Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dengan judul “Hubungan Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan dalam


Keluarga dengan Praktik Cuci Tangan pada Anak Pra Sekolah di Taman Kanak-
kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang” telah
dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 103 orang dan diperoleh hasil
sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman Kanak-kanak Tegalsari merupakan sekolah yang didirikan oleh


Pemerintah Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang sejak
tahun 1995. TK ini diampu oleh seorang kepala sekolah dan enam guru
pengajar. Kegiatan belajar-mengajar TK Tegalsari dilaksanakan setiap hari
Senin-Sabtu. TK Tegalsari merupakan salah satu TK yang telah
melaksanakan pendidikan kesehatan. Pendidikan yang dilakukannya
adalah pembiasaan cuci tangan dan membuang sampah pada tempatnya.

2. Karakteristik Responden

a. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dari penelitian diketahui karakteristik orang tua responden diketahui


sebagian besar (74 ,8%) orang tua responden berpendidikan dasar. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

40
41

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman
Kabupaten Batang Tahun 2013
(n=103)

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)


Pendidikan dasar 77 74,8
Pendidikan menengah 22 21,4
Pendidikan tinggi 4 3,9
Jumlah 103 100 %

b. Pekerjaan Orang Tua

Dari penelitian diketahui karakteristik orang tua responden diketahui


sebagian besar (66%) orang tua responden bekerja sebagai petani. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n=103)

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)


Petani 68 66,0
Buruh 8 7,8
Pedagang/ wiraswasta 21 20,4
Pekerja swasta 5 4,9
PNS 1 1
Jumlah 103 100 %

3. Analisis Univariat

a. Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia prasekolah di Taman


Kanak-Kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten
Batang didapatkan nilai mean sebesar 14,50, median sebesar 15,00,
nilai minimum sebesar 8, nilai maksimum sebesar 19 dan standar
deviasi sebesar 2,559. Setelah dikategorikan dengan cut off point (15)
maka hasil penelitian sosialisasi kebiasaan cuci tangan pada anak usia
42

pra sekolah di Taman Kanak-kanak Tegalsari adalah sebagian besar


responden mendapatkan sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam
keluarga responden yang kurang (62,1%) terutama dalam hal
menyediakan kebutuhan cuci tangan seperti sabun dan lap kering dan
mengajarkan anak cuci setelah cebok yaitu terdapat 57 orang (55,3%)
tidak menyediakan sabun untuk cuci tangan, 50 orang (48,5%) tidak
mengajarkan anak yang sakit untuk mencuci tangan dengan sabun
setelah cebok dan 48 orang (46,6%) tidak menyediakan lap kering di
dekat tempat cuci tangan. Hasil kategori sosialisasi kebiasaan cuci
tangan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan di Taman Kanak-kanak
Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n= 103)

Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 39 37,9
Kurang 64 62,1
Jumlah 103 100 %

b. Praktik Cuci Tangan

Hasil penelitian tentang praktik cuci tangan anak usia pra sekolah di
Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari melalui observasi diperoleh hasil
nilai mean sebesar 4,62, median sebesar 4,00, nilai minimum sebesar
2, nilai maksimum sebesar 6 dan standar deviasi sebesar 1,314. Hasil
pengkategorian praktik cuci tangan diketahui sebagian besar responden
melakukan praktik cuci tangan yang kurang baik (56,3%) terutama
dalam hal cara mencuci tangan seperti 45 orang (43,7%) tidak
menggosok tangan dengan seksama selama 20 detik dan 35 orang
(34%) tidak menggunakan sabun dan menggosok sabun sampai
berbusa. Hasil kategori praktik cuci tangan dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut:
43

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Praktik Cuci Tangan di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Tahun 2013 (n= 103)

Praktik Cuci Tangan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 45 43,7
Kurang 58 56,3
Total 103 100 %

4. Analisis Bivariat

Hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov data hasil penelitian diperoleh


sig sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti distribusi data penelitian tidak
normal, sehingga analisa data bivariat yang digunakan adalah korelasi
spearman rank.

Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-smirnov

Variabel Signifikansi Keterangan


Sosialisasi kebisaan cuci tangan 0,000 Tidak normal
Praktik cuci tangan 0,000 Tidak normal

Hasil uji korelasi sperman rank diperoleh nilai rs sebesar 0,644. Hal ini
berarti terdapat hubungan yang kuat antara hubungan sosialisasi kebiasaan
cuci tangan dalam keluarga dengan praktik cuci tangan pada anak pra
sekolah di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman
Kabupaten Batang dan mempunyai arah hubungan yang positif. Hal ini
berarti semakin baik sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga
maka semakin baik praktik cuci tangan pada anak usia pra sekolah. Untuk
lebih jelasnya ditunjukkan pada diagram berikut :
44

Diagram 4.1
Diagram Tebar Hubungan Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan dalam Keluarga
dengan Praktik Cuci Tangan pada Anak Pra Sekolah di Taman Kanak-kanak
Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n= 103)

6         

5    

aktik

4         
Pr

3        

2 

10.0 12.5 15.0 17.5

Sosialisasi

Dari hasil uji statistik diperoleh  value sebesar 0,000< 0,05, yang berarti
ada hubungan sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga dengan
praktik cuci tangan pada anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Desa
Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang seperti pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6.
Distribusi Hubungan Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan dalam Keluarga dengan
Praktik Cuci Tangan pada Anak Pra Sekolah di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Tahun 2013 (n= 103)

Sosialisasi Praktik Cuci Tangan


Kebiasaan Cuci Baik Kurang Total ρ value rs
Tangan f % f % f %
Baik 33 84,6 6 15,4 39 100 0,000 0,644
Kurang 12 18,8 52 81,3 64 100
Total 45 58 103

Berdasarkan tabel silang, diketahui dari 39 anak mendapatkan sosialisasi


kebiasaan cuci tangan yang baik, terdiri dari 33 orang (84,6%) melakukan
praktik cuci tangan yang baik dan 6 orang (15,4%) kurang. Dari 64 orang
mendapatkan sosialisasi kebiasaan cuci tangan yang kurang, terdiri dari 12
orang (18,8%) melakukan praktik cuci tangan yang baik dan 52 orang
(81,3%) melakukan praktik cuci tangan yang kurang. Hal ini berarti bahwa
45

anak usia pra sekolah yang mendapatkan sosialisasi yang baik akan
melakukan praktik cuci tangan yang baik pula.

Tabulasi silang tingkat pendidikan orang tua responden dengan sosialisasi


kebiasaan cuci tangan pada anak usia pra sekolah diketahui sebagian besar
(58,3%) orang tua responden yang berpendidikan dasar melakukan
sosialisasi kebiasaan cuci tangan yang kurang. Hasil ini dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden dengan
Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan di Taman Kanak-Kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n=84)

Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan


Total
Tingkat Pendidikan Baik Kurang
f % f % f %
Pendidikan dasar 17 16,5 60 58,3 77 74,8
Pendidikan menengah 18 46,2 4 3,9 22 21,4
Pendidikan tinggi 4 3,9 0 0 4 3,9
Total 39 37,9 64 62,1 103 100
Tabulasi silang pekerjaan orang tua responden dengan sosialisasi
kebiasaan cuci tangan anak usia pra sekolah diketahui sebagian besar
(51,5%) bekerja sebagai petani. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Orang Tua Responden dengan
Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan di Taman Kanak-Kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n=84)

Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan


Total
Pekerjaan Baik Kurang
f % f % f %
Petani 15 14,6 53 51,6 68 66
Buruh 2 1,9 6 5,8 8 7,8
Pedagang/ wiraswasta 17 16,5 4 3,9 21 20,4
Pekerja swasta 4 3,9 1 1 5 4,91
PNS 1 1 0 0 1 1
Total 39 37,9 64 62,1 103 100
46

Tabulasi silang tingkat pendidikan orang tua responden dengan praktik


cuci tangan pada anak usia pra sekolah diketahui sebagian besar
(51,5%) responden dengan orang tua yang berpendidikan SD
melakukan praktik cuci tangan yang kurang. Hasil ini dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden dengan
Praktik Cuci Tangan Anak Usia Pra Sekolah di Taman Kanak-Kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Tahun 2013 (n=84)

Praktik Cuci Tangan


Total
Tingkat Pendidikan Baik Kurang
f % f % f %
Pendidikan dasar 24 23,3 53 51,5 77 74,8
Pendidikan menengah 18 17,5 4 3,9 22 21,4
Pendidikan tinggi 3 2,9 1 1 4 3,9
Total 45 43,7 58 56,3 103 100

Tabulasi silang pekerjaan orang tua responden dengan praktik cuci


tangan anak usia pra sekolah diketahui sebagian besar (43,7%) orang
tua responden yang bekerja sebagai petani melakukan praktik cuci
tangan yang kurang. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Orang Tua Responden dengan Praktik
Cuci Tangan Anak Usia Pra Sekolah di Taman Kanak-Kanak Desa Tegalsari
Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang
Tahun 2013 (n=84)

Praktik Cuci Tangan


Total
Pekerjaan Baik Kurang
f % f % f %
Petani 23 22,3 45 43,7 68 66
Buruh 1 1 7 6,8 8 7,8
Pedagang/ wiraswasta 17 16,5 4 3,9 21 20,4
Pekerja swasta 3 2,9 2 1,9 5 4,9
PNS 1 1 0 0 1 1
Total 45 43,7 58 56,3 103 100
47

B. Pembahasan

1. Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (62,1%) sosialisasi


kebiasaan cuci tangan dalam keluarga adalah kurang dan sebagian kecil
(37,9%) baik dalam memberikan sosialisasi kebiasaan cuci tangan.
Sosialisasi kebiasaan cuci tangan yang kurang terutama dalam hal
menyediakan kebutuhan cuci tangan seperti sabun dan lap kering dan
mengajarkan anak cuci setelah cebok yaitu terdapat 57 orang (55,3%)
tidak menyediakan sabun untuk cuci tangan, 50 orang (48,5%) tidak
mengajarkan anak yang sakit untuk mencuci tangan dengan sabun setelah
cebok dan 48 orang (46,6%) tidak menyediakan lap kering di dekat tempat
cuci tangan.

Sosialisasi cuci tangan yang kurang dapat dilihat dari 55,3% orang tua
yang tidak menyediakan sabun untuk cuci tangan dan 48 orang (46,6%)
tidak menyediakan lap kering di dekat tempat cuci tangan. Hal ini dapat
disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang manfaat sabun yang
sebenarnya dapat diperoleh dari media informasi atau pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.. Hal ini sesuai dengan
penelitian Apriyani (2012) yang menyatakan bahwa ada perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan.

Sabun mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kebersihan


karena dapat membunuh bakteri. Hal ini sesuai dengan Ide (2007) yang
menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun akan membuat bakteri
lepas dari tangan.

Sosialisasi kebiasaan cuci tangan yang kurang baik disebabkan pendidikan


orang tua responden yang sebagian besar berpendidikan dasar (tamat SD/
tamat SMP). Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa sebagian besar
(58,3%) orang tua responden yang berpendidikan dasar kurang dalam
melakukan sosialisasi tentang kebiasaan cuci tangan. Pendidikan orang tua
48

yang rendah menghambat dalam memperoleh informasi tentang kebiasaan


cuci tangan yang benar dan manfaat sosialisasi kebiasaan cuci tangan bagi
kesehatan anak. Orang tua dapat memperoleh informasi tentang cuci
tangan yang benar melalui pendidikan kesehatan yang diadakan oleh
petugas kesehatan menggunakan media leaflet. Hal ini sesuai dengan
Nursalam (2008) yang menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
kesehatan yaitu terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sosialisasi kebiasaan cuci tangan yang kurang yaitu terdapat 50 orang


(48,5%) tidak mengajarkan anak yang sakit untuk mencuci tangan dengan
sabun setelah cebok. Sosialisasi kebiasaan cuci tangan pada anak
sebaiknya dilakukan sejak usia dini karena pada dasarnya sosialisasi
merupakan suatu proses belajar sehingga perlu dilakukan secara
berkesinambungan dan akan menentukan perilaku anak di saat remaja dan
dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2009) yang menyatakan
bahwa sosialisasi keluarga berpengaruh terhadap perilaku prososial anak,
sedangkan Gunarsa (2002) menyatakan bahwa sosialisasi adalah suatu
proses yang dijalani seorang individu agar pedoman hidup, prinsip-prinsip
dasar hidup, ketangkasan, motif, sikap dan seluruh tingkah lakunya
dibentuk sesuai dengan peranannya saat ini maupun kelak di masyarakat.

Sosialisasi kebiasaan cuci tangan dilakukan oleh keluarga sebagai salah


satu pelaksanaan fungsi keluarga yaitu fungsi sosialisasi. Hal ini sesuai
dengan Ali (2010) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga
adalah fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan
tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan
49

belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam


keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.

Keluarga dalam melakukan sosialisasi tentang kebiasaan cuci tangan


membutuhkan suatu pengetahuan yang baik tentang cuci tangan sehingga
anak usia pra sekolah dalam keluarga dapat melakukan praktik cuci tangan
yang baik dan mencegah kejadian diare. Hal ini sesuai dengan penelitian
Anggoro (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan keluarga tentang cuci tangan dengan kejadian diare.

Pengetahuan orang tua sangat berperan dalam membentuk persepsi tentang


hidup bersih dan sehat seperti praktik cuci tangan sehingga dapat
disosialisasikan pada anak di rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nuswantoro dkk (2011) yang menyatakan bahwa kejadian diare
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan orang tua yang kurang tentang diare
sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memandang
permasalahan diare dan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Praktik Cuci Tangan pada Anak Usia Pra Sekolah

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (56,3%) praktik cuci


tangan yang baik dan sebagian kecil (43,7%) melakukan praktik cuci
tangan yang kurang terutama dalam hal cara mencuci tangan seperti 45
orang (43,7%) tidak menggosok tangan dengan seksama selama 20 detik
dan 35 orang (34%) tidak menggunakan sabun dan menggosok sabun
sampai berbusa.

Praktik cuci tangan dengan menggosok tangan dengan sabun selama 20


detik dan menggunakan sabun sampai berbusa bertujuan untuk
membebaskan tangan dari kuman sehingga dapat mencegah berbagai
penyakit seperti diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosidi (2010) yang
menyatakan ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare
pada anak, sedangkan Amaliafitri (2009) menyatakan bahwa mencuci
50

tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan


dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit
yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum
baunya.

Praktik cuci tangan yang benar perlu didukung fasilitas cuci tangan seperti
kran dengan air yang mengalir. Fasilitas cuci tangan di TK Desa Tegalsari
masih terbatas, hanya ada 1 kran mengalir tanpa wastafel cuci tangan
sehingga tidak semua anak menggunakan kran untuk mencuci tangan. Dari
hasil penelitian diketahui terdapat 23 responden yang mencuci tangan
tidak dengan air mengalir (22,3%).

Praktik cuci tangan yang kurang disebabkan tingkat pendidikan orang tua
responden sebagian besar rendah. Dari tabulasi silang dapat diketahui
bahwa sebagian besar (50,5%) responden yang melakukan praktik cuci
tangan yang kurang mempunyai orang tua yang berpendidikan SD. Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berkontribusi pada
praktik cuci tangan yang benar karena tingkat pendidikan orang tua yang
rendah menjadi kendala dalam memperoleh informasi dan mengolah
informasi tentang cuci tangan tidak baik. Hal ini menyebabkan hal-hal
yang diajarkan orang tua tentang praktik cuci tangan yang benar tidak
tepat disampaikan kepada anak.

Praktik dapat dilihat setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek


kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa
yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

Pencegahan diare pada anak usia pra sekolah dibutuhkan praktik cuci
tangan yang baik, namun dari hasil penelitian yang telah dilakukan
diketahui praktik cuci tangan anak usia pra sekolah masih kurang. Hal ini
disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh tentang cara mencuci
tangan yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mayasari (2012)
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan
51

perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan.


dimana tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD
perkotaan lebih baik dari anak SD pedesaan.

3. Hubungan Sosialisasi Kebiasaan Cuci Tangan dalam Keluarga dengan


Praktik Cuci Tangan pada Anak Pra Sekolah

Berdasarkan uji spearman rank diketahui terdapat hubungan sosialisasi


kebiasaan cuci tangan dalam keluarga dengan praktik cuci tangan pada
anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Desa Tegalsari Kecamatan
Kandeman Kabupaten Batang dengan ρ value sebesar 0,000 dan korelasi
spearman rank sebesar 0,644, yang berarti terdapat hubungan yang kuat
antara hubungan sosialisasi kebiasaan cuci tangan dalam keluarga dengan
praktik cuci tangan pada anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Desa
Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang.

Berdasarkan tabulasi silang terdapat 6 orang (15,4%) dengan sosialisasi


kebiasaan cuci tangan yang baik namun praktik cuci tangan kurang. Hal
ini disebabkan sosialisasi tidak dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga anak seringkali lupa dengan kebiasaan cuci
tangan yang diajarkan oleh orang tua. Kebiasaan cuci tangan merupakan
kebiasaan yang harus disosialisasikan sejak anak berusia dini dan terus
menerus. Keluarga mempunyai peran penting dalam mengajarkan anak
tentang cara cuci tangan yang benar yaitu cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun yang merupakan bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Proses pembelajaran tentang cuci tangan merupakan wujud
keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga yaitu fungsi sosialisasi. Hal
ini sesuai dengan Sukarwo (2012) yang menyatakan bahwa sosialisasi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) yang dimulai sejak dalam lingkup keluarga penting dilakukan
dimulai sejak dalam lingkup keluarga agar kebiasaan ini menjadi perilaku
sehat sehari-hari.
52

Berdasarkan tabulasi silang terdapat 12 orang (18,8%) dengan sosialisasi


yang kurang namun mempunyai praktik cuci tangan yang baik. Hal ini
disebabkan anak mendapatkan informasi di luar keluarga seperti dari guru
dengan cara mengajarkan cuci tangan yang benar. Hal ini sesuai dengan
penelitian Christine (2009) bahwa praktik cuci tangan yang baik
dipengaruhi adanya pemberian informasi dan proses belajar melalui
pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yang benar.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Variabel

Penelitian ini hanya mengoperasionalkan satu variabel bebas yaitu variabel


sosialisasi kebiasaan cuci tangan pada anak usia pra sekolah, sehingga
tidak dapat diketahui faktor lainnya yang mempengaruhi praktik cuci
tangan pada anak usia pra sekolah seperti pengetahuan, peran petugas
kesehatan, dukungan keluarga.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data praktik cuci tangan dilakukan dengan pengamatan.


Kehadiran peneliti (orang asing) mempengaruhi praktik cuci tangan karena
responden merasa sedang dinilai sehingga peneliti perlu bekerja sama
dengan guru agar responden tidak merasa sedang diberikan penilaian
terhadap praktik cuci tangan yang dilakukan. Instrumen penelitian
menggunakan lembar observasi sehingga dibutuhkan kesamaan persepsi
tentang cara menilai praktik cuci tangan yang benar dengan memberikan
pembinaan pada numerator tentang penilaian prakti cuci tangan yang benar
sebelum dilakukan penelitian.
53

D. Implikasi Keperawatan

Petugas kesehatan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk


mempertimbangkan peningkatan program pendidikan kesehatan tentang cuci
tangan seperti manfaat bagi kesehatan pada orang tua sehingga orang tua
mempunyai pengetahuan yang baik tentang cuci tangan dan dapat
mensosialisasikan pada anak di rumah.

Petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang cuci


tangan sebaiknya melakukan demonstrasi tentang cara mencuci tangan yang
benar sehingga dapat lebih mudah dipahami dan dipraktikan di rumah.

Petugas kesehatan dapat bekerja sama dengan sekolah dalam melakukan


pendidikan kesehatan pada anak-anak usia pra sekolah tentang cara mencuci
tangan yang benar dan membudayakan kebiasaan cuci tangan dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai