Anda di halaman 1dari 5

LO

1. Anatomi segmen anterior mata


2. Definisi & Klasifikasi Konjungtivitis
Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik.
Peradangan konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi pula karena asap, angina dan sinar.

Klasifikasi:
Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat
yaitu konjungtivitis yang diakibatkan karena bakteri, virus, allergen dan
jamur (Ilyas dkk, 2010).
1) Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus (James dkk, 2005).
Gejala konjungtivitis yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-
kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular dari satu mata
ke mata sebelahnya dan dengan mudah menular ke orang lain melalui benda yang dapat
menyebarkan kuman (Ilyas dkk, 2014).
Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti neospirin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari (Ilyas dkk, 2014).
2) Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus,
dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang
dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
(Vaughan, 2010).
Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam faringokonjungtiva. Biasanya
memberikan gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang
mengenai satu atau kedua mata. Konjungtivitis ini biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4
dan 7 dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat
jarang (Ilyas dkk, 2014; James dkk, 2005). Konjungtivitis ini mudah menular terutama anak-
anak yang disebarkan melalui kolam renang. Masa inkubasi konjungtivitis virus 5-12 hari,
yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic (Ilyas dkk, 2014).
Pengobatan konjungtivitis virus hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibotik
dengan steroid topical (Ilyas dkk, 2014).
3) Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang peling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo
dkk, 2009).
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal,
silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya yaitu terdapat papil besar pada
konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit
alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang
memerlukan pengobatan (Ilyas dkk, 2014).
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi tumbuh-
tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokoknjungtivitis atopic dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010).
Pengobatan konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit
dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah kemudian
ditambahkan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat
diberikan antihistamin dan steroid sistemik (Ilyas dkk, 2014).
4) Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi
yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat timbul pada
pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.
Selain candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii,
Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

3. Epidemiologi Konjungtivitis Bakteri


4. Faktor Resiko Konjungtivitis Bakteri
5. Etiologi Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut
dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria
kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia
dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri
subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi
pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla,
2009).
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang
sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang
yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

Banyak hal yang dapat menyebabkan konjungtivitis. Bisa disebabkan oleh infeksi seperti
bakteri, virus, parasit dan jamur, bisa juga disebabkan oleh non infeksi seperti alergi, iritasi yang
lama pada mata,zat-zat yang bersifat toksik atau karena ada kelainan sistemik lain seperti Sindroma
Steven Johnson.1,2 (1. Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta. 2. Ebook Ophtalmology pocket)
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi terjadi akibat kontaminasi langsung dengan
mikroorganisme patogen (seperti kontak dengan tangan, handuk, berenang), ditambah lagi dengan
adanya faktor pendukung seperti menurunnya system kekebalan tubuh sebagai mekanisme
pertahanan terhadap reaksi infeksi inflamasi akan memperberat munculan klinis konjungtivitis.2

6. Patofisiologi Konjungtivitis Bakteri


7. Kriteria Diagnosis Konjungtivitis Bakteri
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri
biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering
dijumpai edema pada kelopak mata (AOA, 2010).
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri
namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan
reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada
pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).

8. Diagnosis Banding Konjungtivitis Bakteri

9. Pemeriksaan Penunjang Konjungtivitis Bakteri


10. Tatalaksana Konjungtivitis Bakteri
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.
terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen
yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan
sistemik. Pada konjungtivitis purulen danmukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan
larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva

11. Komplikasi & Prognosis Konjungtivitis Bakteri


Komplikasi
Prognosis
Konjungtivitis bakteri sangat baik selama tidak ada gejala sisa dan kornea tidak terkena.
Komplikasi berkembang pada pathogen seperti, Chlamydia trachomatis atau N gonorrhoeae.
Komplikasi berlanjut bias terjadi: sepsis dan meningitis dikarenakan N
gonorrhoeae. Infeksi Chlamidia pada bayi barulahir bias mengarah ke pneumonia dan atau otitis
media.
12. Integrasi Islam terhadap Konjungtivitis Bakteri

Anda mungkin juga menyukai