Dosen Pengampu :
Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2018
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum 2013,kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di
kurikulum SMA. Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari–hari, namun tidak
sedikit orang yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini
disebabkan kimia erat hubungannya dengan ide–ide atau konsep–konsep abstrak
yang dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan belum pernah
diperolehnya ketika di SMP yang membutuhkan penalaran ilmiah, sehingga
belajar kimia merupakan kegiatan mental yang membutuhkan penalaran tinggi.
Dalam proses belajar mengajar permasalahan bisa berasal dari guru dan juga
dari siswa. Permasalahan dari guru diantaranya dalam penyajian materi pelajaran
kimia sebagian besar masih menggunakan metode ceramah sehingga kurang
menarik, siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia,
dan suasana kelas cenderung pasif,sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru
meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran
seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga
jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap
masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa-siswi menjadi rendah.
Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran
kimia di kelas dengan menerapkan pendekatan dan model yang tepat.
Model pembelajaran TAI memiliki ciri yaitu penguasaan materi dibantu oleh
seorang asisten yang dipilih dari siswa dengan kemampuan relative lebih baik dari
siswa yang lain. Asisten ini memiliki tanggung jawab menyampaikan konsep
yang telah mereka miliki kepada anggota kelompoknya, sehingga materi Laju
reaksi dapat lebih mudah dikuasai siswa. Langkah-langkah dalam model dalam
pembelajaran TAI yaitu kelas dibagi dari beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5
siswa. Dalam satu kelompok-kelompok tersebut terdapat seorang siswa yang
berperan sebagai asisten, asisten ini dipilih berdasarkan dari hasil ulangan harian
dan dari pengamatan guru. Peran asisten dalam kelompok untuk membantu guru
dalam menjelaskan materi, dimana jika dalam diskusi kelompok ada anggota
kelompoknya yang belum paham bisa bertanya pada asisten. Jika asisten tidak
dapat membantu anggota kelompoknya,asisten dapat bertanya kepada guru.
Disamping itu,asisten bertugas melaporkan keberhasilan kelompok dengan
mempresentasikan hasil diskusi. Setelah itu,guru memberikan kuis dimana
kelompok dengan nilai kuis terbaik akan diberi penghargaan. Dalam diskusi
terkadang ada beberapa materi yang terlewatkan, kemudian guru menjelaskan
mengenai materi-materi yang belum terbahas dalam diskusi.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru kimia SMAN 2
Batanghari,didapatkan informasi bahwa guru masih menggunakan model Direct
instruction dikelas, model ini telah berjalan cukup aktif. Namun dalam kegiatan
pembelajaran perlu adanya interaksi antar siswa, khususnya pada materi laju
reaksi yang memerlukan pemahaman yang cukup tinggi. Maka dari itu perlu
diadakan analisis keterlaksanaan model kooperatif tipe TAI ditinjau dari aktivitas
guru dan siswa,sehingga akan terlihat apakah pelaksanaan model kooperatif tipe
TAI berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siwa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterlaksanaan Model
Pembelajaran kooperatif Tipe TAI (Team Asissted Individualization) Dan
Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 2 Batanghari”
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan model kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi kelas XI SMA
Negeri 2 Batang Hari
2. Untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi kelas XI SMA
Negeri 2 Batang Hari
1.5 Manfaat
1. Bagi peneliti
Sebagai sumbangsih pengetahuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya
dalam menggunakan model kooperatif dengan menggunakan model TAI.
2. Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan dan
dharapakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
siswa.
3. Guru
Sebagai masukan untuk menggunakan metode yang variatif ,salah atunya
dengan menggunakan metode yang melibatkan siswa secara aktif yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran agar proses
belajar mengajar lebih menyenangkan.
4. Sekolah
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI diharapkan dapat memberi sumbangan perbaikan mutu pendidikan
sekolah. Khususnya dalam mata pelajaran kimia di SMA N 2 Batang Hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
ini diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel bebas dengan
variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran
method. Mix method (metode kombinasi) merupakan suatu metode penelitian yang
sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif
Analisis data
Kesimpulan dan Penyajian data dan
kuantitatif dan data
saran hasil penelitian
kualitatif
Dalam penelitian ini akan digunakan satu kelas tanpa kelas kontrol. Dimana
kelas XI IPA 2 yang akan dilakukan pengamatan secara langsung pada tiga kali
kemampuan berpikir kritis siswa yang ada pada LKS. Hasil dari pengamatan
keterlaksanaan model dan hasil tes yang telah dilakukan pada tiap pertemuan, di
uji korelasinya untuk menentukan apakah ada pengaruh dari keterlaksanaan model
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI SMAN 2 Batang Hari
yang terdiri dari dua kelas. Di bawah ini merupakan jumlah kelas XI yang
sampling. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara undian
dan diambil satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan.
Y = Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa
observasi keterlaksanaan model pada aktivitas guru dan siswa, lembar observasi
kemampuan berpikir kritis siswa dan tes berpikir kritis siswa pada LKS.
yang dilakukan oleh guru dan siswa. Lembar observasi ini disusun berdasarkan
dinilai paling sesuai dengan memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang
dipilih. Dalam melakukan observasi melibatkan 6 orang observer. Satu observer
untuk mengamati guru dan lima observer lain untuk mengamati aktivitas siswa.
Setiap satu orang observer mengamati satu kelompok siswa yang terdiri dari 4-5
orang. Sebelum observer mengisi lembar observasi yang dibuat oleh peneliti
dibantu juga oleh pengamatan menggunakan video (handicam) yang diambil oleh
teman selain observer. Lembar observasi yang akan digunakan sebelumnya telah
kritis siswa. Adapun lembar observasi ini dapat disusun berdasarkan indikator-
indikator yang ada, juga dengan menyediakan pilihan jawaban dengan kriteria
Instrumen soal tes yang digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa yang bervariasi berkenaan dengan penguasaan konsep materi
pertanyaan mengenai materi dan penerapan konsep yang telah disampaikan dan
harus dijawab oleh siswa. Bentuk dari tes yang akan digunakan adalah adalah tes
essay. Butir soal dikategorikan pada aspek kognitif menurut taksonomi Anderson
C3-C5.
Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data
kuantitatif dari lembar observasi, serta data kualitatif dari lembar observasi dan
Analisis data kualitatif ini menggunakan model Miles & Huberman. Model
Miles & Huberman ini digunakan dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data
Data Reduction
Conclution
drawing/verifying
Data Kuantitatif diperoleh dari perhitungan skor dalam bentuk skor likert
lembar observasi aktivitas yaitu guru dan siswa, sedangkan untuk menganalisis
berpikir kritis siswa. Dimana interpretasi skor tersebut adalah sebagai berikut:
Skor minimum : 1 x 12 = 12
Skor maksimum : 4 x 18 = 48
Kategori kriteria :4
48−12
Rentang nilai : =9
4
Data ketelaksanaan model oleh guru dan siswa dianalisis dengan mencari
skor minimal 8 dan skor maksimal 32. Interpretasi skor tersebut adalah sebagai
berikut:
Skor maksimum : 4 x 8 = 32
Kategori kriteria :4
32−8
Rentang nilai : =6
4
Data kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis dengan mencari skor rata-
Tes evaluasi yang digunakan berupa tes tertulis jenis essay. Prosedur analisis
data pada tes kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan mengumpulkan
hasil tes siswa dan memeriksa jawaban siswa untuk setiap langkah-langkah
Hubungan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah korelasi antara
Ha = μ ≠ 0 (ada hubungan)
rxy
siswa
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
artinyatidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
variasi variabel terikat maka digunakan analisis koefisien determinasi (r2). Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan
Dimana
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi