Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL TIPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN PENGARUHNYA TERHADAP


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LAJU
REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 2 BATANGHARI

Dosen Pengampu :

M. Haris Effendi ,Hsb S.pd.,M.si. Phd

Dra Yusnidar M.pd

Oleh :

EKA RAHMADANI SIREGAR(A1C116061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar dan


memiliki rencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan
mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu diperlukan peningkatan mutu pendidikan dimulai dari
tingkat dasar ke perguruan tinggi. Mengingat akan pentingnya pendidikan tersebut
berbagai pihak terutama pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu
pendidikan tersebut adalah melalui proses pembelajaran (Tirtahardja dan Sulo,
2005).

Dalam kurikulum 2013,kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di
kurikulum SMA. Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari–hari, namun tidak
sedikit orang yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini
disebabkan kimia erat hubungannya dengan ide–ide atau konsep–konsep abstrak
yang dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan belum pernah
diperolehnya ketika di SMP yang membutuhkan penalaran ilmiah, sehingga
belajar kimia merupakan kegiatan mental yang membutuhkan penalaran tinggi.

Dalam proses belajar mengajar permasalahan bisa berasal dari guru dan juga
dari siswa. Permasalahan dari guru diantaranya dalam penyajian materi pelajaran
kimia sebagian besar masih menggunakan metode ceramah sehingga kurang
menarik, siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia,
dan suasana kelas cenderung pasif,sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru
meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran
seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga
jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap
masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa-siswi menjadi rendah.
Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran
kimia di kelas dengan menerapkan pendekatan dan model yang tepat.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini diharapkan dapat


memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan membantu saling belajar, berdiskusi,
berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan,
saling mengambil tanggung jawab, dan belajar menghargai satu sama lain (Uno
dan Mohamad, 2014). Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat
memberikan kesempatan kepada siswa bereksplorasi dalam mengumpulkan dan
menganalisis data untuk memecahkan masalah dan sekaligus mengembangkan
kemampuannya secara aktif, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis,
sistematis, dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan masalah. Dengan
begitu secara langsung penulis dapat melihat kemampuan berpikir kritis siswa
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Kemampuan berpikir kritis melatih peserta didik untuk membuat keputusan


dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Dengan kemampuan
berpikir kritis peserta didik dapat mempertimbangkan pendapat orang lain serta
mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran di
sekolah sebaiknya melatih peserta didik untuk menggali kemampuan dan
keterampilan dalam mencari, mengolah, dan menilai berbagai informasi secara
kritis. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa juga dipengaruhi oleh
ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran. Model pembelajaran
memcerminkan hal apa saja yang akan dicapai siswa dalam kegiatan belajar dan
juga menggambarkan bagaimana guru mengembangkan aspek yang akan dialami
siswa.

Materi pokok Laju raksi membutuhkan pemahaman konsep dan kemampuan


berhitung. Oleh karena itu diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif
yang memungkinkan siswa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman-
temannya dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Model
pembelajaran kooperatif adalah tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Model pembelajaran tipe TAI juga termasuk model pembelajaran yang inovatif
dan juga efektif karena adanya peran dari asisten dalam kelompok diskusi.

Model pembelajaran TAI memiliki ciri yaitu penguasaan materi dibantu oleh
seorang asisten yang dipilih dari siswa dengan kemampuan relative lebih baik dari
siswa yang lain. Asisten ini memiliki tanggung jawab menyampaikan konsep
yang telah mereka miliki kepada anggota kelompoknya, sehingga materi Laju
reaksi dapat lebih mudah dikuasai siswa. Langkah-langkah dalam model dalam
pembelajaran TAI yaitu kelas dibagi dari beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5
siswa. Dalam satu kelompok-kelompok tersebut terdapat seorang siswa yang
berperan sebagai asisten, asisten ini dipilih berdasarkan dari hasil ulangan harian
dan dari pengamatan guru. Peran asisten dalam kelompok untuk membantu guru
dalam menjelaskan materi, dimana jika dalam diskusi kelompok ada anggota
kelompoknya yang belum paham bisa bertanya pada asisten. Jika asisten tidak
dapat membantu anggota kelompoknya,asisten dapat bertanya kepada guru.
Disamping itu,asisten bertugas melaporkan keberhasilan kelompok dengan
mempresentasikan hasil diskusi. Setelah itu,guru memberikan kuis dimana
kelompok dengan nilai kuis terbaik akan diberi penghargaan. Dalam diskusi
terkadang ada beberapa materi yang terlewatkan, kemudian guru menjelaskan
mengenai materi-materi yang belum terbahas dalam diskusi.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru kimia SMAN 2
Batanghari,didapatkan informasi bahwa guru masih menggunakan model Direct
instruction dikelas, model ini telah berjalan cukup aktif. Namun dalam kegiatan
pembelajaran perlu adanya interaksi antar siswa, khususnya pada materi laju
reaksi yang memerlukan pemahaman yang cukup tinggi. Maka dari itu perlu
diadakan analisis keterlaksanaan model kooperatif tipe TAI ditinjau dari aktivitas
guru dan siswa,sehingga akan terlihat apakah pelaksanaan model kooperatif tipe
TAI berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siwa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterlaksanaan Model
Pembelajaran kooperatif Tipe TAI (Team Asissted Individualization) Dan
Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 2 Batanghari”

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana keterlaksanaan model Kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi dikelas XI MIPA
SMA N 2 Batang Hari?
2. Apakah terdapat pengaruh model Kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi XI MIPA SMA N
2 Batang Hari?
1.3 Batasan masalah
Batasan penelitian dalam penelitian ini:
1. Aspek yang dilihat dari penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis
siswa pada ranah kognitif meliputi aspek pemahaman (C2),penerapan (C3),
analisis (C4) berdasarkan taksonomi Anderson.
2. Penelitian ini hanya menggunakan 1 kelas di ambil dengan menggunakan
random sampling.

1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan model kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi kelas XI SMA
Negeri 2 Batang Hari
2. Untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe TAI terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Laju reaksi kelas XI SMA
Negeri 2 Batang Hari

1.5 Manfaat
1. Bagi peneliti
Sebagai sumbangsih pengetahuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya
dalam menggunakan model kooperatif dengan menggunakan model TAI.
2. Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan dan
dharapakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
siswa.
3. Guru
Sebagai masukan untuk menggunakan metode yang variatif ,salah atunya
dengan menggunakan metode yang melibatkan siswa secara aktif yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran agar proses
belajar mengajar lebih menyenangkan.
4. Sekolah
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI diharapkan dapat memberi sumbangan perbaikan mutu pendidikan
sekolah. Khususnya dalam mata pelajaran kimia di SMA N 2 Batang Hari.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 2 Batang Hari

pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.

3.2 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian

ini diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel bebas dengan

variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran

TAI, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix

method. Mix method (metode kombinasi) merupakan suatu metode penelitian yang

mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode

kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian,

sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif

(Sugiyono,2014:404). Mix Method yang digunakan oleh peneliti adalah jenis

Concurrent Embedded, dimana data kualitatif mendukung desain kuantitatif.

Desain concurrent embedded dapat digambarkan sebagai berikut:


Masalah dan Landasan teori dan
rumusan masalah hipotesis

Analisis data
Kesimpulan dan Penyajian data dan
kuantitatif dan data
saran hasil penelitian
kualitatif

Gambar 3.1 Desain Concurrent Embedded(sumber: Sugiyono,2014:617)

Dalam penelitian ini akan digunakan satu kelas tanpa kelas kontrol. Dimana

kelas XI IPA 2 yang akan dilakukan pengamatan secara langsung pada tiga kali

pertemuan. Kemudian di setiap pertemuan di berikan tes untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa yang ada pada LKS. Hasil dari pengamatan

keterlaksanaan model dan hasil tes yang telah dilakukan pada tiap pertemuan, di

uji korelasinya untuk menentukan apakah ada pengaruh dari keterlaksanaan model

pembelajaran TAI terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.


Adapun rancangan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penerapan Model TAI

Keterlaksanaan Model Pembelajaran


TAI

Gambar 3.2 Skema Penelitian


3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI SMAN 2 Batang Hari

yang terdiri dari dua kelas. Di bawah ini merupakan jumlah kelas XI yang

menjadi populasi dalam penelitian ini pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas XI

Kelas Jumlah Seluruh Siswa


XI IPA 1 35
XI IPA 2 36
Sumber : TU SMAN 2 Batang Hari

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random

sampling. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara undian

dan diambil satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan.

Kelas yang digunakan penelitian adalah kelas XI IPA 2.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu;

X = Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran TAI

Y = Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi keterlaksanaan model pada aktivitas guru dan siswa, lembar observasi

kemampuan berpikir kritis siswa dan tes berpikir kritis siswa pada LKS.

3.5.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran TAI

Instrumen yang digunakan untuk melihat bagaimana keterlaksanaan model

pembelajaran TAI yaitu berupa lembar observasi terhadap proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dan siswa. Lembar observasi ini disusun berdasarkan

langkah-langkah model pembelajara TAI dengan menyediakan pilihan jawaban

dengan kriteria skor 4, 3, 2, 1 sehingga observer dapat memilih jawaban yang

dinilai paling sesuai dengan memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang
dipilih. Dalam melakukan observasi melibatkan 6 orang observer. Satu observer

untuk mengamati guru dan lima observer lain untuk mengamati aktivitas siswa.

Setiap satu orang observer mengamati satu kelompok siswa yang terdiri dari 4-5

orang. Sebelum observer mengisi lembar observasi yang dibuat oleh peneliti

terlebih dahulu peneliti sudah mengadakan pertemuan dengan observer untuk

diberi pengarahan oleh peneliti. Untuk memudahkan perolehan data, peneliti

dibantu juga oleh pengamatan menggunakan video (handicam) yang diambil oleh

teman selain observer. Lembar observasi yang akan digunakan sebelumnya telah

divalidasi oleh ahli.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Model oleh Guru


No Aspek Indikator Jumlah
Item
1 Menyampaikan tujuan Menyampaikan Tujuan 1
dan memotivasi siswa. Pembelajaran
Memberikan motivasi dan 1
Apersepsi
2 Menyampaikan informasi Mendemonstrasikan 1
materi pembelajaran
3 Mengorganisasikan siswa Mengorganisasikan siswa 1
dalam kelompok- dalam kelompok-kelompok
kelompok belajar belajar
secara heterogen
4 Membimbing kelompok Membimbing kelompok 1
bekerja dan belajar dalam mengerjakan LKS
Membimbing kelompok 2
dalam berdiskusi
5 Evaluasi Meminta siswa untuk 1
mempresentasikan hasil
diskusi
Memanggil siswa 1
untuk mempresentasikan
jawaban soal di LKS
Meminta siswa untuk 1
menyimpulkan jawaban akhir
dari semua soal di LKS
Memberikan kuis 1
6 Memberikan penghargaan Menghargai hasil belajar 1
siswa
Total 12
Adapun kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe TAI oleh siswa seperti dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Model oleh Siswa


No Aspek Indikator Jumlah
Item
1 Tujuan dan Mendengarkan tujuan dan 1
motivasi motivasi pembelajaran
2 Penerimaan Menyimak penyampaian 1
informasi informasi dan menjawab
pertanyaan dari guru
3 Pembentukan Membentuk kelompok 1
kelompok belajar belajar 4-5 siswa
4 Diskusi kelompok Mengerjakan LKS 1

Berdiskusi dengan anggota 2


kelompok
Bertanya materi yang tidak 1
dimengerti kepada guru
5 Evaluasi Mempresentasikan jawaban soal 1
di LKS
Menjawab pertanyaan dari 1
kelompok lain
Menyimpulkan jawaban akhir 1
dari semua soal di LKS
Mengevaluasi hasil diskusi 1
kelompok
Mengerjakan kuis 1
Total 12

3.5.2 Lembar Observasi Berpikir Kritis Siswa

Lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa digunakan untuk melihat

pengaruh keterlaksanaan model pembelajaran TAIterhadap kemampuan berpikir

kritis siswa. Adapun lembar observasi ini dapat disusun berdasarkan indikator-

indikator yang ada, juga dengan menyediakan pilihan jawaban dengan kriteria

skor 4,3,2,1. Berikut ini merupakan kisi-kisi lembar observasi kemampuan

berpikir kritis siswa:


Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Sikap Ilmiah Indikator Jumlah Item


Berpikir Kritis Mengenali masalah 2
Mengumpulkan dan 2
menyusun informasi
yang diperlukan
Menganalisis argumen 2
Memahami dan 1
menggunakan bahasa
yang tepat, jelas, dan
khas
Membuat kesimpulan 1
TOTAL 8

3.5.3 Tes Soal

Instrumen soal tes yang digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa yang bervariasi berkenaan dengan penguasaan konsep materi

pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lembar tes berisi pertanyaan-

pertanyaan mengenai materi dan penerapan konsep yang telah disampaikan dan

harus dijawab oleh siswa. Bentuk dari tes yang akan digunakan adalah adalah tes

essay. Butir soal dikategorikan pada aspek kognitif menurut taksonomi Anderson

C3-C5.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data

kuantitatif dari lembar observasi, serta data kualitatif dari lembar observasi dan

tes yang ada pada LKS.

3.6.1 Pengumpulan Data Kualititatif

Analisis data kualitatif ini menggunakan model Miles & Huberman. Model

Miles & Huberman ini digunakan dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu

(Sugiyono, 2014). Miles & Huberman dalam Sugiyono (2014), mengemukakan


bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data

conclution drawing/verification. Langkah-langkah dalam analisis ditunjukkan

pada gambar 3.3 berikut:

Data Collection Data Display

Data Reduction

Conclution
drawing/verifying

Gambar 3.3 Diagram Miles & Huberman (sumber: Sugiyono,2014)

3.6.2Data Kuantitatif dari Lembar Observasi

Data Kuantitatif diperoleh dari perhitungan skor dalam bentuk skor likert

(Sugiyono, 2014). Untuk menganalisis keterlaksanaan model terdapat dua jenis

lembar observasi aktivitas yaitu guru dan siswa, sedangkan untuk menganalisis

kemampuan berpikir kritis siswa hanya digunakan lembar observasi kemampuan

berpikir kritis siswa. Dimana interpretasi skor tersebut adalah sebagai berikut:

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa:

Skor minimum : 1 x 12 = 12

Skor maksimum : 4 x 18 = 48

Kategori kriteria :4
48−12
Rentang nilai : =9
4

Data ketelaksanaan model oleh guru dan siswa dianalisis dengan mencari

skor rata-rata dengan menggunakan rumus:


Tabel 3.5 Kriteria aktivitas guru dan siswa

Nilai pelaksanaan model Kategori pelaksanaan


Skor
kooperatif tipe TAI (%) model

39– 48 81,25 – 100 Sangat baik

29 – 38 62,45 – 81,25 Baik

19 – 28 24,9 – 62,45 Cukup baik

9– 18 6,1 – 24,9 Kurang baik

3.6.3 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa berisi 8 pernyataan dengan

skor minimal 8 dan skor maksimal 32. Interpretasi skor tersebut adalah sebagai

berikut:

Skor minimum :1x8=8

Skor maksimum : 4 x 8 = 32

Kategori kriteria :4
32−8
Rentang nilai : =6
4

Data kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis dengan mencari skor rata-

rata dengan menggunakan rumus:

Tabel 3.6 Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa

Nilai kemampuan berpikir kritis Kategori kemampuan berpikir


Skor (%) kritis
26 – 32 81,25 – 100 Sangat baik
19 – 25 59,37 – 81,25 Baik
12 – 18 37,5 – 59,37 Cukup baik
5 – 11 15,62– 37,5 Kurang baik
3.6.4Analisis Tes Evaluasi

Tes evaluasi yang digunakan berupa tes tertulis jenis essay. Prosedur analisis

data pada tes kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan mengumpulkan

hasil tes siswa dan memeriksa jawaban siswa untuk setiap langkah-langkah

penyelesaian perbutir soal berdasarkan rubrik yang sudah disediakan.

3.7 Pengujian Hipotesis

Hubungan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah korelasi antara

keterlaksanaan model TAI dengan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan rumus korelasi product moment (r). Sebelum dikorelasikan, hasil

observasi kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor

dari masing-masing pernyataan pada lembar observasi.

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

H0 = μ = 0 (tidak ada hubungan)

Ha = μ ≠ 0 (ada hubungan)

Cara pengujian hipotesis adalah dengan mencari korelasi antara

keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe TAIdan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan rumus korelasi produk

momen. Analisis korelasi yang di gunakan adalah (PPM) Pearson Product.

Adapun rumusnya sebagai berikut:

rxy

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X

dan variabel Y x = Keterlaksanaan model TAI oleh

siswa

y = Keterlaksanaan kemampuan berpikir kritis siswa

= Jumlah perkalian antara variabel X dan Y


∑x2 = Jumlah dari kuadrat nilai X

∑y2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y


(∑x)2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan

(∑y)2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0

artinyatidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti

harga r akan di konsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisian Korelasi Nilai r


Interval koefesien Tingkat hubungan
korelasi
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat


(Arikunto, 2013)

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel terikat maka digunakan analisis koefisien determinasi (r2). Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabe terikat amat terbatas.

Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Adapun

rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut :


Kd = r2 x 100 %

Dimana

Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Determinasi


Interval Tingkat Pengaruh
0% - 19,9% Sangat rendah
20% - 39,9% Rendah
40% - 59,9% Sedang
60% - 79,9% Kuat
80% - 100% Sangat kuat

Anda mungkin juga menyukai