Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan formal merupakan aktivitas siswa di sekolah dan belajar mengajar adalah
aktivitas siswa dan guru. Akan tetapi pada pelaksanaanya banyak sekali masalah-masalah
yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut, banyak siswa yang mengalami masalah,
yang dapat mengganggu konsentrasinya belajar. Setiap siswa siswa mempunyai kemungkinan
menghadapi masalah seperti orangorang pada umumnya, baik masalah yang datang di dalam
dirinya maupun yang datang dari luar dirinya sehingga bila masalah yang dihadapinya tidak
cepat diatasi akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, akibatnya motivasinya dalam
belajar jadi menurun dan hal ini akan berdampak pula pada hasil belajarnya (Kristiawati,
2010:2)
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,
mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang
diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam
rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan itu ialah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi-potensinya. Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap
mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat
kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan suatu gambaran mutu
dari orang bersangkutan (Sukardi,2008:1)
Dalam menghadapi dan mengatasi masalah, siswa dapat dibantu oleh suatu komponen
sekolah yang memiliki peran utama menghadapi masalah siswa yaitu pelayanan bimbingan
dan konseling (BK). Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) adalah sebuah wadah yang
diperuntukkan membantu para siswa agar dapat mengembangkan berbagai potensi mereka
secara optimal. (Kristiawati, 2010:4)

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa pengertian bimbingan dan konseling ?
b) Apa tujuan bimbingan dan konseling ?
c) Apa fungsi bimbingan dan konseling ?
d) Apa landasan bimbingan dan konseling ?
e) Apa saja asas-asas bimbingan dan konseling ?
f) Bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah ?
g) Bagaimana peranan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa ?

1.3. Tujuan Masalah


a) Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling ?
b) Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling ?
c) Untuk mengetahui fungsi bimbingan dan konseling ?
d) Untuk mengetahui landasan bimbingan dan konseling ?
e) Untuk mengetahui saja asas-asas bimbingan dan konseling ?
f) Untuk mengetahui peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di
sekolah ?
g) Untuk mengetahui peranan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran
siswa ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”, yang
berasal dari kata kerja “to guide”, yang mempunyai arti “menunjukkan”, “membimbing”,
“menuntun”, ataupun “membantu”. Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian, tidak
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bantuan dalam pengertian
bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat
tertentu (Asmani,2010:31).

Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan
kata majemuk. Hal itu mengisyarakatkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang
dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling
merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa
konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam suatu
bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling (Soetjipto dan Kosasi,2007:58)

2.1.1 Pengertian Bimbingan

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah NO 29/90, bimbingan merupakan bantuan


yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan (Sukardi,2008:36).

Menurut Jones (1963), “Guidance is the help given by one person to another in
making choice and adjusments and in solving problems”. Dalam pengertian itu
terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang
dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan tugas terakhir tergantung
kepada individu yang dibimbing (klien) (Soetjipto dan Kosasi,2007:58).

Menurut Stoops dan Walquist, “Guidance is continuos process of helping the


individual develop to maximum of his capacity is the direction most benefical to himself
and society”. Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu
perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam
mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat (Asmani,2010:32).

Menurut Rochman Natawidjaja (1978), bimbingan adalah proses pemberian


bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagian hidupnya serta dapat memberikan
sumbangan yang berarti (Soetjipto dan Kosasi,2004:62).

Menurut Bimo Walgito (1982:11), bimbingan adalah bantuan atau pertolongan


yang dilakukan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu-individu itu
daoat mencapai kesejahteraan hidupnya (Soetjipto dan Kosasi,2004:62).

Dari beberapa bimbingan yang dikemukakan banyak ahli itu, dapat dikemukakan
bahwa bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang berkesinambungan, (b) suatu
proses membantu individu, (c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu
secara optimal sesuai dengan kemampuan atau kompetisinya, dan (d) kegiatan yang
bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya
dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.1.2 Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel”, yang secara etimologis
berarti “to give advice” atau memberikan saran atau nasihat. Konseling merupakan
salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya. Namun,
konseling sebagaimana yang dikatakan oleh Schmuller adalah “the heart of guidance
program” (Asmani,2010:36).

Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan


dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang
lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak
sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang
pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Unruk menekankan
kekhususannya itulah maka dipakai istilah bimbingan dan konseling. Pelayanan
konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat
memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini (Soetjipto dan
Kosasi,2007:).

Konseling adalah kegiatan bimbingan yang utama dengan sasaran pelayanan


individual berlangsung dalam situasi hubungan interaktif konselor-klien
(Munandir,2009:104).

Menurut James P. Adam (1976), konseling adalah suatu pertalian timbal balik
antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain
(konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan
masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang
(Soetjipto dan Kosasi,2004:).

Menurut Rochman Natawidjaja, konseling merupakan satu jenis layanan yang


merupakan bagian dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal-
balik antara dua individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang
lain (klien) untuk memcapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Sukardi,2008:38).

Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang


diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan
wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi
untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan


konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a). Pada umumnya dilaksanakan secara individual

b). Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka

c). Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli

d). Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien.
e). Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya
dengan kemampuannya sendiri.

Kegiatan bimbingan dan konseling tersebut berbeda dengan kegiatan mengajar.


Perbedaan itu antara lain:

a). Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu dan
target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau satu
tungkat. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian tujuan lebih bersifat
individual ataukelompok.

b). Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan kepada pemberian
informasi atau pembuktian dalam suatu masalah. Sedangkan pembicaraan dalam kinseling
lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien.

c). Dalam kegiatan mengaja, para siswa belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada
umumnya klien telah atau sedang mengalami masalah.

d). Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu keterampilan
khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru atau pengajar.

Dalam buku Kapita Selekta Pendidikan, Munandir (2009:15-16) mengungkapkan ada


beberapa perbedaan antara kegiatan bimbingan konseling dan kegiatan mengajar, yaitu:

a). Di sekolah pada umumnya yang dihadapi guru dan yang lebih menjadi pusat perhatian
pembelajarannya adalah siswa seluruh kelas, dengan kata lain siswa selaku himpunan atau
kelompok. Sebaliknya, perhatian konselor terutama sekali adalah siswa perorangan, siswa
selaku individu. Karena itu dikatakatan bahwa bimbingan itu suatu bentuk individualisasi
pendidikan.

b). Dalam soal pelajaran, guru lebih paham dari pada murid atau disini kedudukan guru
sebagai fasilitator, berbeda dengan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Konselor bukan orang yang lebih tahu daripada klien, ia bukan pula orang yang menentukan
arah, jalan, dan hasil konseling. Kecuali dalam jenis kegiatan tertentu bimbingan, dalam
pelaksanaan konseling, konselor tidak menyusun rencana “pembelajaran” konseling. Di
dalamnya ia tidak menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh, baik oleh konselor oleh
siswa (klien)
c). Dalam belajar guru berorientasi pada kurikulum yang berlaku, sedangkan dalam
bimbingan dan konseling, konselor tidak mempunyai pedoman semacam “materi kurikulum
bimbingan” atau “materi kurikulum konseling”. Kegiatan konselor berorientasi pada atau
ditentukan oleh kebutuhan atau maslaah klien.

2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus (Sukardi,2008:44-45).

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan
tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) tahun 2003 (UU NO. 20/2003), yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerja luhur, memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan
jasamani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai suatu upaya


membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum
layanan bimbingan dan konseling di SMP dan SMA/SMK haruslah dikaitkam dengan
pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan
masa depan, yaitu dengan adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan dunia
kerja atau adanya “link and match” (kaitan dan padanan), maka secara umum layanan
bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan
kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan
untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja (Asmani,2010:50).

2. Tujuan Khusus

Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu


siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar dan karier. Bimbingan pribadi –sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi, yang takwa, mandiri,
mandiri dan bertanggung jawa. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk
mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

a. Dalam Aspek Tugas Perkembangan Pribadi-Sosial

Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan


konseling membantu siswa agar:

1). Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal


kekhususan yang ada pada dirinya.

2). Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang


yang mereka senangi.

3). Membuat pilihan secara sehat.

4). Mampu menghargai orang lain.

5). Memiliki rasa tanggung jawab.

6). Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi.

7). Dapat menyelesaikan konflik.

8). Dapat membuat keputusan secara efektif.

b. Dalam Aspek Tugas Perkembangan Belajar

Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan bimbingan konseling


membantu siswa agar:

1). Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.

2). Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.

3). Mampu belajar secara efektif.

4). Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi atau


ujian.

c. Dalam Aspek Tugas Perkembangan Karier


Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan bimbingan konseling
membantu siswa agar:

1). Mampu membentuk identitas karier, dengan cara megenali ciri-ciri pekerjaan
di dalam lingkungan kerja.

2). Mampu merencanakan masa depan.

3). Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.

4). Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.

Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah


dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Tujuan bimbingan di sekolah antara
lain (Soetjipto dan Kosasi,2004:65-66):

1) Mengatasi kesulitan dalam bekajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang


tinggi.

2) Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada


saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.

3) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.

4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.

5) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan


jenis pekerjaan setelah mereka tamat.

6) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di


sekolah yag bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkuangan yang lebih luas.

Di samping tujuan-tujuan tersebut, Downing (1968) juga mengemukakan bahwa tujuan


layanan bimbingan di sekolah sebebarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri,
yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial pkilogis mereka,
merealisasikan keinginannya, serta mengembangkan kemampuan atau potensinya. Secara
umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi
berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadinya proses belajar-mengajar
yang efisien dan efektif (Soetjipto dan Kosasi,2004:66).
2.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling

Ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dan konseling dapar berfungsi sebagai
berikut (Asmani,2010:58-64):

1). Fungsi Pencegahan (Preventif)

Layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan. Artinya, ia merupakan usaha


pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang
diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan dapat berupa
program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya.

2). Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak tertentu, sesuai dengan keperluan
pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup beberapa hal, yaitu:

a. pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru
pembimbing.

b. Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga


dan sekolah) terutama oleh siswa itu sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.

c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk yang didalamnya informasi
pendidikan, jabatan atau pekerjaan atau karier, dan informasi budaya atau nilai-nilai),
terutama oleh siswa.

3). Fungsi Perbaikan

Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teratasinya berbagai masalah yang di alami siswa.

4). Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat
membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah dan berkelanjutan.
2.4 Landasan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan
tersebut itulah, bimbingan dan konseling berdiri tegak dan berkembang di tengah pusaran
waktu yang terus berjalan. Memperhatikan landasan bimbingan dan landasan konseling ini
membuat konselor mempunyai tempat berpijak dan sumber nilai serta pengetahuan yang luas,
mendalam, dan fleksibel.landasan dalam bimbingan dan konseling, pada hakikatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, khususnya oleh
konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Ada tujuh landasan bimbingan dan konseling (Asmani,2010:67-85), antara lain:

1). Landasan Filosofis

Merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman, khususnya


bagi konselor, dalam melaksanakan setiap kegiatan bimingan dan konseling yang lebih
bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis, maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban
yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang apakah manusia itu.

2). Landasan Psikologis

Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang


prilaku individu yang menjadi sasaran layanannya (klien). Untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, sorang konselor harus menguasai beberapa kajian psikologi
tentang beberapa hal berikut ini.

a. Motif dan motivasi

b. Pembawaan dan lingkungan

c. Perkembangan individu

d. Belajar

e. Kepribadian

3). Landasan Sosial-Budaya

Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor


tentang demensi kesosialan dan demensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu, pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku yang sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-
budaya dapat mengakibatkan ia tersingkir dari lingkungannya.

4). Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis


komputer, sejak tahun 1980-an, peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam
bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno,2003), bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier serta bimbingan dan konseling
pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien)
tidak hanya dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet dalam
bentuk cyber counseling. Dikemukakan pula bahwa perkembangan dalam bidang
teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan
teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

5). Landasan Pedagogis

Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga
segi, yaitu:

a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan


salah satu bentuk kegiatan pendidikan.

b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling.

c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.

6). Landasan Religius

Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada


tiga hal pokok, yaitu:

a. Manusia sebagai makhluk tuhan


b. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan
kearah yang sesuai dengan kaidah-kadah agama

c. Upaya yang memungkinkan perkembangan dan dimanfaatkannya, secara optimal,


suasana, dan perangkat budaya (termasuk IPTEK) serta kemsyarakatan yang
sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu
perkembangan dan pemecahan masalah.

7). Landasan Yuridis-Formal

Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan


yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang
bersumber dari undang-undang dasar, undang-undang, peraturan pemetintah, keputusan
menteri, serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.

Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas
landasan-landasan yang utama atau prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan
yang pad akahirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut
Winkel (1991) landasan-landasan itu antara lain (Soetjipto,2004:69-70):

1) Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri


dan mempunyai potensi untuk berkembang.

2) Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu.

3) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan


yang dibimbing.

4) Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang


dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak asasi (human rights).

5) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.

6) Pelayanan yang ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7) Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

Prinsip-prinsip dasar atau landasan-landasan tersebut merupakan filosofis dalam


layanan bimbingan dan konseling. Sebagai suatu kegiatan yang bersifat prosfesional. Dasar
ini menentukan pendekatan (approach) yang ditempuh dalam membantu klien untuk
memecahkan masalahnya.

2.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil yang memuaskan. Dalam
kegiatan atau layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitni (1982) ada beberapa asas
yang perlu diperhatikan (Soetjipto dan Kosasi,2007:75-79), yaitu:

1. Asas kerahasiaan

Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan
konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan asas
kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan
banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya
sampai dengan masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor
dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya
masalah yang selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.

2. Asas keterbukaan

Konselor harus berusah untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam


membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan,
pemikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya, dan konselorpun
dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan
terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh klien. Namun demikan, suasana keterbukaan
ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Oelh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukung tercipnya ketebukaan klien
dalam menyampaikan persoalannya.

3. Asas Kesukarelaan

Konselor mempunyai peranan utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini.


Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien.
Bilamana konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu hal dan lain hal,
seperti tidak cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan ada acara lain:
badan atau perasaan tidak enak, sedang punya masalah yang agak serius dan
sebagainya. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan ini
tidak terwujud, kalau mereka paksakan untuk melakukan konsultasi. Sebaliknya bila
klien tidak mau dengan sukarela mengemukakan permasalahannya, maka konsultasi itu
tidak mungkin berlangsung secara efektif. Hal ini bisa menjadi mungkin disebabkan
oleh kesan klien yang kurang baik terhadap konselornya, sehingga masalah-masalah
yang dihadapinya dengan disampaikan kepada konselor.

4. Asas kekinian

Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada


masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini. Apa yang dirasakan dan apa
yang dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam
mencarikan pemecahannya. Konselor juga terperangkap dalam pembicaraan-tentang
masalah-masalah yang tidak lagi menjadi persoalan klien. Bila hal ini terjadi, maka
kegiatan layanan tersebut tidak akan memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh
klien. Misalnya: klien mengeluh bahwa prestasi belajarnya rendah. Pembicaraannya
hendaknya berorientasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya
prestasi belajar tersebut, dan bukan hal-hal lain yang tidak ada lagi kaitannya dengan
masalah tersebut.

5. Asas kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana
klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh
karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua
saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling
tidaklah terwujud dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
6. Asas kedinamisan

Arah layanan bimbingan dan konseling yang terwujudnya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat
keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan
perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar
berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melinkan perubahan menuju
pada suatu kemajuan.

7. Asas perpaduan

Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam
pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek
kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila
tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru.

Di samping keterpaduan layanan yang diberikan, konselor juga harus


memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, jangan sampai
terjadi timbulnya ketidakserasian atau pertentangan dengan aspek lainnya.

8. Asas kenormatifan

Maksud dari asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
sehingga tidak terjadi penolakan dan individu yang dibimbing. Baik penolakan dalam
prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.

9. Asas keahlian

Layanan dan bimbingan konseling adalah profesional, oleh karena itu tidak
mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus.
Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar
profesional.

10. Asas alih tangan

Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang


tidak tepat. konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam
pemberian layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan
masalah-masalah klien tersebut diluar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya
segera mengalihtangankan kepada ahli lain. Setiap maslah hendaknya ditangani oleh
ahli yang berwenang untuk itu.

11. Asas Tut Wuri Handayani

Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan


tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di luar layanan pun
hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga tercipta
hubungan yang harmonis antara konselor dan kliennya. Klien hendaknya merasa
terbantu terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan
masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien sendirilah yang harus
membuat keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam
pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi.

2.6 Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka
proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial,
sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap
semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh
(Soetjipto dan Kosasi,2004:61).

Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya di


setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh
Koestoer Partowisastro (1983), sebagai berikut:

1). Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu
sekian jam (± 6 jam) hidupnya berada di sekolah.

2). Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai
macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (lundquist dan Chamely,
1981), mereka mengatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:

1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang


berkaitan erat dengan profesinya sebagai guru.

2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi


proses belajar-mengajar.

3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.

4) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih
efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan sekolah.

2.7 Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering
sekali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesuliatan dalam
belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui
dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan oleh Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut
(Soetjipto dan Kosasi,2004:66-67):

1) Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata.

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.

3) Menunjukkan sifat yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.

4) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu,
dan sebagainya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia
mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak
mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu.
Apabila masalah itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajat dengan baik, karena
konsentrasinya akan terganggu.

Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan konseling dapat


memberikan layanan dalam bentuk bimbingan belajar, bimbingan pribadi, bimbingan social,
dan bimbingan karir (Satori,2010:4.21)
BAB III

Penutup

3.1. Kesimpulan

Secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal
bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan
pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Tujuan
umum bimbingan dan konseling adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerja luhur,
memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan jasamani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi pencegahan, fungsi
pemahaman, fungsi perbaikan, dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Bimbingan dan
konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan tersebut itulah, bimbingan
dan konseling berdiri tegak dan berkembang di tengah pusaran waktu yang terus berjalan.
Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yaitu menjadikan proses pendidikan
untuk membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial.
Daftar Pustaka

Asmani,Jamal Mamur.2010.Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di


Sekolah.Jakarta:Diva Press

Kristiawati,Retno.2010. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan


Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat.Jakarta:UIN
Syarif Hidayatullah

Munandir.2009.Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta:Av Publisher

Satori,Djam’an.2010.Profesi Keguruan.Jakarta:Universitas Terbuka

Sukardi,Dewa Ketut.2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling


di Sekolah.Jakarta:Rineka Cipta

Soetjipto dan Raflis Kosasi.2004.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta

Soetjipto dan Raflis Kosasi.2007.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai