Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Berfikir
Berpikir pada manusia sangat banyak macam-macamnya, bahkan dalam memecahkan
masalah di butuhkan kinerja dari berpikir dan otak sebagai medianya. Namun, setiap mahkluk
hidup belum tentu bisa berfikir semuanya, tergantung apakah mahkluk hidup itu memiliki
atau tidaknya akal di dalam dirinya. Jadi dapat di simpulkan bahwa binatang itu tidak bisa
berpikir karena binatang tidak memiliki akal sehat. Banyak macam-macam dari berpikir itu
sendiri, seperti berpikir Deduktif, Induktif, Evaluatif, Analogi, bahkan Problemsolving
termasuk dalam kegiatan berfikir pada manusia sendiri.
Berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan
adanya masalah (Agus Sujanto, 1979).
Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi
informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso, 1998).

Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain.Bahasa bukan hanya
menggunakan bahasa verbal, bisa saja bahasa non-verbal seperti bahasa isyarat. Dan sebagai
sebuah sistem symbol yang amat kaya, bahasa mampu mengekspresikan sebagian beaar
pikiran, dan bahasa mampu untuk menjadi media penyampaian pikiran kita kepada orang
lain.

Bahasa (language) dalam pengertian dasarnya adalah sebagai bentuk komunikasi baik itu
lisan, tertulis, maupun menggunakan isyarat yang di dasarkan pada sebuah sistem symbol.
Kita memerlukan bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain,
membaca, dan menulis (Hoff & Shatzs, 2007). Bahasa juga bisa dikatakan sebagai pengatar
ilmu, tanpa suatu bahasa ilmu tidak akan bisa di tersampaikan dengan sempurna. Bahasa
sudah di perkenalkan kepada anak sejak ia terlahir di dunia yang di ajarkan oleh orang tuanya
sendiri.

B. Proses Berfikir

Proses berfikir ada 3 ( Sarlito Wirawan, 2000):


1. Pembentukan pengertian

Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan
unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.

2. Pembentukan pendapat

Pembentukan pendapat adalah meletakkan hubungan dua pengertian atau lebih. Pendapat di
bagi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Pendapat afirmatif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu.


b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menindakkan, yang secara tegas menjelaskan
tidak adanya sifat tertentu.
c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu kemungkinan-kemungkinan suatu sifat
pada suatu hal.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada.

Ada 3 macam keputusan:

a. Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus
menuju ke satu pendapat umum.

b. Keputusan Deduktif yaitu hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan
dengan keputusan induktif.

c. Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan


atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

C. Pandangan Mahzab Tentang Berfikir

Menurut pandangan mahzab wurzhub, pendapat ilmu jiwa asosiasi itu seluruhnya benar,
memang benar kita memerlukan pengindraan kita terhadap dunia luar saja tetapi didalam diri
kita masih terdapat sesuatu yang gaib, yang bersifat abstrak, yang terjadi pada waktu berfikir.
Unsur ini oleh Ach disebut bewestheden dan oleh K. Buhler disebut gedatchen.kemudian,
menurut mahzab wurzhub orang bisa sadarnya hubungan sekalipun tidak diikuti bayangan-
bayangan yang bersumber kepada panca indera.Berfikir adalah pekerjaan jiwa yang abstrak,
yang dapat diukur kepada gerakan tanggapan belaka.

D. Usaha Untuk Berfikir Kreatif

Berfikir dan berbahasa memiliki kaitan yang sangat erat, karena bahasa adalah sarana
berfikir.bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan
masyarakat untuk berkerja, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem
bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata
bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa
adalah adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
terbagi atas dua yaitu bahasa lisan dan tulisan, bahasa lisan disebut pula bahasa primer dan
bahasa tulisan disebut juga bahasa skunder. Bahasa lisan dan tulisan dapat digunakan sebagai
sarana berfikir atau mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulis.

E. Hubungan Berfikir Dan Berbahasa

Berfikir dan berbaasa memiliki kaitan yang sangat erat, karena bahasa adalah sarana
berfikir.bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan
masyarakat untuk berkerja, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem
bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata
bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa
adalah adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
terbagi atas dua yaitu bahasa lisan dan tulisan, bahasa lisan disebut pula bahasa primer dan
bahasa tulisan disebut juga bahasa skunder. Bahasa lisan dan tulisan dapat digunakan sebagai
sarana berfikir atau mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulis

F. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu,
perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.

Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun)
dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai anak mengucapkan kata kata
yang, pertama. Yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik
terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik
yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Misalnya kata
duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti
“mama sedang duduk”.

2. Fase lebih dari satu kata

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat
membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang
terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan
tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti
oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi
egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang
lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.
Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.

3. Fase ketiga adalah fase diferensial

Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setcngah sampai lima
tahun. Ketcrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam
berbicara anak buKan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak
mulai mampu mengucapkan kata demii kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam
pemakaian kata benda dan kata kerja.

G. PEMECAHAN MASALAH

Menurut Walgito dalam pemecahan masalah, subjek diarahkan untuk mencari pemecahan
dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut. Jadi problem solving merupakan tugas si
subjek untuk menemukan cara pemecaan masalah. Sementara menurut Plotnik, pemecahan
masalah meliputi pencarian beberapa aturan (kaidah), rencana atau yang mebuat kita berhasil
mencapai satu tujuan yang sekarang belum tecapai. Aturan atau kaidah dapat dibedakan
menjadi dua macam : Kaidah Algoritma dan Kaidah Horistik.

1. Problem Solving menurut pandangan Behaviorisme dan Gestalt


a. Ada beberapa ciri pemecahan masalah dengan insight:
b. Pemecahan masalah diperoleh secara tiba-tiba yaitu dengan adanya “AHA”.
c. Apa yang telah dipelajari itu dapat diterapkan pada prblem yang mirip (adanya
transfer yang positif)
d. Pada umumnya sedikit mengalami kesalahan (free from errors)
e. Hasilnya dapat bertahan lama.
DAFTAR PUSTAKA

Solso .1998. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara

Sujanto, Agus. 1979. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru.

Wirawan, Sarlito.2000. Pengantar Umum Psikologi.Jakarta: Bulan Bintang


TUGAS 12
Psikologi Umum
“Berfikir dan Berbahasa”

Dosen Pembina: Prof. Dr. Firman, M.S, Kons

Oleh:
Nama : Adilatunnisa
NIM : 18006225

Nomor Absensi : 44

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

Anda mungkin juga menyukai