Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan


mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan
malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik.
Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu
sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 % dari kejadian diare
terjadi pada golongan balita dengan episode diare balita sebesar 1,0 – 1,5 kali per
tahun.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah
/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan
penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.

1
BAB II
STATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : An.A
Umur : 8 bulan
Jenis kelamin : laki - laki
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Agama : Islam
Alamat : Winangun 04/01 Blitar
Status Pernikahan : -
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 06 Februari 2014
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 06 Februari 2014
2. Keluhan Utama : Diare
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli anak RSD. Mardi Waluyo dibawa oleh ibunya
dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu, BAB kurang lebih 4x dalam sehari
dan muntah – muntah 3x dalam sehari, diare berkonsistensi encer berwaran
kuning, ada ampas, dan berlendir namun tidak ada darah. Hari ini diare 3x,
sekali BAB kurang lebih ¼ gelas aqua, bau busuk (+), muntah 1x berisi susu
dan makanan yang sebelumnya diminumkan dan dimakan. Nafsu makan pasien
sangat berkurang. Pasien juga mengalami demam sejak 4 hari yang lalu. Panas
sumer-sumer dan dirasakan terus menerus, Pasien rewel, tampak haus dan
lemas. Sejak semalam pasien tidak buang air kecil. Ibu tidak merasa berat badan
anaknya menurun dan ibu lupa berat badan anaknya sebelumnya. 2 hari yang
lalu dibawa berobat ke bidan hanya diberi obat penurun panas, namun keluhan
tidak berkurang. Kemudian oleh ibu pasien dibawa berobat ke Poli anak RSD.
Mardi Waluyo.

2
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat alergi
a. Susu : disangkal
b. Makanan : disangkal
c. Obat : disangkal
Riwayat penyakit serupa : (+) saat umur 4 bulan tidak mondok
Riwayat asma : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat cacingan : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat kejang : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


- Ayah : baik
- Ibu : baik
- Kakak : baik

7. Pemeliharaan Kehamilan dan Kelahiran


- Pemeriksaan di bidan puskesmas
- Frekuensi : trimester I : 1 x / bulan
trimester II : 2 x / bulan
trimester III : 4 x / bulan
- Keluhan selama kehamilan : (-)
8. Riwayat Kelahiran
Lahir cukup bulan di tolong bidan BBL = 3000 gr , panjang badan
50 cm, ketuban : jernih. Pada saat lahir langsung menangis. Tidak ada
perawatan khusus setelah lahir, riwayat KPD (-), bayi biru (-), kuning
(-).
9. Riwayat Imunisasi
a. BCG : sudah
b. Hepatitis B : sudah
c. DPT : sudah
d. Campak : sudah
e. Polio : sudah

3
10. Perkembangan Anak
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 1 bulan
Mulai makan : 4,5 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan baik sesuai usia
11. Riwayat Makan Minum Anak
1. Usia 0-4 bulan : ASI diberikan sejak lahir, sampai pasien berumur 1 bulan.
ASI diberikan tiap kali menangis kurang lebih 8-10x sehari, lama
menyusui 10 menit, bergantian payudara kanan dan kiri, sesudah disusui
anak tertidur. Penghentian ASI pada usia 1 bulan oleh karena ASI
berkurang dan tidak keluar sama sekali.
2. Susu formula diberikan sejak usia pasien 1 bulan sampai sekarang , dan
biasa di campur dengan air tajin. Kadang diberi makan pisang sedikit-
sedikit
12. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program KB
13. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi
Penderita anak kedua dari pasangan suami istri Ny.S dan Tn.K. Penderita
tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan kakak. Ayah penderita
bekerja sebagai buruh tani sedangkang ibu panderita hanya seorang ibu
rumah tangga.
14. Riwayat Gizi.
ASI eksklusif 1 bulan, setelah itu diganti dengan susu SGM diberikan
sejak usia pasien 1 bulan sampai sekarang , biasa di campur dengan air
tajin. Kadang diberi makan pisang sedikit-sedikit

15. Anamnesis Sistem


a. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

4
b. Kepala : Bentuk normocephal, Ubun-Ubun besar cekung (+),
rambut mudah dicabut (-), keriput (-), kelainan mimik
wajah/ bells palsy (-)
c. Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur
(-), cowong (+/+)
d. Hidung : Tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan
(-)
g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (+)
h. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
k. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (+), nafsu makan dan
minum menurun (+), kembung (-)
l. Genitourinaria : BAK tidak lancar, 1-2 kali/hari warna dan jumlah biasa
m.Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
n. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan (-), nyeri kaki (-), nyeri otot
(-), lemas (+)
o. Ekstremitas : Atas sebelah kiri : bengkak (-), luka dan nyeri (-)
Atas sebelah kanan : bengkak (-), luka dan nyeri (-)
Bawah sebelah kiri : bengkak (-), luka (-), nyeri (-)
Bawah sebelah kanan: bengkak (-), luka (-), sakit (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak lemas dan haus , kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
status gizi kesan cukup
Status gizi (berdasarkan WHO)
Pemeriksaan Antropometri :
Berat Badan : 8,3 kg
Tinggi Badan : 58 cm
Lingkar Kepala : 45 cm (-2 SD > z-score < 2 SD)

5
Status Gizi :
BB/U = -2 SD > z-score < 2 SD
TB/U = -2 SD > z-score < 2 SD
Berat badan ideal anak usia 8 bulan = 8-9 kg
BB/TB = 0 SD > Z score < 1 SD
Kesimpulan : Gizi cukup
2. Tanda Vital
 Tanda Vital
Nadi : 130x/menit, reguler, lemah
Pernafasan : 24x/menit, reguler
Suhu : 37,5oC
BB : 8,3 kg
3. Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor
kembali lambat < 2 detik
4. Kepala : Bentuk normocephal, Ubun-Ubun besar cekung
(+), rambut mudah dicabut (-), keriput (-), kelainan
mimik wajah/ bells palsy (-)
5. Mata : Conjunctiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-),
Cowong (+/+), Air Mata (+/+) ,pupil isokor (+/+),
reflek kornea (+/+).
6. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis(-),
deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle
nose (-)
7. Mulut : Bibir kering (-), mukosa kering (+), Sinosis (-)
lidah kotor (-), tremor (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga : Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran
berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal
9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
10. Leher : JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
lesi pada kulit (-)
11. Thoraks

6
Simetris, retraksi interkostal (+), retraksi suprasternal (+)
- Cor :I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis tak kuat angkat
P : Batas kiri atas : SIC II Linea parasternalis Sinistra
Batas kiri bawah : SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra
Batas kanan atas : SIC II Linea parasternalis Dextra
Batas kanan bawah : SIC IV Linea parasternalis Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: (depan dan belakang)
I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor / sonor
A: Suara dasar vesikuler (+ /+)
suara tambahan RBK (-/-), wheezing ekspiratoar(-/-), ekspirasi
memanjang (-/-)
12. Abdomen
I :Dinding perut sejajar dengan dinding dada, bentuk flat, bekas luka (-)
P :Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba, tumor (-)
P :Timpani , meteorismus (+)
A :Peristaltik (+) meningkat
13. Sistem Collumna Vertebralis
I :Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :Nyeri tekan (-)
P :NKCV (-/-)
14. Ektremitas: palmar eritema (-/-), jari tabuh (-/-)
akral dingin oedem
+ + - -
+ + - -

15. Sistem genetalia: Dalam batas normal


16. Pemeriksaan Neurologik

7
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -
5 5 N N 2 2 - -

Capillary Refill Time > 2 detik


C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
06-02-2014
Item Periksa Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 12,3 L=13-17; P= 11,5 – 16 g/dl
Hematokrit 37,1 L=40-54; P=35-47 %
Leukosit 9.700 4.000-11.000 set/mm3
Trombosit 322,000 150.000 – 450.000 set/mm3
Eritrosit 5,12 L=4,5-6,5; P=3-6 juta/mm3
Hitung jenis 1/1/2/5/81/10 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-
Widal
7
Tiphy O 1/80 Negatif
Tiphy H 1/40 Negatif
Paratyphi A 1/80 Negatif
Paratyphi B Negatif Negatif

D. RESUME
Pasien datang ke Poli anak RSD. Mardi Waluyo dibawa oleh ibunya
dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu, BAB kurang lebih 4x dalam
sehari dan muntah – muntah 3x dalam sehari, diare berkonsistensi encer
berwaran kuning, ada ampas, dan berlendir namun tidak ada darah. Hari ini
diare 3x, sekali BAB kurang lebih ¼ gelas aqua, bau busuk (+), muntah 1x
berisi susu dan makanan yang sebelumnya diminumkan dan dimakan. Nafsu
makan pasien sangat berkurang. Pasien juga mengalami demam sejak 4 hari
yang lalu. Panas sumer-sumer dan dirasakan terus menerus, Pasien rewel,
tampak haus dan lemas. Sejak semalam pasien tidak buang air kecil. Ibu tidak
merasa berat badan anaknya menurun dan ibu lupa berat badan anaknya
sebelumnya. 2 hari yang lalu dibawa berobat ke bidan hanya diberi obat

8
penurun panas, namun keluhan tidak berkurang. Kemudian oleh ibu pasien
dibawa berobat ke Poli anak RSD. Mardi Waluyo.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas dan
haus, compos mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital N : 130x/menit
regular, lemah, RR : 24 x/menit reguler, S : 37,5oC. Pemeriksaan fisik didapat
turgor kulit kembali lambat < 2 detik, mata cowong, ubun – ubun besar
cekung, mukosa mulut kering, pada pemeriksaan paru terdapat , retraksi
interkostal (+), retraksi suprasternal (+), dan abdoment didapat meteorismus
(+) serta peristaltik (+) meningkat, juga akral dingin pada kedua ekstremitas
superior dan inferior. Capillary Refill Time > 2 detik. Dari pemeriksaan
penunjang didapat limfositosis.
E. PROBLEM LIST
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Ubun – ubun besar cekung
5. Mata cowong
6. Tampak rewel dan haus
7. Mukusa mulut kering
8. Turgor kulit menurun
9. Meteorismus
10. Peningkatan peristaltik usus
11. Konsistensi feses tidak berlendir dan tidak berdarah
12. Capillary Refill Time > 2 detik
13. Limfositosis
F. DIAGNOSA KERJA
Diare akut ec S. Viral infection dengan dehidrasi sedang

G. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
1. Diare akut ec ETEC (Entero Toxigenic E. coli)
2. Diare akut ec Intoleransi laktosa
H. PLANNING DIAGNOSA

9
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung
jenis leukosit)
2. Pemeriksaan kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin
3. Pemeriksaan feces
4. Pemeriksaan Enzym-linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) untuk
mendeteksi giardiasis, test serologi amebiasis
5. Foto rontgen abdomen.
6. Biopsi usus halus
I. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
- Menjaga higienitas diri.
- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB
- Menutup makanan dengan tudung saji agar tidak dihinggapi lalat
- Minum air yang matang yaitu air yang dimasak
Diet
• Diet sesuai umur disamping cairan oralit dan maintenance
• Pemberian makan yang sering dan sedikit-sedikit (6x/hari)
• Makanan berenergi tinggi dan mengandung banyak mikronutrien
(daging, buah, sayur)
• Hentikan pemberian susu sapi
Kebutuhan zat gizi
Kebutuhan kalori:
BB ideal x kebutuhan kalori menurut RDA
9 x 150 = 1350 Kcal/hari
Kebutuhan protein :
BB ideal x kebutuhan protein menurut RDA
9 x 3 = 27 g/hari
 Cara pemberian makanan dan evaluasi:
- Per oral
- Evaluasi intake yang masuk
- Monitor kenaikan berat badan
Medikamentosa
1. IVFD RL 100 ml pada 2 jam pertama
2. IVFD RL 20 tpm (maintenance)
3. Zink 1 x 20 mg selama 10 hari
4. Paracetamol syr 3x1cth

10
5. Oralit 50 - 100 ml/kgBB dalam 3-4 jam pertama kemudian menjadi 60 –
120 mL oralit tiap diare dan muntah

J. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

K. FOLLOW UP
Nama : An. A
Diagnosis : Diare Akut ec S. Viral infection dengan dehidrasi sedang
Tabel flowsheet penderita
Tgl Subyektif Obyektif Assesment Therapy
07/2/14. BAB 2x sehari,KU: cukup Diare Akut  Infus RL 20 tpm
konsistensi cair,N:115 x/menit ec S. Viral  Zink 1 x 20 mg
berwaran kuning,RR:25x/menit infection +  Paracetamol syr 3x1cth
tidak berlendir,S : 36,5 °C Dehidrasi  60 – 120 mL oralit tiap
tidak berbau Pemx fisik: turgorSedang diare dan muntah
busuk, mual (-),kulit <2 detik,  Diet
Demam (-), nafsumata cowong (-/-),
makan kembaliubun – ubun besar
normal. cekung (-),retraksi
interkostal (+),
retraksi
suprasternal (+)
meteorismus (-),
peningkatan
peristaltic usus (-),
akral hangat (+)
08/2/14. BAB 1x/ hari,KU: cukup Diare Akut  Infus RL 20 tpm
konsistensi N: 100x/menit ec S. viral  Zink 1 x 20 mg
lembek RR: 22x/menit infection +  Paracetamol syr 3x1cth
S : 36,2 °C Dehidrasi  60 – 120 mL oralit tiap
Pemx fisik: turgorSedang diare dan muntah
kulit <2 detik,  Diet
mata cowong (-/-),

11
ubun – ubun besar
cekung (-), retraksi
interkostal (-),
retraksi
suprasternal (-)
meteorismus (-),
peningkatan
peristaltic usus (-),
akral hangat (+)
09/02/14 Keluhan (-) KU: cukup Diare Akut  Infus RL 20 tpm
N: 105x/menit ec S. viral  Zink 1 x 20 mg
RR: 24x/menit infection +  Paracetamol syr 3x1cth
S : 36,3 °C Dehidrasi  60 – 120 mL oralit tiap
Pemx fisik: turgorSedang diare dan muntah
kulit <2 detik,  Diet
mata cowong (-/-),
 Acc BLPL
ubun – ubun besar
cekung (-),,
retraksi interkostal
(-), retraksi
suprasternal (-)
meteorismus (-),
peningkatan
peristaltic usus (-),
akral hangat (+)

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume
tinja lebih dari 15 gram/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume
tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200 gram
atau 200ml/24 jam disebut diare.
Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih
yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut
Noerasid, diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP)
mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau
perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,
muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari.
Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan kronis dibedakan atas dasar waktu
berlangsungnya diare. Diare akut adalah diare yang terjadi selama kurang dari 2
minggu, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama lebih dari 2
minggu.1

B. EPIDEMILOGI
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk

13
infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris
dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

C. ETIOLOGI
1. Infeksi
a. Enteral
 Bakteri : Shigella sp., E.coli patogen, Salmonella sp., Vibrio cholera,
Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahemoliticus,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus, dll.
 Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, CMV,
echovirus, HIV.
 Parasit:
o Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
o Cacing: A.lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stercoralis, cestodiasis, dll.
o Jamur: Kandida/moniliasis
b. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, traveler’s diarrhea:
E.coli, G.lamblia, E.hystolitica, dll.
c. Makanan:
 Intoksikasi: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,
Streptococcus anhaemolyticus, dll.
 Alergi: susu sapi, makanan tertentu
 Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat (monosakarida, disakarida), lemak,
protein (celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk).
2. Imunodefisiensi: hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia
(Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA
3. Terapi obat: antibiotik, kemoterapi, antacid, dll.
4. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi
radiasi
5. Lain-lain: Zollinger-Ellison Syndrome, neuropati autonomic (neuropati
diabetik)

D. KLASIFIKASI
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,

14
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit
dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi
E. PATOFISIOLOGI
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca
dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam
komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau
intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat
individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan
oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora
normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan
berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga
memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain
misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya
misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat

15
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.

F. DIAGNOSIS dan MANIFESTASI KLINIS


1. Anamnesis
Pasien diare akut datang dengan gambaran klinis yang bergantung dari
etiologinya. Keluhan diare akut infektif bersifat khas yaitu nausea, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan feces yang sering, bisa air, malabsorptif, atau berdarah
tergantung dari bakteri patogen yang spesifik. gambaran klinis diare juga dapat
dibedakan menurut letak usus yang sakit.
Berikut adalah hubungan antara karakteristik feces dengan usus yang sakit:

Karakter Usus halus Usus besar


feces
Morfologi Berair Berlendir, darah (+)
Volume Banyak Sedikit
Frekuensi Meningkat Sangat meningkat
Darah Darah (mikros) Darah banyak (makros)
Ph Mungkin > 5,5 >5,5
Leukosit <5 dengan perbesaran maksimal Umumnya >10 dengan
perbesaran maksimal
Leukosit Normal Bisa leukositosis
darah
Patogen Viral Invasive bacteria
Rotavirus, Adenovirus, Escherichia Coli
Calicivirus, Astrovirus, (enteroinvasive,
Norovirus enterohemorrhagic),
Shigella sp., Salmonella
Enterotoxigenic bacteria sp., Campylobacter sp.,
E coli, Klebsiella, Clostridium Yersinia sp., Aeromonas
perfringens, Cholera sp., Vibrio sp., Plesiomonas sp.
sp.
Toxic of bacteria

16
Parasites Clostridium difficile
Giardia sp. Cryptosporidium sp.
Parasites
Entamoeba organisms

Tabel 1. Korelasi karakteristik feces dan usus yang sakit


(Takayeshu, 2010)
Dibutuhkan informasi tentang kontak dengan penderita gastroenteritis,
frekuensi dan konsistensi buang air besar dan muntah, intake cairan dan urine
output, riwayat perjalanan, penggunaan antibiotika, dan obat-obatan lain yang bisa
menyebabkan diare.

2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat ditemukan saat melakukan pemeriksaan fisik yakni
a. Dehidrasi, yang dapat timbul bila terjadi diare berat dan terbatasnya asupan
oral karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia.
Berikut adalah klasifikasi diare menurut klinisnya:

Gejala/tanda KLASIFIKASI
Ringan (<3% BB Sedang (3 – 9% Berat (>9% BB
turun) BB turun) turun)
Keadaan Baik, compos Anxietas Letargi/tidak sadar
umum mentis
Denyut Normal Sedikit Takikardi atau
jantung meningkat bradikardi
Kualitas Normal Sedikit lemah Lemah hingga
denyut impalpable
Napas Normal Agak meningkat Takipnea-hiperpnea
Mata Normal Cekung Cekung
Fontanella Normal Agak cekung Cekung
Air mata Normal Sedikit menurun Tidak ada
Mukosa Lembab Agak kering Kering hingga
pecah-pecah
Rasa haus Minum biasa, Sangat haus Tidak minum
tidak haus
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
(<2”) lambat (>2”)

17
Capillary < 2” Agak memanjang Memanjang dan
Refill Time kurang merah
Extremitas Hangat Dingin Sianosis

Tabel 1. Tingkatan dehidrasi ( King et al., 2003)


b. Gagal tumbuh dan malnutrisi
Penurunan massa tubuh dan lemak atau edema perifer dapat menunjukkan
kelainan malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan/atau protein. Giardia sp. dapat
mengakibatkan diare intermiten dan malabsorpsi lemak.
c. Nyeri abdomen
Pemeriksaan abdomen diperlukan untuk mengetahui adanya dan kualitas
bunyi usus serta ada atau tidak adanya distensi abdomen. Nyeri saat palpasi
biasanya tidak didapatkan pada diare. Nyeri abdomen fokal yang bertambah
nyeri bila dipalpasi menunjukkan kemungkinan komplikasi atau diagnosis
non-infeksi lainnya.
d. Eritema perianal
Buang air besar yang sering dapat menimbulkan kerusakan kulit perianal,
terutama pada bayi dan anak kecil. Malabsorpsi karbohidrat sekunder dapat
mengakibatkan feces asam. Malabsorpsi asam empedu sekunder
mengakibatkan dermatitis berat perianal.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diperlukan pada pasien dengan dehidrasi atau
toksisitas berat atau diare yang sudah berlangsung selama beberapa hari.
pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan
kreatinin, pemeriksaan feces, pemeriksaan Enzym-linked Immunoabsorbent Assay
(ELISA) untuk mendeteksi giardiasis, test serologi amebiasis, dan foto rontgen
abdomen.
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung
jenis leukosit yang normal atau limfositosis, pasien dengan infeksi bakteri
terutama bakteri yang invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan sel darah
putih muda.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan
volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan feces dilakukan untuk melihat

18
adanya leukosit dalam feces yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, telur
cacing, dan parasit dewasa.

G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding diare perlu dibuat agar dapat memberikan pengobatan yang
lebih baik dan tepat. Diagnosis banding untuk diare akut pada anak adalah:
1. Diare akut ec ETEC (Entero Toxigenic E. coli)
2. Diare akut ec Intoleransi laktosa
3. Meningitis
4. Bacterial sepsis
5. Pneumonia
6. Otitis media
7. Infeksi saluran kemih

H. TATA LAKSANA
Menurut ketentuan World Health Organization (WHO) dalam revisi keempat
tahun 2008 mengenai tatalaksana diare akut pada anak menyebutkan, tujuan
pengobatan diare akut pada anak adalah :
1. Pencegahan dehidrasi bila tidak dijumpai tanda - tanda dehidrasi.
2. Pengobatan dehidrasi bila dijumpai tanda – tanda dehidrasi.
3. Mencegah timbulnya kurang kalori protein dengan cara memberikan
makanan selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti.
4. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan diare pada
hari - hari mendatang dengan memberikan zink dosis 10 mg sampai 20 mg
selama 10 sampai 14 hari.

Prinsip penatalaksanaan pada anak-anak dengan diare dan dehidrasi:


1. Pemberian oralit dengan cepat dalam 3 – 4 jam. Bila tidak ada oralit, bisa
diberikan oralit rumahan dengan cara menyampurkan 2 sendok makan (sdm)
gula/madu, ¼ sendok teh (sdt) garam, ¼ sdt soda kue ke dalam 1 liter air.
Pemberian sebanyak 10 ml/kgBB tiap diare, dan 2 ml/kgBB tiap muntah.
2. Bila dehidrasi telah terkoreksi, beri cairan maintenance
a. Diet tanpa batas sesuai umur
b. Lanjutkan minum ASI
c. Pemberian susu/makanan formula
3. Pemberian oralit tambahan untuk cairan yang sedang hilang
4. Tidak diperlukan tes laboratorium atau medikasi.

19
Berikut adalah manajemen diare akut pada anak menurut World
Gastroenterology Organization (WGO) 2008:
1. Rehidrasi.
Klasifikasi dehidrasi
Tindakan
Ringan Sedang Berat
Rehidrasi Tidak ada Oralit 50-100 Rehidrasi dengan
ml/kgBB dalam RL (100
3-4 jam ml/kgBB) i.v
dalam 4-6 jam
lalu lanjutkan
pemberian oralit
hingga pasien
membaik
Penggantian <10 kgBB: 60 <10 kgBB: 60 – <10 kgBB: 60 –
cairan yang – 120 mL 120 mL oralit 120 mL oralit tiap
telah hilang oralit tiap tiap diare dan diare dan muntah
diare dan muntah
muntah
Diet Lanjutkan ASI Lanjutkan ASI Lanjutkan ASI
atau makanan atau makanan atau makanan
sesuai setelah setelah dilakukan
umurnya dilakukan rehidrasi
rehidrasi

Prinsip penentuan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Formula pemberian cairan:
a. Rumus BJ plasma:
BJ plasma – 1,025
Kebutuhan cairan = x Berat Badan x 4 ml
0,001
BJ plasma:
Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040
Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028 – 1,032
Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025 – 1,028
b. Metode pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, keb. Cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, keb. Cairan = 9% x BB (kg)
Dehidrasi ringan, keb. Cairan = 12% x BB (kg)

20
Pemberian rehidrasi terbagi atas:
a. Dua jam pertama (tahap inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut
rumus BJ plasma diberikan langsung dalam 2 jam ini.
b. Satu jam berikutnya, pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan
selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan
melalui feces dan Insensible Water Loss (IWL)

2. Suplemen Zinc, multivitamin, dan mineral lainnya


Pemberian zinc dapat menurunkan durasi dan derajat keparahan diare pada
anak. Suplementasi zinc zulfat (2 mg/hari selama 14 hari) menurunkan insiden
diare selama 2 – 3 bulan sehingga membantu mengurangi laju mortalitas pada
anak dengan diare persisten.
Selain zinc, WHO menyarankan pemberian vitamin dan mineral lainnya,
misalnya asam folat, vitamin A, magnesium,
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Seng telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput
sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi
kekebalan .Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan
diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan
beratnya diare. Strand Menyatakan efek pemberian seng tidak dipengaruhi atau
meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan
vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun
frekuensi diare. Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg
dibanding dengan plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode
dan risiko menjadi diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi
tidak demikian pada yang mendapat ASI.

3. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.
Makanan segera diberikan 4 jam setelah pemberian oralit atau cairan intravena.
Pasien dianjurkan minum-minuman sari buah, minuman tak bersoda, makanan
mudah dicerna (seperti pisang, nasi, keripik, dan sup). Susu sapi dihindarkan

21
karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri.
Berikan:
 Diet sesuai umur disamping cairan oralit dan maintenance
 Pemberian makan yang sering dan sedikit-sedikit (6x/hari)
 Makanan berenergi tinggi dan mengandung banyak mikronutrien (daging,
buah, sayur)

4. Terapi nonspesifik
Antidiare sebenarnya kurang memberikan manfaat besar pada anak dengan
diare akut/persisten. Antiemetic tidak diberikan pada diare akut.
a. Antimotil
Loperamid. Tidak dianjurkan penggunaannya pada anak < 2 tahun.
Merupakan obat terpilih untuk orang dewasa (dosis 4 – 6 mg/hari; 2 – 4
mg/hari untuk anak > 8 tahun).
b. Agen antisekretorik.
Salazer –lindo E dkk dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional
Cayetano Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril
( acetorphan ) yang merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti
sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan pada
anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus
sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan
rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan
dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga
didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih
luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan
melibatkan sampel yang lebih besar.
c. Adsorbent. Misalnya kaolin-pectin, atapulgite

5. Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan
dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh

22
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek
diarrhea ) dan travellers,s diarrhea.. Terdapat banyak laporan tentang penggunaan
probiotik dalam tatalaksana diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk
25 menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut
infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan
menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali.
Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno
modulasi.
6. Antibiotik
Terapi antibiotik bukanlah indikasi pada anak-anak. Pemberian ini hanya
dilakukan pada anak dengan diare bercampur darah (pada umumnya shigellosis),
tersangka kolera dengan dehidrasi berat, dan pasien dengan manifestasi klinis
berat (misalnya pneumonia). Namun, pemberian antiprotozoa sangat bermanfaat
pada anak dengan diare, khususnya giardiasis, Entamoeba hystolitica, dan
Cryptosporodium, dengan menggunakan nitazoxanide.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain
 Kolera : Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
 Shigella : Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
 Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari ).

I. PENCEGAHAN
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan
dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi
yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya diare kronik Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding)
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami

23
diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada
umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan
oleh Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu
formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh
karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel
termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan
yang direkomendasikan meliputi tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan
gandum ( beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah
makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk
diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang
sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita
yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi
laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah
tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum
dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan
dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik. Namun
bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan
susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi
laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.
Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut
sifatnya sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan
formula khusus.Pada situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase
penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan
malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik

24
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut
adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibiotika hanya untuk kasus-kasus
yang diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko
terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral
merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut.
Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki
frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian
makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan


masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli
2003 hal 29
2. Anonim, 2008. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare (online).
(http://www.depkes go.id. diakses tanggal 27 desember 2011
3. Mansjoer, dkk. 2004. Kapita selekta kedokteran, jakarta: media
aesculapius.
4. Soebagyo, 2008. Diare akut pada anak. FK. Universitas sebelas maret,
solo.
5. Medicastor, 2006. Diare dan permasalanhannya (online).
(http://www.famica.com) diakses tanggal 28 desember 2011
6. Ngastiyah, perawatan anak sakit, jakarta. EGC . 2004.

26

Anda mungkin juga menyukai