PENDAHULUAN
Pendidikan formal merupakan aktivitas siswa di sekolah dan belajar mengajar adalah
aktivitas siswa dan guru. Akan tetapi pada pelaksanaanya banyak sekali masalah-masalah
yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut, banyak siswa yang mengalami masalah,
yang dapat mengganggu konsentrasinya belajar. Setiap siswa siswa mempunyai kemungkinan
menghadapi masalah seperti orangorang pada umumnya, baik masalah yang datang di dalam
dirinya maupun yang datang dari luar dirinya sehingga bila masalah yang dihadapinya tidak
cepat diatasi akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, akibatnya motivasinya dalam
belajar jadi menurun dan hal ini akan berdampak pula pada hasil belajarnya (Kristiawati,
2010:2)
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,
mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang
diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam
rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan itu ialah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi-potensinya. Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap
mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat
kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan suatu gambaran mutu
dari orang bersangkutan (Sukardi,2008:1)
Dalam menghadapi dan mengatasi masalah, siswa dapat dibantu oleh suatu komponen
sekolah yang memiliki peran utama menghadapi masalah siswa yaitu pelayanan bimbingan
dan konseling (BK). Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) adalah sebuah wadah yang
diperuntukkan membantu para siswa agar dapat mengembangkan berbagai potensi mereka
secara optimal. (Kristiawati, 2010:4)
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”, yang
berasal dari kata kerja “to guide”, yang mempunyai arti “menunjukkan”, “membimbing”,
“menuntun”, ataupun “membantu”. Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian, tidak
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bantuan dalam pengertian
bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat
tertentu (Asmani,2010:31).
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan
kata majemuk. Hal itu mengisyarakatkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang
dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling
merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa
konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam suatu
bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling (Soetjipto dan Kosasi,2007:58)
Menurut Jones (1963), “Guidance is the help given by one person to another in
making choice and adjusments and in solving problems”. Dalam pengertian itu
terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang
dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan tugas terakhir tergantung
kepada individu yang dibimbing (klien) (Soetjipto dan Kosasi,2007:58).
Dari beberapa bimbingan yang dikemukakan banyak ahli itu, dapat dikemukakan
bahwa bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang berkesinambungan, (b) suatu
proses membantu individu, (c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu
secara optimal sesuai dengan kemampuan atau kompetisinya, dan (d) kegiatan yang
bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya
dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel”, yang secara etimologis
berarti “to give advice” atau memberikan saran atau nasihat. Konseling merupakan
salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya. Namun,
konseling sebagaimana yang dikatakan oleh Schmuller adalah “the heart of guidance
program” (Asmani,2010:36).
Menurut James P. Adam (1976), konseling adalah suatu pertalian timbal balik
antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain
(konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan
masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang
(Soetjipto dan Kosasi,2004:).
d). Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien.
e). Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya
dengan kemampuannya sendiri.
a). Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu dan
target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau satu
tungkat. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian tujuan lebih bersifat
individual ataukelompok.
b). Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan kepada pemberian
informasi atau pembuktian dalam suatu masalah. Sedangkan pembicaraan dalam kinseling
lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien.
c). Dalam kegiatan mengaja, para siswa belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada
umumnya klien telah atau sedang mengalami masalah.
d). Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu keterampilan
khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru atau pengajar.
a). Di sekolah pada umumnya yang dihadapi guru dan yang lebih menjadi pusat perhatian
pembelajarannya adalah siswa seluruh kelas, dengan kata lain siswa selaku himpunan atau
kelompok. Sebaliknya, perhatian konselor terutama sekali adalah siswa perorangan, siswa
selaku individu. Karena itu dikatakatan bahwa bimbingan itu suatu bentuk individualisasi
pendidikan.
b). Dalam soal pelajaran, guru lebih paham dari pada murid atau disini kedudukan guru
sebagai fasilitator, berbeda dengan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Konselor bukan orang yang lebih tahu daripada klien, ia bukan pula orang yang menentukan
arah, jalan, dan hasil konseling. Kecuali dalam jenis kegiatan tertentu bimbingan, dalam
pelaksanaan konseling, konselor tidak menyusun rencana “pembelajaran” konseling. Di
dalamnya ia tidak menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh, baik oleh konselor oleh
siswa (klien)
c). Dalam belajar guru berorientasi pada kurikulum yang berlaku, sedangkan dalam
bimbingan dan konseling, konselor tidak mempunyai pedoman semacam “materi kurikulum
bimbingan” atau “materi kurikulum konseling”. Kegiatan konselor berorientasi pada atau
ditentukan oleh kebutuhan atau maslaah klien.
Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus (Sukardi,2008:44-45).
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan
tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) tahun 2003 (UU NO. 20/2003), yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerja luhur, memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan
jasamani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Tujuan Khusus
1). Mampu membentuk identitas karier, dengan cara megenali ciri-ciri pekerjaan
di dalam lingkungan kerja.
Ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dan konseling dapar berfungsi sebagai
berikut (Asmani,2010:58-64):
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak tertentu, sesuai dengan keperluan
pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup beberapa hal, yaitu:
a. pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru
pembimbing.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk yang didalamnya informasi
pendidikan, jabatan atau pekerjaan atau karier, dan informasi budaya atau nilai-nilai),
terutama oleh siswa.
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teratasinya berbagai masalah yang di alami siswa.
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat
membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah dan berkelanjutan.
2.4 Landasan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan
tersebut itulah, bimbingan dan konseling berdiri tegak dan berkembang di tengah pusaran
waktu yang terus berjalan. Memperhatikan landasan bimbingan dan landasan konseling ini
membuat konselor mempunyai tempat berpijak dan sumber nilai serta pengetahuan yang luas,
mendalam, dan fleksibel.landasan dalam bimbingan dan konseling, pada hakikatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, khususnya oleh
konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Ada tujuh landasan bimbingan dan konseling (Asmani,2010:67-85), antara lain:
c. Perkembangan individu
d. Belajar
e. Kepribadian
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga
segi, yaitu:
c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas
landasan-landasan yang utama atau prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan
yang pad akahirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut
Winkel (1991) landasan-landasan itu antara lain (Soetjipto,2004:69-70):
5) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.
6) Pelayanan yang ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7) Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil yang memuaskan. Dalam
kegiatan atau layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitni (1982) ada beberapa asas
yang perlu diperhatikan (Soetjipto dan Kosasi,2007:75-79), yaitu:
1. Asas kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan
konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan asas
kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan
banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya
sampai dengan masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor
dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya
masalah yang selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
2. Asas keterbukaan
3. Asas Kesukarelaan
4. Asas kekinian
5. Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana
klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh
karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua
saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling
tidaklah terwujud dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
6. Asas kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yang terwujudnya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat
keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan
perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar
berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melinkan perubahan menuju
pada suatu kemajuan.
7. Asas perpaduan
Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam
pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek
kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila
tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru.
8. Asas kenormatifan
Maksud dari asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
sehingga tidak terjadi penolakan dan individu yang dibimbing. Baik penolakan dalam
prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9. Asas keahlian
Layanan dan bimbingan konseling adalah profesional, oleh karena itu tidak
mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus.
Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar
profesional.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka
proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial,
sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap
semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh
(Soetjipto dan Kosasi,2004:61).
1). Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu
sekian jam (± 6 jam) hidupnya berada di sekolah.
2). Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai
macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (lundquist dan Chamely,
1981), mereka mengatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih
efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan sekolah.
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering
sekali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesuliatan dalam
belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui
dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan oleh Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut
(Soetjipto dan Kosasi,2004:66-67):
3) Menunjukkan sifat yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu,
dan sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia
mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak
mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu.
Apabila masalah itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajat dengan baik, karena
konsentrasinya akan terganggu.
Penutup
3.1. Kesimpulan
Secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal
bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan
pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Tujuan
umum bimbingan dan konseling adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerja luhur,
memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan jasamani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi pencegahan, fungsi
pemahaman, fungsi perbaikan, dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Bimbingan dan
konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan tersebut itulah, bimbingan
dan konseling berdiri tegak dan berkembang di tengah pusaran waktu yang terus berjalan.
Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yaitu menjadikan proses pendidikan
untuk membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial.
Daftar Pustaka