Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh

PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 1 dari 4

No Dokumen Isi Perubahan


Bagian Revisi Tanggal
Sebelum Sesudah ke Revisi
PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh
PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 2 dari 4

1. TUJUAN PROSES
Prosedur ini digunakan sebagai acuan dalam penatalaksanaan krisis
hipertensi secara komprehensif sehingga tercapai hasil layanan yang
optimal.

2. RUANG LINGKUP
Semua penderita Poli Umum dan Layanan 24 Jam Puskesmas
Kecamatan Tamansari yang mengalami krisis hipertensi.

3. URAIAN UMUM

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang


mendadak (sistole > 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg). Dikelompokan
dalam urgensi dan emergensi atas dasar adanya kerusakan organ target
yang karakteristik pada hipertensi emergensi dan belum terdapat kerusakan
organ target pada urgensi.
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara progresif
yang disertai kerusakan organ target dan dalam penanganannya memerlukan
penurunan tekanan darah dalam beberapa menit untuk mencegah
berlanjutnya kerusakan organ target tersebut. Keadaan klinis berupa
ensefalopati hipertensif, perdarahan intrakranial, stroke, angina pectoris tak
stabil atau infark miokard akut, payah jantung kiri dengan edema paru, diseksi
aneurisma aorta, krisis adrenal, epistaksis yang hebat, dan eklampsia.
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah tanpa adanya
kerusakan organ target dan dalam penanganannya memerlukan penurunan
tekanan darah dalam beberapa jam.
PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh
PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 3 dari 4

Faktor Resiko
Krisis hipertensi bisa terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Penderta hipertensi yang tdak meminum obat atau minum obat
antihpertensi tidak teratur
 Kehamlan
 Penggunaan NAPZA
 Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka
bakar berat, feokromositoma, penyakit kolagen, penyakit vaskular,
trauma kepala
 Penderita hipertensi dengan penyakit parenkm ginjal

Manifestas klinis
 Neurologi : sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit
neurologs fokal, gangguan kesadaran
 Mata: pada funduskopi terdapat perdarahan retina, eksudat retina,
edema papil
 Kardiovaskular: nyeri dada, edema paru
 Ginjal: azotemia, proteinuria, oliguria
 Obstetri: preeklampsia dengan gejala berupa gangguan penglihatan,
sakit kepala hebat, kejang, nyer, abdomen kuadran atas, gagal jantung
kongestif, dan oliguri serta gangguan kesadaran/ gangguan
serebrovaskular
Prosedur klinis ini disusun berdasarkan Perhimpunan Hipertensi Indonesia

4. KOMPETENSI TENAGA
Dokter Umum
PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh
PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 4 dari 4

5. PROSEDUR
Anamnesis
 Riwayat hipertensi (awal hipertensi, jenis obat hipertensi,
keteraturan konsumsi obat)
 Gangguan organ (kardiovaskular, serebrovaskular, renovaskular,
dan organ lain)

Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kecurigaan organ
target yang terkena berdasarkan anamnesis yang didapat
 Pengukuran tekanan darah di kedua lengan
 Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas
 Auskultasi untuk mendengar ada/tidak bruit pembuluh darah
besar, bising jantung, ronki paru
 Pemeriksaan neurologis umum
 Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorum awal dan penunjang yang dilakukan
disesuaikan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisk yang ditemukan
serta ketersediaan fasilitas.
 Pemeriksaan laoratorium awal
o Urinalisis
o Hb, Ht, Ureum, kreatinn, gula darah dan elektrolit
 Pemeriksaan penunjang
o EKG
PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh
PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 5 dari 4

o Foto thoraks

Terapi / Penatalaksanaan
Tindakan umum
 Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah
dehidrasi dan beristrahat yang cukup
 Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan.
 Memberikan kompres dengan air biasa (suhu ruangan)
Terapi farmakologi
 Pengobatan sesuai etiologi
 Pemberian obat penurun panas: parasetamol atau ibuprofen
Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol
sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan
dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye
pada anak-anak. Jika anak mengalami demam tinggi diberikan
parasetamol secara rectal (10-15 mg/kgBB)

Kriteria Rujukan
 Terjadi komplikasi dan tanda klinis yang tidak lazim seperti
kejang, penurunan kesadaran dan lainnya

6. REKAMAN MUTU
Buku register pasien
Status pasien
Form resep
Form surat rujukan
PROSEDUR KLINIS Dibuat oleh Disetujui oleh
PUSKESMAS KECAMATAN
TAMANSARI

PENATALAKSANAAN
KRISIS HIPERTENSI
dr. Ajeng P

Terbit tanggal : No. Dokumen :


Revisi :0 Halaman 6 dari 4

Anda mungkin juga menyukai