kelompok enzim triose phosphate dehydrogenase.
E-SH+ICH2COOH E-SCH2COOH+HI
Sedangkan contoh dari inhibitor reversible terdapat dalam reaksi succinic acid dan
FAD.
2.12 UJI AKTIVITAS ENZIM
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim dengan tujuan agar praktikan
dapat mengetahui suhu terhadap aktivitas enzim, mampu membuktikan bahwa derajat
keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim, mengetahui pengaruh konsentrasi
enzim terhadap perombakan substrat dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat
terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat
berfungsi sebagai kasalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Pada percobaan ini
praktikan menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur, gelas kimia dan alat pemanas sedangkan bahan yaitu larutan amilum
20%, enzim anmilase, larutan iodium, pereaksi benedict dan larutan HCl 0,4%.
Praktikan melakukan 4 (empat) percobaan dengan berkelompok sesuai kelompok yang
sudah ditentukan oleh pembimbing praktikum dimana praktikum ini melakukan 2 (dua)
percobaan untuk dapat menjawab tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dimana
praktikan memasukkan 2 ml larutan amilum kedalam 5 (lima) tabung reaksi dan
penambahan 1 ml enzim amilase pada masing-masing tabung yang kemudian praktikan
melakukan perlakuan pendiaman selama 15 menit terhadap suhu yang berbeda-beda
yaitu pada gelas piala yang berisi es, pada suhu kamar, pada penangas air satu dan dua,
pada penangas air yang mendidih. setelah dilakukan pendiaman kemudian dilakukan uji
dengan larutan iodium sehingga didapat bahwa pada suhu 0 °C warna tetap coklat tua
dan terdapat endapan warna hitam, pada suhu 25-30 °C warna berubah menjadi merah
bata, pada suhu 37-40 °C warna berubah menjadi merah bata, pada suhu 75-80 °C
warna tetap coklat tua, pada suhu 100 °C warna berubah menjadi biru pekat sedangkan
pada uji benedict pada suhu 0 °C warna bening berada diatas sedangkan warna biru
menggumpal didasar gelas piala tetap, pada suhu 25-30 °C warna tetap biru, pada suhu
37-40 °C warna tetap biru, pada suhu 75-80 °C warna tetap tetap biru, pada suhu 100
°C warna tetap biru.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu terhadap aktivitas
enzim dapat dilihat pada kenaikan suhu yang bisa menyebabkan denaturasi dan bagian
aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
Literatur yang mendukung kesimpulan tersebut yaitu suhu rendah mendekati titik beku
tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu
lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu
tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu
optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37° C.
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C, karena
terjadi denaturasi (Hafiz Soewoto, 2000).
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh pH terhadapa aktivitas air dimana pada 3
(tiga) tabung reaksi dilakukan pengisian tabung reaksi pertama diisi 2 ml larutan HCl
0,4%, tabung reaksi kedua diisi 2 ml aquadest, tabung reaksi ketiga diisi Na 2CO3 1%
dan penambahan 2 ml larutan amilum pada ketiga tabung reaksi yang kemudia
dilakukann pencampuran agar homogen. Setelah dilakuan pencampuran maka dibiarkan
selama 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada
percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim,
dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji iodium dan uji
Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya
enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
1. Pada Mulut
Enzim Amilase atau Ptialin memiliki fungsi untuk mengubah pati / amilum / zat
tepung menjadi maltosa. Peristiwa perombakan oleh ptialin tersebut terjadi pada pati
atau zat tepung yang terkandung di dalam bahan makanan, seperti kentang atau nasi.
Untuk membuktikannya sobat dapat mencoba untuk memakan nasi dan
mengunyahnya agak lama (sekitar 3 menit) dan rasakan apa yang terjadi, nasi yang
sobat kunyah akan terasa manis. Hal tersebut karena peran enzim ptialin / amilase
ini.
2. Pada Lambung
Asam Lambung (HCl)
Asam Lambung (HCl), adalah zat kimia yang berfungsi untuk membunuh bakteri
yang masuk bersamaan dengan makanan yang kita makan. Selain itu, Asam
Lambung juga membantu kerja enzim pepsin dalam mengubah protein.
Enzim Pepsin
Enzim Pepsin, adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah protein menjadi
pepton, polipeptida dan proteosa.
Enzim Renin
Enzim Renin, adalah enzim yang mempunyai fungsi mengubah kaseinogen menjadi
kasein.
Enzim Lipase Gastrik
Enzim Lipase Gastrik, adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah trigliserida
menjadi asam lemak
3. Pada Pankreas
Berikut macam-macam enzim yang dihasilkan pankreas beserta fungsinya:
Enzim Amylase
Enzim amilase pankreas, adalah enzim yang memiliki fungsi untuk mengubah
amilum menjadi disakarida.
Enzim Lipase Pankreas
Enzim lipase pankreas / Lipase Steapsin adalah enzim yang memiliki fungsi
untuk mengemulsikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Enzim Tripsin
Enzim Tripsin, adalah enzim yang memiliki fungsi untuk mengubah protein menjadi
polipeptida.
Enzim Karbohidrase Pancreas
Enzim karbohidrase pankreas, adalah enzim yang memiliki fungsi untuk mencerna
amilum menjadi maltosa (memecah gula dalam makanan).
4. Pada Usus
Enzim Paptidase
Enzim Paptidase, adalah enzim yang berfungsi untuk menrubah polipeptida menjadi
asam amino.
Enzim Sukrase
Enzim Sukrase, adalah enzim yang berperan dalam mengubah Sukrosa menjadi
Glukosa dan Fruktosa
Enzim Maltase
Enzim maltase, adalah enzim yang berfungsi untuk menrubah maltosa menjadi
glukosa.
Enzim Laktase
Enzim laktase, adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi
Galaktosa dan Glukosa.
Enzim Enterokinase
Enzim Enterokinase (enzim khusus), adalah enzim yang memiliki fungsi untuk
mengubah Tripsinogen menjadi Tripsin yang digunakan dalam saluran pankreas.
Enzim Lipase
Enzim Lipase Usus, adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah Lemak menjadi
Gliserol dan asam lemak.
Enzim Disakarase
Enzim Disakarase, adalah enzim yang berfungsi untuk mengubah disakarida menjadi
monosakarida.
Enzim Erepsin
Enzim Erepsin / dipeptidase, adalah enzim yang berfungsi untuk menrubah pepton
atau dipeptida menjadi asam amino (Prawirohartono, 2004).
Enzim merupakan suatu zat yang sangat penting dalam tubuh kita, proses
pencernaan dan penyerapan nutrisi makanan tidak dapat berjalan tanpa adanya enzim
sehingga mengalami gangguan pencernaan atau maladegesti. Selain itu tubuh juga akan
mengalami gangguan penterapan (malabsorpsi). Gejala seseorang terkena malabsorpsi
adalah perut kembung, nafsu makan menurun, diare, suara usus (seperti orang
kelaparan) meningkat. Jika tubuh mengalami kekurangan enzim yang kronis, maka
akan menderita malgizi. Kondisi ini akan berakibat pada menurunnya berat badan dan
daya tubuh. Seseorang yang menderita malgizi akan merasakan nyeri ulu hati, mual,
muntah-muntah, sering bersendawa. Kondisi ini menjadi rentan terhadap penyakit.
Jenis-jenis penyakit karena defisiensi enzim :
1. Penyakit Maple Syrup Urine Disease (MSUD). Penyakit berupa penumpukan asam
amino ini bisa menyebabkan air urine menyerupai aroma syrup karena kekurangan
enzim BCKD.
2. Penyakit Fabry. Kurangnya enzim ceramide trihexosidase atau alpha galactosidase A
yang dipakai untuk proses metabolisme lipid bisa menyebabkan gangguan berupa
penyakit fabry. Lipid merupakan substansi yang mengandung lilin, asam lemak, dan
minyak. Mutasi yang terjadi pada gen yang mengatur kerja enzim ini bisa
membahayakan sistem kardiovaskuler, ginjal, sistem saraf otonom, dan mata karena
lipid tidak diproses dengan sempurna. Pada wanita yang mengalami mutasi genetik ini,
gejala yang timbul diantaranya muncul bercak-bercak kecil berwarna merah keungu-
unguan pada kulit. Rasa perih akan parah saat berolahraga atau saat mandi air hangat.
Sementara pada pria, gejalanya berupa korne menjadi berkabut. Penumpukan lipid bisa
meningkatkan risiko stroke, gangguan sirkulasi arteri, serta serangan jantung.
3. Penyakit Nimann-Pick. Penyakit ini bisa menyebabkan susah makan, kerusakan saraf,
serta pembesaran organ hati pada bayi.
4. Phenylketonuria (PKU). Kekurangan enzim PAH bisa mengakibatkan tingginya kadar
fenilalanin dalam darah dan mengakibatkan keterbelakangan mental.
5. Penyakit Tay-Sachs. Kerusakan saraf yang progresif terjadi pada orang yang menderita
penyakit ini. Balita biasanya hanya bertahan sampai usia 4-5 tahun.
6. Sindrom Hurler. Penyakit ini bisa menyebabkan pertumbuhan terlambat serta struktur
tulang tidak normal. Karena bersifat genetik, penyakit yang disebutkan di atas tidak
bisa disembuhkan. Penanganan yang dilakukan semata-mata untuk meringankan
gejalanya. Seperti mengurangi konsumsi obat-obatan dan makanan yang sulit tercerna
dengan baik, dengan mengganti enzim yang hilang atau tidak aktif, atau dengan detoks
darah untuk menghilangkan penumpukan bahan beracun karena gangguan
metabolisme.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pada sistem biologi,
sebagian besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim.
Molekul yang dapat menghambat kerja enzim, disebut inhibitor. Inhibitor ada
dua jenis yaitu : inhibisi irreversibel dan inhibisi reversibel (kompetitif dan
nonkompetitif).
Uji aktivits enzim betujuan untuk mengetahui suhu terhadap aktivitas enzim,
mampu membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas
enzim, mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat
dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Hunter T. 1995. Protein kinases and phosphatases: the yin and yang of protein
phosphorylation and signaling. Jurnal Cell
Stryer, L. 2000. Biokimia Vol 2 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC