Tugas Akhir Modul 2
Tugas Akhir Modul 2
g. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, seperti;
1) memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun,
baik secara lisan maupun tulisan,
2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan
bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal
dari
i. penyiapan kondisi psikologis peserta didik,
ii. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai ajakan kepada peserta didik
untuk ambil bagian,
3) respons peserta didik,
4) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhak mulia. Kompetensi inti kepribadian seperti
a. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia, seperti;
1) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-
istiadat, daerah asal, dan gender,
2) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam
b. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, seperti;
1) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi,
2) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia,
3) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di
sekitarnya.
c. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
seperti;
1) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil,
2) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
d. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri, seperti;
1) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi,
2) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, Bekerja mandiri secara
professional.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial
penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya senantiasa berinteraksi dengan
human (manusia) lain. Indikatornya adalah
a. bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi, seperti;
1) bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran,
2) tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini ditunjukan dengan cara;
1) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara
santun, empatik dan efektif,
2) berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun,
empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik,
3) mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
c. beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting dikuasai oleh pendidik, apalagi
jika tugas tidak ditempatkan di daerah asal. Kemampuan ini ditunjukan dengan;
1) beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan
efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat,
2) melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
d. berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain, seperti;
1) berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah
lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,
2) mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam kurikulum,
serta menambah wawasan keilmuan. Dengan indikatornya sebagai berikut
a. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu sesuai jenjang pendidikan.
b. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu, seperti;
1) memahami standar kompetensi mata pelajaran,
2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran,
3) memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.
2. Menghadapi abad 21 ini keterampilan belajar apa yang harus dimiliki oleh guru
dan siswa?
Jawab:
Abad 21 yang ditandai dengan kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh pada
pengelolaan pembelajaran sehingga menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi dengan pembelajaran, yang berpusat pada siswa.
Oleh karena itu, pada abad 21 ini seseorang baik itu guru maupun siswa harus memiliki
keterampilan 4 C, yakni:
1. Creativity and Innovation
Manusia yang akan sukses di abad 21 adalah orang-orang yang kreatif dan memiliki
keberagaman ide. Sehingga, dalam dimensi kreatif ini, gurunya pun harus kreatif. Tidak
lagi hanya mengharapkan kemampuan siswa pada level mendeskripsikan sesuatu, namun
bagaimana siswa mampu mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-
gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru
dan berbeda.
2. Critical Thinking and Problem Solving
Terdapat dua masalah dalam pembelajaran, yaitu masalah yang sifatnya akademis
dan otentis. Masalah akademis tentu saja masalah yang terkait pada ranah kognisi yang
mereka jalani. Masalah otentis lebih kepada masalah yang sering mereka jumpai sehari-
hari di sekitar mereka. Siswa dituntut mampu menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan
mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
3. Communication
Di abad 21, siswa yang mampu bertahan adalah yang bisa berkomunikasi dengan
berbagai cara, baik tertulis maupun verbal. Siswa dituntut untuk memahami, mengelola,
dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan,
tulisan, dan multimedia. Siswa diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya
untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya
maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya. Siswa tidak boleh lagi anti ICT,
mereka harus biasa dengan komunikasi yang bertekhnologi. Demikian juga gurunya.
4. Collaboration
Ternyata juga, hidup di abad 21 tidak tergantung lagi pada persaingan. Justru, orang-
orang sukses di abad ini adalah orang-orang yang bisa bekerja sama atau berkolaborasi
dengan berbagai kepentingan. Siswa harus mampu kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab;
bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya;
menghormati perspektif berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan
fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan
mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi
kerancuan.
Keterampilan ini sudah semestinya tercermin dalam setiap pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh seorang guru. Keterampilan Abad 21 dapat di integrasikan dalam
pelaksanaan pembelajaran, sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-
benar meningkatkan keterampilan tersebut. Karena itulah menjadi sebuah keharusan
bahwa kemampuan pedogogi guru harus menyesuaikan dengan karateristik dan
keterampilan yang diperlukan di abad 21.