Anda di halaman 1dari 7

TATALAKSANA NUTRISI PADA ANAK KEKURANGAN VITAMIN A

A. Vitamin A
Vitamin A merupakan substansi yang larut di dalam lemak dan disimpan di
dalam tubuh (pada prinsipnya di semua organ tubuh) terutama di hati dan dilepas ke
dalam aliran darah untuk kemudian digunakan oleh seluruh sel epitel tubuh termasuk
mata (Arisman, 2010).

B. Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A pada mata adalah sebagai fotoreseptor; sedangkan
fungsinya pada sel-sel tubuh yang lain adalah sebagai factor pertumbuhan.
Mekanisme dan aksinya dalam sel-sel tubuh masih dalam penelitian yang terus-
menerus dilakukan. Vitamin A digunakan sebagai obat dalam penyembuhan berbagai
kelainan kulit, dan sedang diteliti sebagai zat anti kanker.
Vitamin A juga dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme asing, seperti
bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini termasuk kedalam sistem imun eksternal,
karena system imun ini berasal dari luar tubuh. Vitamin ini akan meningkatkan
aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh
menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan mikro
organisme parasit, seperti bakteri pathogen dan virus (Pudjiadi, 1997)

C. Sumber Vitamin A
 ASI
 Bahan makanan hewani seperti hati, kuning telur, ikan, daging, ayam dan
bebek.
 Buah-buahan berwarna kuning dan jingga seperti papaya, mangga masak,
alpukat, jambu biji merah, pisang.
 Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti bayam, daun
singkong, kangkung, daun katuk, daun mangkokan, tomat, wortel.
 Bahan makanan yang di fortifikasi seperti margarine dan susu. (Pedoman
kader, 2010)
Berikut adalah kadar Vitamin A pada berbagai makanan:

- Minyak ikan 120000 IU / 100 grm


- Minyak kelapa sawit 180000 IU / 100 grm
- Hati sapi 65850 IU / 100 grm
- Daun pepaya 54750 IU / 100 grm
- Wortel 36000 IU /100 grm
- Daun singkong 33000 IU /100 grm
- Ubi jalar ungu 23100 IU /100 grm
- Sawi 19400 IU /100 grm
- Manga 19000 IU /100 grm
- Kangkung 18900 IU /100 grm
- Bayam 1827 IU /100 grm
- Mentega 6435 IU /100 grm
- Margarine 3000 IU /100 grm
- Kuning telur ayam 3000 IU /100 grm
- Tomat 4500 IU /100 grm
- Ayam 1215 IU /100 grm
(Astuti, 2011)

D. Distribusi Vitamin A
Pendistribusian vitamin A secara universal mencakup pemberian suplementasi
vitamin A secara berkala kepada seluruh anak pra sekolah, terutama kelompok usia 6
bulan sampai 3 tahun, atau wilayah yang beresiko paling tinggi selain itu, semua ibu
yang beresiko tinggi juga harus diberi vitamin A dosis tinggi setidaknya 8 minggu
setelah melahirkan (Arisman, 2010).

E. Dosis Pemberian Vitamin A


Dosis untuk pencegahan:
- Bayi 6 – 11 bulan diberikan kapsul vitamin A warna biru (100.000 IU).
Diberikan pada bulan Februari atau Agustus.
- Anak 12 – 59 bulan diberikan kapsul vitamin A warna merah (200.000
IU).
Diberikan pada bulan Februari dan Agustus.

F. Cara pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah pernah
menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir. Cara pemberian kapsul pada
bayi dan anak balita:
- Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi 6 – 11 bulan dan kapsul
merah (200.000 SI) untuk balita (12 – 59 bulan)
- Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
- Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak
membuang sedikitpun isi kapsul)
- Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul
untuk diminum.
G. Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan di mana simpanan vitamin A


dalam tubuh berkurang. Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang
mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru,
usus, mata dan organ lain, akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat
pada mata (Depkes RI, 2003)
Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja, atau kurang dapat melihat
pada malam hari. Nama penyakit tersebut adalah hemeralopia (rabun senja/rabun
ayam). Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol
dalam darah (kurang dari 20 μg/dl). Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan
jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru-paru, usus, kulit dan mata.
Gambaran yang khas dari kekurangan vitamin A dapat langsung terlihat pada
mata (Depkes RI, 2005).
Kekurangan vitamin A biasanya terjadi pada anak yang telah diberi MP ASI
yaitu pada anak umur 1 sampai 3 tahun (Arisman, 2010)

H. Penyebab Kurang Vitamin A

Penyebab dari kurang vitamin A pada anak adalah sebagai berikut:


 Konsumsi vitamin A tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu
lama.
 Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena cacingan, diare,
rendahnya konsumsi lemak, protein dan zinc.
 Adanya penyakit ISPA, campak dan diare.
I. Buta senja atau rabun senja
Buta senja atau rabun senja akibat gangguan regenerasi rhodopsin merupakan
gejala dini dan sering timbul sebelum terdapat gejala-gejala mata lain. Buta senja ini
merupakan stadium terrendah dari kekurangan vitamin A. Tanpa alat-alat seperti
electro-retinograf banyak kasus buta senja tidak terdiagnosa. Pada anak-anak
biasanya diketahui dari anak tersebut sering jatuh atau salah menangkap benda yang
diberika diwaktu senja (Pudjiaji, 1997)

J. Xeroftalmia

Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A


pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel
retina yang berakibat kebutaan.
Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti “mata kering”, karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata
(Depkes, 2003).
K. Klasifikasi Xeroftalmia
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi
WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
XIA : xerosis konjungtiva
XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
X2 : xerosis kornea
X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.

XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan


pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang
harus segera diobati karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.
X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat
yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea
cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).

L. Pengobatan Xeroftalmia
Secara umum pengobatan KVA diarahkan pada upaya memperbaiki status
vitamin A. Berikut adalah dosis untuk pengobatan xeroftalmia
Buta senja dan serosis konjungtiva tanpa pernah sakit campak 3 bulan terakhir
diberikan kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari pertama. Buta senja
akan merespon pengobatan setelah 1-2 hari pemberian vitamin A.
Pengobatan dengan adanya salah satu gejala yaitu bintik bitot dan serosis
konjungtiva diberikan kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari pertama
dan pada hari kedua. Lalu diberikan kembali kapsul vitamin A dengan dosis sesuai
umur kembali pada hari ke 15 (minggu ke-2). Serosis konjungtiva dan bintik bitot
mulai mereda dalam 2-5 hari. Sementara serosis kornea reda dalam 2-5 hari dan
kornea kembali normal setelah 1-2 minggu.

M. Upaya Pengobatan
Secara umum pengobatan kurang vitamin A diarahkan pada upaya
memperbaiki status vitamin A. Berikut adalah dosis untuk pengobatan pada kasus
kurang vitamin A:
1. Buta senja
Diberikan kapsul vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari pertama. Buta
senja akan merespon pengobatan setelah 1-2 hari pemberian vitamin A.
2. Xeroftalmia
- Umur < 6 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 150.000 IU (1/2
kapsul biru) pada hari ke 1, hari ke 2 dan hari ke 15.
- Umur 6 bulan – 11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 300.000 IU
(kapsul biru) pada hari ke 1, hari ke 2 dan hari ke 15.
- Umur 12 bulan – 59 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 600.000
IU pada hari ke 1, hari ke 2 dan hari ke 15.

N. Upaya Pencegahan KVA


Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A, maka
masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan
kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus terus dilakukan,
antara lain:
 Peningkatan asupan pangan yang kaya vitamin A dan provitamin A
 Fortifikasi makanan yang lazim disantap, contoh: margarin, gula, minyak kelapa
sawit.
 Distribusi vitamin A dosis tinggi secara berkala.

O. Pemberian Vitamin A untuk Pengobatan Campak


1. Pemberian Vitamin A Untuk Pengobatan Campak DENGAN Komplikasi Mata
dan/atau Mulut
- Umur < 6 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU (1/2 kapsul
biru) pada hari ke 1 dan hari ke 2.
- Umur 6 bulan – 11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 200.000 IU
(kapsul biru) pada hari ke 1 dan hari ke 2.
- Umur 12 bulan – 59 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 400.000 IU pada
hari ke 1 dan ke 2.

2. Pemberian Vitamin A Untuk Pengobatan Campak TANPA Komplikasi Mata


dan/atau Mulut
- Umur < 6 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 50.000 IU (1/2 kapsul biru)
pada hari ke 1.
- Umur 6 bulan – 11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU
(kapsul biru) pada hari ke 1.
- Umur 12 bulan – 59 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 200.000 IU pada
hari ke 1.

P. Makanan Kaya Vitamin A


LOAF TAHU
Bahan :
 Tahu 250 gr
 Udang Kupas 50 gr
 Telur Ayam 2 biji
 Wortel 125 gr
 Buncis 50 gr
 Bayam 50 gr
 Bawang Bombay 50 gr
 Bawang Merah Goreng 2 sdm
 Bawang Putih 2 siung
 Garam ½ sdt
 Merica ¼ sdt
 Seledri Cincang ½ sdm
 Sari Kaldu ½ bungkus
 Margarin secukupnya
Cara Membuat :

1. Udang dan tahu di haluskan menggunakan blender


2. Udang, tahu yang telah dihaluskan campur dengan kocokkan telur, wortel yang telah
dipotong kecil-kecil, bayam cincang, bawang bombay, bawang putih dan bawang
merah goreng
3. Bubuhi garam, merica, seledri dan sari kaldu, aduk hingga rata
4. Siapkan cetakkan yang menarik bagi anak dan olesi dengan margarin
5. Tuangkan adonan tahu dalam cetakan dan ratakan. Lalu kukus selama 30 menit
6. Angkat lalu dinginkan, keluarkan dari cetakan dan hidangkan semenarik mungkin.
Daftar Pustaka

Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan Ed. 2. Jakarta: EGC

Pudjiadi, Solihin. (1997). Ilmu Gizi Klinis pada Anak Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Astuti, Harwina. W. (2011). Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Departemen Kesehatan. (2003) Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia: Pedoman Bagi
Tenaga Kesehatan. Jakarta

___________________. (2009) Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A. Jakarta

Kementrian Kesehatan. (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai