Anda di halaman 1dari 14

PREFERENSI INVESTASI ASET RIIL DAN ASET FINANSIAL DENGAN MODEL

MINIMAX REGRET TAHUN 1998 – 2015

Sri Wahyuni dan Bambang Mulyana


sri.w89@gmail.com dan bambang_0406@yahoo.co.id
Magister Manajemen, Universitas Mercu Buana

ABSTRACT
This study aims to identify and analyze how much risk and return inherent in investment instruments Real
Assets and Financial Assets under conditions of uncertainty uncertainty. The research data is an annual
time series data for the period of observation are categorized by the economic crisis in 1998, 2008 and
2015. In this study population was made all types of investment instruments in the form of Real Assets
and Financial Assets. While the sample in this study only took four investment instruments, namely two
investment instruments of Real Assets (Property and Gold) and two from Financial Assets (Stocks and
Bonds). The method used to determine the preferences of investment instruments is the minimum
investment decision analysis model regret (Minimax Regret). The results showed that the preferences of
economic investment in uncertain circumstances is an investment instrument most appropriate preference
in the form of gold assets. Decision making in the investment preferences are primarily basic approach,
investors will suffer losses if the preferences are alternative investment instruments are less than the
maximum real returns. This can be seen if investors choose gold into investment decisions, the losses will
be greater opportunity, the chance of property loss 23,21%, (6,98)% chance of losing liability and lost
opportunities shares (JCI) 11,87%.

Keywords: Real Assets, Financial Assets, Opportunity Loss, Minimun Regret.

PENDAHULUAN
Investasi yang semakin berkembang pesat di Indonesia tidak terlepas juga dengan risiko,
karenanya consultant investasi maupun calon investor dituntut mampu memperdalam wawasan,
menggali informasi dan melihat peluang investasi yang nantinya akan memberikan keuntungan
yang besar di masa depan. Kejelian investor dalam menggali informasi dan mengolah informasi
inilah yang akan dijadikan sebagai kajian preferensi untuk berinvetasi yang akan menentukan
seberapa besar keuntungan yang akan diperolehnya pada masa yang akan datang.
Terkait dengan keputusan investasi, umumnya investor akan mempertimbangkan
penanaman dananya pada suatu instrumen investasi yang menawarkan hasil menarik.
Pertimbangan dalam pemilihan instrumen investasi tak lepas dari tujuan seseorang (investor)
melakukan investasi, yang biasanya didasarkan atas pertimbangan ekonomis yaitu keinginan
untuk memperoleh pendapatan, pertumbuhan modal, pemeliharaan nilai modal atau
pertimbangan – pertimbangan lain.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi intensitas pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Oleh karenanya, dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa
berusaha menciptakan iklim yang kondusif. Untuk menggairahkan iklim investasi tentunya tidak
lepas dari hasil yang ditawarkan pada setiap instrument dan tentunya kepastian hasil menjadi
daya tarik investor, karena tujuan investasi adalah untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Berkaitan dengan masalah tersebut, maka jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis seberapa besar risk dan return melekat pada instrumen investasi Real Assets (Emas
dan Properti) dan Financial Assets (Obligasi dan Saham) dalam kondisi ketidakpastian
uncertainty menggunakan model analisis keputusan investasi Minimax Regret.

1
KAJIAN TEORI
Mengorbankan sejumlah dana saat ini dengan tujuan untuk memperoleh hasil di masa
depan, dapat diartikan sebagai investasi. Dengan kata lain investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa datang. Preferensi instrumen investasi dapat berupa aset - aset riil
maupun asset - aset finansial. Untuk menentukan apakah seseorang atau organisasi
menginvestasikan dananya dalam aset financial maupun aset riil, maka ia harus terlebih dahulu
mengetahui seberapa besar return atau pengembalian yang didapat dari investasi tersebut dan
berapakah risiko yang ditimbulkan oleh investasi tersebut. Karena terdapat dua atribut yang
selalu melekat pada investasi yaitu risiko dan hasil (risk and return). Dimana saat seorang
investor melakukan investasi maka pengorbanan terjadi saat investasi, dan hasil baru akan
diperoleh di kemudian dan besarnya tidak pasti. Preferensi instrumen investasi dapat berupa aset
riil seperti tanah, bangunan, mesin, emas, maupun aset finansial seperti saham, obligasi, deposito
(Tandelilin,2001).
Perkembangan investasi di Indonesia dimulai pada abad ke 17, dimana saat itu “Indonesia”
belum menjadi suatu negara kesatuan melainkan masih merupakan wilayah nusantara yang
menjadi obyek kegiatan perdagangan negara negara Eropa, yang kemudian menjadi wilayah
“jajahan” Belanda selama 3,5 abad dan jajahan bala tentara Jepang sekitar 3,5 tahun sampai
kemudian Indonesia merebut kemerdekaannya pada tahun 1945 dan sampai saat saat ini.
(Budhivaja, 2012:IV).
Proses manajemen investasi atau sebuah kegiatan fungsi bisnis yang dilakukan calon
investor dalam penelitian ini adalah on going process (proses yang berkesinambungan).

Gambar 1. Blok Diagram Proses Manajemen Investasi


Sumber : Data diolah oleh penulis (2016)

Dalam kegiatan fungsi bisnis mengacu pada proses kerja work order yang tercantum pada
proses manajemen investasi on going process (proses yang berkesinambungan). Secara
keseluruhan semua proses bisnis yang dilakuakan berdasarkan pengamatan tren investasi dan
strategi untuk memperhitungkan pay off atau return maximum dengan metode Minimax Regret
sebagaimana digambarkan pada blok diagram proses manajemen investasi pada Gambar 1.

2
Terkait dengan keputusan investasi, umumnya investor akan mempertimbangkan
penanaman dananya pada suatu instrumen investasi yang menawarkan hasil menarik.
Pertimbangan dalam pemilihan instrumen investasi tak lepas dari tujuan seseorang (investor)
melakukan investasi, yang biasanya didasarkan atas pertimbangan ekonomis yaitu keinginan
untuk memperoleh pendapatan, pertumbuhan modal, pemeliharaan nilai modal atau
pertimbangan – pertimbangan lain. Intinya, dari modal yang ditanamkan investor
diharapkanakan memberikan hasil yang maksimal bagi investor dan memberikan nilai regret
atau opportunity loss paling kecil. Dengan hasil yang menarik diharapkan dapat mendorong
perkembangan dunia investasi. Dalam memilih suatu keputusan minimal terdapat dua alternatif
yang diberikan, dan pengambil keputusan harus memilih satu alternatif berdasarkan kriteria
tertentu diantara alternatif lainnya (Pangestuti, 2014).
Tujuan investasi mungkin akan mudah dicapai apabila didalam menentukan keputusan
investasi dalam kondisi investasi dalam kondisi kepastian certainty. Artinya bahwa dari
instrumen investasi yang dipilih akan mendatangkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Karena semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui secara sempurna
dan tidak berubah. Namun pada kenyataannya untuk dapat merealisasikan tujuan atau keinginan
tersebut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena dalam menentukan preferensi investasi
investor diharapkan pada kondidi ketidakpastian uncertainty. Ketidakpastian investasi dapat
berkaitan dengan keadaan alami state of nature atau situasi masa depan yang tidak pasti. Situsai
ini akan mengakibatkan pengambilan keputusan investasi menjadi rumit, karena peluang atau
probabilitas dari masing – masing instrumen investasi pada kondisi tertentu akan melekat hasil
dan resiko tertentu pula atau dengan kata lain situasi dikatakan tidak pasti jika seluruh peristiwa
yang mungkin terjadi diketahui, tetapi tanpa mengetahui probabilitasnya masing – masing
(Herlianto, 2011:97).
Basic ide dari aturan teori keputusan statistik umum ditelaah oleh Wald (1950), kemudian
model minimax regret atau kriteria regret pertama kali dikenalkan oleh Savage (1951), kemudian
ditinjau kembali baru - baru ini dalam literatur pilihan oleh Manski (2004) menggunakan
referensi dari Berger (1985:5) untuk diskusi statistik ini. Sejarah serta diskusi aksiomatik
minimax regret ditemukan pada penelitian Stoye (2007b), Hayashi (2008) dan Stoye (2007c),
yang didasarkan pada konsep opportunity loss atau regret. Prinsip dasar pendekatan ini adalah
bahwa pengambil keputusan investasi mengalami kerugian jika suatu peristiwa terjadi
menyebabkan alternatif yang terpilih kurang dari return (payoff) maksimum. Secara ringkas
dapat dijelaskan bahwa dalam kriteria regret, investor berusaha memilih kerugian yang paling
minimum dari kemungkinan karena kehilangan kesempatan yang maksimum (opportunity loss
atau regret).
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan asumsi pada situasi kondisi
ketidakpastian (uncertainty) adalah kriteria Minimax Regret (Savage, 1954:27) Kriteria untuk
menghindari penyesalan yang timbul setelah memilih keputusan yang meminimumkan
maksimum penyesalan / keputusan yang menghindari kekecewaan terbesar atau memilih nilai
minimum dari regret maksimum (Stoye, 2009), dimana :

Jumlah regret /opportunity loss = Pay off max – Pay off alternatif peristiwa tertentu
.............................................. (1)

Penelitian mengenai tingkat return investasi dari berbagai instrumen masih sangat terbatas.
(Silitonga dan Manurung (2009) melakukan penelitian mengenai deposito, saham, pasar uang,
obligasi dan inflasi. Saragih dan Manurung (2003) melakukan penelitian dengan menambahkan
data reksa dana. Herlianto (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sama
dengan peneliti namun tingkat risk dan return tidak sejalan dengan penelitian terdahulu.

3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan pendekatan studi kasus yaitu penelitian
yang menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai kasus yang menarik perhatian untuk
diteliti. Studi kasusnya dalam bentuk analisis situasi, dimana jenis studi kasus ini mencoba
menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Kasus dalam penelitian ini adalah
keputusan investasi aset riil dan aset finansial dalam kondisi perekonomian yang tidak pasti.
Penelitian ini adalah seluruh jenis instrument investasi berupa aset riil dan aset finansial
secara umum, terbaik dan terpercaya dikalangan investor. Sedangkan sample dalam penelitian ini
diambil dari tren preferensi investasi berdasarkan kurun waktu tertentu, karateristik dan sifat
investasinya. Tren preferensi yang akan diteliti mengambil empat instrumen investasi yaitu dua
instrumen investasi aset riil (properti dan emas) dan dua dari aset finansial (saham dan obligasi).
Dengan rentan waktu penelitian 17 tahun dimulai dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2015,
yang terbagi dalam tiga periode yaitu periode krisis ekonomi 1998 (tahun 1998 sampai dengan
tahun 2003), periode krisis global 2008 (tahun 2004 sampai dengan tahun 2009), dan periode
krisis finansial 2015 (tahun 2010 sampai dengan tahun 2015).
Data berupa data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi. Variabel yang dijadikan penelitian ini melibatkan 3 variabel yang terdiri atas
inflation growth (yoy) pertumbuhan inflasi pertahun, alternatif return riil instrumen investasi
(properti, emas, saham dan obligasi) dan mutually exclusive situasi ketidakpastian ekonomi
(periode krisis ekonomi 1998, periode krisis ekonomi 2008 dan periode krisis ekonomi 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
1. Risk dan Return pada Aset Riil dan Aset Finansial
Hasil tingkat pengembalian riil rata - rata tahunan year of year (yoy) setelah disesuaikan
dengan inflasi (riil) dihitung sebagai berikut :
Rr,t = { ( 1+Rm,t) / (1+Rmi,t)} -1 ..................................................... (2)
(return nominal dikurangi tingkat inflasi) dari masing - masing instrumen investasi
(properti, emas, obligasi dan saham), disajikan dalam gambar 2.

Gambar 2. Grafik Tingkat Pengembalian Riil Berbagai Instrumen Investasi 1998 - 2015
Sumber : Data diolah (2016)

4
Gambar 2. memperlihatkan bahwa risk dan return melekat pada aset riil dan aset
finansial jika investor tidak memilih emas dalam keputusan investasi real asset, maka
opportunity lossnya akan lebih besar yaitu opportunity loss properti sebesar 23,21%,
opportunity loss obligasi sebesar 6,98% dan opportunity loss saham (IHSG) sebesar
11,87%. Tabel 1. Menghitung Opportunity Loss dengan menggunakan rumus (1) dan
imbalannya matriks payoff.
Tabel 1. Nilai Payoff Alternatif Investasi

Alternatif Instrumen Kondisi Ekonomi (Sj)


Investasi (di)
Periode ke-1 (S1)* Periode ke-2 (S2)* Periode ke-3 (S3)*
Obligasi (d1) 6,6517 8,4867 4,8900
Saham/IHSG (d2) 16,0000 34,0800 11,8650
Properti (d3) 10,5167 10,8667 6,8633
Emas (d4) 20,5417 19,9000 -3,3650
Payoff Maximum 20,5417 34,0800 11,8650

Sumber : Data diolah penulis (2016)


Keterangan : *Data dalam porsentase (%)

Tabel 1. menggambarkan nilai payoff alternatif investasi apabila investor dihadapkan


pada preferensi investasi ketidakpastian kondisi ekonomi. Nilai payoff maximum
mencerminkan return tertinggi berdasarkan situasi masa depan (sj). Setiap periode
ekonomi memiliki nilai payoff tertinggi yaitu di periode pertama (S1) payoff emas 20,54%,
periode kedua (S2) payoff IHSG 34% dan periode ketiga (S3) payoff IHSG 11,86%.
Penilaian tersebut diatas, diperkuat atas gambar 3. yaitu interval payoff maksimum
berdasarkan situasi ekonomi tertentu, preferensi investasi disesuaikan dengan opportunity
loss masing – masing instrumen investasi sebagaimana tercermin pada gambar di bawah
ini :

Gambar 3. Interval Payoff Maximum Berdasarkan Situasi Ekonomi Tertentu


Sumber : Data diolah (2016)

Penilaian payoff minimum seperti tercermin pada gambar 3. menentukan alternatif


preferensi dengan payoff terbesar untuk mengidentifikasi kemungkinan interval pada
kondisi ekonomi uncertainty dan membandingkan matrik payoff dengan matrik
opportunity loss maksimum yaitu investasi di sektor riil “emas” dengan tingkat payoff
maksimum sebesar 20,5417%.
2. Kriteria Regret / Opportunity Loss Mewakili Risiko

5
Relevan dengan penelitian ini, jika pengambilan keputusan investasi menggunakan kreteria
regret maka solusi preferensi instrumen investasi yang paling tepat dalam bentuk aset
emas. Pengambilan keputusan investasi tersebut dengan prinsip dasar pendekatan, bahwa
investor akan mengalami kerugian jika suatu peristiwa terjadi menyebabkan alternatif
instrumen investasi yang terpilih kurang dari tingkat pengembalian maksimum. Artinya,
jika investor memilih instrumen lain selain emas maka akan terjadi opportunity loss lebih
besar yang pada akhirnya tingkat pengembalian riil diraih tidak maksimal. Penilaian
tersebut disajikan secara kuantitatif pada tabel 2. berikut :
Tabel 2. Nilai Regret Preferensi Investasi

Alternatif Instrumen Kondisi Ekonomi (Sj)


Investasi (di)

Periode ke-1 (S1)* Periode ke-2 (S2)* Periode ke-3 (S3)*


Obligasi (d1) 13,89 25,59 6,98
Saham/IHSG (d2) 4,54 0 0
Properti (d3) 10,03 23,21 5,00
Emas (d4) 0 14,18 15,23
Payoff Maximum 20,54 34,08 11,87

Sumber : Data diolah (2016)

Hasil rata - rata return riil tahunan (yoy) untuk aset riil dan asset finansial pada
kondisi ekonomi tertentu disajikan dalam gambar 4.

Gambar 4. Rata – Rata Return Riil Dalam Situasi Ekonomi Tertentu


Sumber : Data diolah (2016)

Gambar 4. mencerminkan nilai rata – rata tingkat return rill masing – masing
instrumen investasi dapat memicu pergerakan positif pada sektor riil sebagaimana sesuai
tahap perkembangan investasi itu sendiri, yaitu :
1) Tahap pertama yaitu periode perkembangan bursa investasi sejak tahun 1998 sampai
dengan tahun 2015 menunjukan pergerakan positif di aset riil bukan emas, secara
fundamental analisis dapat memberikan pengaruh terhadap sentimen negatife terhadap
return finansial.

6
2) Tahap kedua dikenal dengan tahap krisis ekonomi 1998, berdampak pada return emas
berbanding terbalik dengan return IHSG yang mengalami return negatif berulang pada
saat krisis berlangsung di tahun 2008 yaitu saat terjadi krisis ekonomi global.
3) Tahap ketiga dikenal dengan tahap krisis finansial 2015. Dalam tahap ketiga ini terjadi
penurunan indeks tingkat pengembalian dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain
pelemahan kurs rupiah (IDR) yang mendekati angka Rp. 14.000 per $1, secara
ekonomi mencerminkan bahwa banyak investor yang berpindah dari Indonesia ke
negara lain. Konsekuensinya adalah pembangunan - pembsngunan nasional yang
melibatkan investasi asing dapat terganggu kecuali pada sektor riil properti
memberikan payoff maximal terhadap instrumen investasi lainnya.

3. Asumsi Preferensi Dalam Kondisi Uncertainty


Pengambilan keputusan investasi dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) dengan
menggunakan model Minimax Regret layak digunakan, jika investor mampu
mengidentifikasi kondisi masa depan berdasarkan pada data empiris yang memadai, terkait
dengan tingkat pengembalian riil dari setiap alternatif instrumen investasi. Hasil tingkat
pengembalian riil (return nominal dikurangi tingkat inflasi) dari masing – masing
instrumen investasi (properti, emas, IHSG dan Obligasi) disajikan dalam Tabel 3. seperti
dibawah ini :

Tabel 3. Tingkat Pengembalian Riil Berbagai Instrumen Investasi 1998 – 2015


INSTRUMEN INVESTASI
Tahun
CPI ASET RIIL ASET FINANSIAL
(yoy)
EMAS % PROPERTI % IHSG % OBLIGASI %
1998 77,6 87,50 11,50 -0,90 -3,89
1999 2,0 -20,00 11,00 70,00 26,96
2000 9,4 16,67 10,50 -38,50 7,98
2001 12,6 21,43 9,85 -5,80 0,16
2002 10,0 0,00 10,00 8,40 -1,77
2003 11,2 17,65 10,25 62,80 10,47
2004 6,4 8,00 11,55 44,50 4,08
2005 17,1 11,11 10,60 16,20 -1,89
2006 6,6 37,50 9,85 55,30 16,44
2007 6,6 31,30 11,65 52,10 10,08
2008 11,1 20,97 12,25 -50,60 12,16
2009 2,8 10,52 9,30 86,98 10,05
2010 7,0 15,32 8,90 46,13 7,87
2011 3,8 8,56 5,60 3,20 5,89
2012 4,3 -3,60 8,99 12,94 5,39
2013 8,4 -28,26 5,58 -0,98 8,60
2014 8,4 -1,51 4,88 22,29 7,97
2015 7,2 -10,70 7,23 -12,39 -6,38
MAX 77,6 87,5 12,25 86,98 26,96
MIN 2,0 -28,26 4,88 -50,6 -6,38
Sumber : Data diolah (2016)

7
8
Gambar 5. Grafik Pengembalian Riil Berbagai Instrumen Investasi tahunan (yoy)
Sumber : Data diolah (2016)

9
Gambar 5. memperlihatkan tingkat pengembalian riil masing – masing instrumen investasi
tahunan (yoy) rata – rata nominal selama periode 1998 sampai dengan 2015. Hasil perhitungan
rata - rata tingkat pengembalian riil untuk aset riil (emas dan properti) dan aset finansial (saham
dan obligasi) pada kondisi ekonomi krisis 1998, 2008 dan 2015 menunjukkan tingkat
pengembalian riil seluruh instrument investasi yang menjadi objek penelitian hasilnya positif.
Artinya walaupun tingkat pengembalian riil pada setiap tahun untuk setiap instrument investasi
mengalami tingkat pengembalian riil positif atau negatif akan tetapi apabila diakumulasikan
sebenarnya tingkat pengembalian riilnya masih positif.
Pada kondisi krisis ekonomi 2008 investasi properti mampu memberikan tingkat
pengembalian riil tertinggi yaitu sebesar 12,25% dengan payoff maximum rata - rata sebesar
10,68%. Namun investasi emas lebih menguntungkan karena mampu memberikan tingkat payoff
maximun yaitu sebesar 20,97%.
Sedangkan pada saat krisis finansial 2015 investasi saham lebih menguntungkan karena
dapat memberikan payoff maximum namun tingkat pengembalian riil negativ (12,39%). Dari
hasil perhitungan rata - rata tingkat pengembalian riil tersebut, investor akan mudah menentukan
preferensi investasinya apabila kondisi perekonomian dimasa depan dapat diketahui secara pasti.
Akan tetapi apabila kondisi ekonomi dalam kondisi ketidakpastian, maka investor sulit
menentukan preferensi investasinya karena masing masing instrumen investasi mampu
memberikan keunggulan pada kondisi ekenomi tertentu. Hal ini dapat dilihat bahwa pada kondisi
krisis ekonomi 1998 investasi saham lebih unggul dibanding instrument investasi yang lain,
kemudian saat krisis global 2008 investasi emas lebih baik, sedangkan saat krisis finansial 2015
saham memberikan tingkat pengembalian riil terbaik.
Penilaian tersebut diatas, diperkuat atas gambar 5. grafik tingkat return riil tahunan (yoy),
tingkat preferensi disesuaikan dengan trend investasi berdasarkan tahun masing – masing
instrumen sebagaimana tercermin pada gambar 5.

Pembahasan
Preferensi investasi dalam kondisi ekonomi uncertainty, jika dalam pengambilan keputusan
investasi dana investor hanya ditempatkan pada salah satu instrument dan dalam analisisnya
menggunakan model minimax regret, maka preferensi instrumen investasi yang paling tepat
dalam bentuk asset emas. Pengambilan keputusan preferensi investasi tersebut dengan prinsip
dasar pendekatan, bahwa investor akan mengalami kerugian jika suatu peristiwa terjadi
menyebabkan alternative instrument investasi yang terpilih kurang dari tingkat pengembalian riil
maksimum. Artinya bahwa jika investor memilih instrumen lain selain emas maka akan terjadi
opportunity loss lebih besar yang pada akhirnya tingkat pengembalian riil yang diraih tidak
maksimum. Hal ini terlihat bahwa jika investor tidak memilih emas dalam keputusan
investasinya maka opportunity lossnya akan lebih besar yaitu opportunity loss properti sebesar
23,21%, opportunity loss obligasi sebesar 6,98% dan opportunity loss saham (IHSG) sebesar
11,87%.
Kajian preferensi investasi dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) dengan
menggunakan model minimax regret layak digunakan, jika investor mampu mengidentifikasi
seluruh peristiwa yang mungkin terjadi di masa depan tetapi tanpa mengetahui probabilitasnya.
Hal ini disebabkan karena dalam model minimax regret tidak menggunakan judgement yang
berkaitan dengan probabilitas. Model minimax regret juga hanya bersandar pada pengolahan data
yang tersedia, dan identifikasi kondisi masa depan dapat berdasarkan pada data empiris yang
memadai terkait dengan tingkat pengembalian riil dari setiap alternatif instrumen investasi.
Relevan dengan penelitian ini, jika pengambilan keputusan investasi menggunakan model
minimax regret maka solusi preferensi instrumen investasi yang paling tepat dalam bentuk aset
emas. Pengambilan keputusan investasi tersebut dengan prinsip dasar pendekatan, bahwa

10
investor akan mengalami kerugian jika suatu peristiwa terjadi menyebabkan alternatif instrumen
investasi yang terpilih, kurang dari tingkat pengembalian maksimum. Artinya bahwa jika
investor memilih instrumen lain selain aset emas, maka akan terjadi opportunity loss lebih besar,
yang pada akhirnya tingkat pengembalian riil yang diraih tidak maksimum.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini, dapat menjawab rumusan permasalahan bahwa
investasi emas dapat menjadi alternatif preferensi investor dalam kondisi uncertainty terkait
kondisi ekonomi selama kurun waktu tahun 1998 sampai dengan 2015. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, Silitonga dan Manurung (2009) dimana
penelitiannya hanya memberikan informasi tentang tingkat pengembalian dan kovarian antar
instrumen investasi tanpa dapat memberikan preferensi instrumen investasi. Sedangkan untuk
penelitian Manurung (2010) terkait obligasi juga hanya memberikan informasi tentang faktor -
faktor yang mempengaruhi harga obligasi tanpa ada preferensi investasi. Pembahasan tersebut
diatas, bila ditinjau pasca tabulasi terlihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 5.4. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian Terdahulu
Silitonga GAP/S
No. Variabel Peneliti Herlianto Manurung dan
esuai
(2011) (2010)* Manurung
(2009)*

1 Obligasi (d1) 6,98 % 10,30 % 11,60 % 10,63 % Sesuai

2 Saham/IHSG (d2) 11,87 % 9,71 % 57,51 % 59,40 % GAP

3 Properti (d3) 23,21 % 19,64 % 8,07 % 2,63 % GAP

4 Emas (d4) (3,36) % 2,17 % 22,59 % 30,10 % GAP

Sumber : Data diolah (2016)


Keterangan : *Hasil tidak menggunakan minimax regret
Hasil penelitian dalam gowth (yoy), dinyatakan dalam regret maksimum dalam porsentasi
(%).

KESIMPULAN

11
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai Risk dan return melekat pada aset riil maupun aset
finansial, hal ini terlihat jika investor tidak memilih emas dalam keputusan investasinya maka
opportunity lossnya akan lebih besar dari instrumen investasi lainnya. Kriteria regret atau
opportunity loss dalam pengambilan keputusan preferensi instrumen investasi tersebut dengan
prinsip dasar pendekatan tentunya mewakili resiko, bahwa investor akan mengalami kerugian
jika suatu peristiwa terjadi menyebabkan alternatif instrumen investasi yang terpilih kurang dari
tingkat pengembalian riil maksimum. Preferensi instrumen investasi mampu memberikan tingkat
kepercayaan terhadap investasi aset dimasa depan, sesuai dengan asumsi pemilihan instrumen
investasi tak lepas dari tujuan investor untuk melakukan investasi, yang biasanya didasarkan atas
pertimbangan ekonomis yaitu keinginan untuk memperoleh pendapatan, pertumbuhan modal,
pemeliharaan nilai modal atau pertimbangan - pertimbangan lain.
Apabila investor ingin menginvestasikan dananya pada salah satu instrumen investasi dari
alternatif investasi properti, emas, obligasi dan saham dalam situasi perekonomian uncertainty,
maka investasi emas menjadi pilihan terbaik, karena investasi emas memberikan nilai regret atau
opportunity loss nya paling kecil. Jika investor memilih instrumen lain selain emas maka akan
terjadi opportunity loss lebih besar, yang pada akhirnya tingkat pengembalian riil yang diraih
tidak maksimum. Melihat dari hal tersebut penulis menyarankan bahwa keputusan investasi
dalam kondisi ekonomi uncertainty, jika dalam pengambilan keputusan investasi hendaknya
dana investor hanya ditempatkan pada salah satu instrumen investasi yang paling tepat dalam
bentuk emas.

DAFTAR PUSTAKA
Anderl C., Hahn T., Notebaert K., Klotz C., Rutter B., dan Windmann S. (2015). “Cooperative
preferences fluctuate across the menstrual cycle”. Judgment and Decision Making, Vol.10.
hal 400 - 406.
Arti Gaur., Julee., dan Sukijhan Sunita. 2011. “Difference in Gender Attitude in Investment
Decision Making in India”. Journal of Finance and Accounting, Vol.2. No,12, hal 1 – 6.
Bailey J., Nofsinger J., dan O’Neill M. 2003a. “a review of major influences on employee
retirement investment decisions”. Journal of Financial Services Research, Vol.23, No,2,
hal 146-165.
Brown, Lawrence D. 2000. “an Essay on Statistical Decision Theory”. Journal of the American
Ststistical Association, Vol.95, No,452, hal 1277-1281.
___________. 2004. “Decision Theory, Classical”. Elsevier Science L.td. ISBN: 0-08-043076-7.
University of Pennsylvania, Philadelphia. USA.
Budhivaja, 2012. Pokok – Pokok Hukum Investasi Indonesia. Capter IV. Narotama.
http://budhivaja.dosen.narotama.ac.id diakses pada 25 Maret 2016.
Chen Zhi Long., Nicholas GH., dan Hans Kellerer. 2016. “Dinamic Pricing to Minimize
Maximum Regret”. Journal Production and Operation Management Society, Vol.22, No,1,
hal 122-132.
Elton E. J. Gruber., M. J. Agrawal D., and Christopher Mann. 2004. “Factors Affecting the
Valuation of Corporate Bonds”. Journal of Banking Finance, Vol. 28, hal 2747 – 2767.
Hansson, Sven Ove. 2005. “Decision Theory”. Department of Philosophy and the History of
Technology, Royal Institute of Technologhy (KTH). Stockholm. Hal. 47 - 47.

12
Herlianto, D. 2006. “Evaluasi Kinerja Portofolio Sekuritas”. Jurnal Karisma (Kajian dan Riset
Manajemen).
___________. 2011. “Keputusan Preferensi Investasi Aset Riil dan Aset Finansial dengan Model
Minimax Regret”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No,1, hal 96-104.

Hoderlein, Stefan dan Jorg Stoye. 2014. “Relevaled Preferences a Heterogeneous Population”.
Journal of ekonomics an statistics, Vol. 139, hal 197 – 213.
Kinerson, Chris dan Bailey Jeffrey J. 2005. “Regret Avoidance and Risk Tolerance”. Financial
Planning and Planning. Vol. 16, No,1, hal 23-28.
Laundry, Terry. 2003. Theory Invesment Perspective. Safehaven. www.TTeory.com diakses pada
17 agustus 2016.
Manurung, A H. 2009. Berinvestasi dan Perlindungan Investor di Pasar Modal. Pidato
Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pasar Modal, Investasi, Keuangan dan
Perbankan, ABFI Institute Perbanas, Jakarta.
________________.2010. Transaksi Obligasi dengan Diagram Tree. www.finansialbisnis.com
/riset.htm.
________________ dan Silitonga, D. 2010. Pembiayaan Melalui Obligasi Tahun 2010.
www.finansialbisnis.com/ riset.htm.
Manski, C F. 2007. “Minimax Regret Treatment Choice with Missing Outcome Data”. Journal
of Econometrics, Vol. 139, hal 105 – 115.
Patrick C., J Rivas., dan K H Schlag. 2006. “Minimax Regret in Practice – Four Excamples on
Treatment Choice”. European University Institute. Elsevier Science Ltd. Hal 1-27.
Saragih, F D dan Manurung A H. 2003. “Tingkat Pengembalian Investasi: Saham, Deposito, US
Dollar, Properti, Pasar Uang dan Inflasi”. Jurnal Bisnis dan Birokrasi, Vol.IX, No,1, hal
10–16.
Savage, L.J. 1951. “The Theory of Statistical Decisions”. Journal of the American Statistical
Association, Vol.46, hal 55-67.
__________. 1954. The Foundations of Statistics. John Wiley. USA.
Schlag, K H. 2003. “On the Value of Randomizing and Limiting Memory in Repeated Decision-
Making Under Minimax Regret”. Journal of Economic European University Institute, Vol,
23, hal 122-152.
__________. 2006. “Minimax Regret with Redudanced variance – The Correlated Binominal
Average Rule – a Tecnical”. Journal of Economic, Vol,45, hal 135-205.
__________. 2006b. “Eleven - Tests needed for a Recommendation”. European University
Institute. Working Paper ECO, 2006-2, January 17.
Silitonga, N dan Manurung A H. 2009. Tingkat Pengembalian Berbagai Instrumen Investasi.
www.finansialbisnis.com/riset.htm.
Stoye, Jorg. 2012. “Minimax Regret threatment Choice with Covariates or with Limited Validity
of Experiments”. Journal of Econometrics, Vol. 166, hal 138 – 156.
__________. 2011. “Axioms for Minimax Regret Choice Correspondences”. Journal of
Economic Theory, Vol.146, No,6, hal 2226 – 2251.

13
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Kanisius.
Yogyakarta.
__________. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. BPFE UGM.
Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai