Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KMB II

PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : VESIKOLITOTOMY


DI RUANG OK RS SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. NABILLA NOVRIANIKA PUTRI KUSUMA
2. HESSY OCTAVIA
3. RISKA YULIANA
4. NOVIANA FAJARSARI
5. ENDRI EVAN
6. YOGI SAPUTRA
7. ASTRI YULISARI
8. DEVI OKTAVIA SARI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KMB II


PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : VESIKOLITOTOMY
DI RUANG OK RS SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2019

Lubuklinggau, 29 Januari 2019

CI Pendidikan CI Ruangan

Ns. Andra Saferi W, S.Kep, M.Kep Meidy Aswari, Am.Kep


NIP: NIP:198804272019021001

Mengetahui
Ka. Prodi Kperawatan Lubuklinggau

H. Jhon Feri, S.Kep, M.Kep


NIP:197605091995021001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh
yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam
tubuh karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi
unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannnya sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit
pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga
kehidupan.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui prinsip umum pengkajian, riwayat keperawatan,
tehnik dan persiapan pengkajian serta pendokumentasian data pengkajian,
sehingga diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan kritis dan analisis data agar
mampu menegakkan diagnose keperawatan
2. Mahasiswa mengerti langkah-langkah sistematis untuk menentukan dan
merencanakan penyelesaisan masalah klien; lalu mengimplementasikan dan
mengevaluasi apakah rencana yang dibuat cukup efektif dalam mengatasi masalah
yang terjadi.
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan suatu masalah keperawatan melalui pendekatan
ilmiah, sistematis dan logis sehingga menghasilkan suatu pelayanan prima dan
berkualitas kepada klien terutama klien dengan gangguan system perkemihan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem

perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering

ditemukan ada di dalam ginjal (Basuki, 2009).

Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih

akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar

secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi,

2010).

Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan

tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan

matriks organik (Suyono, 2007).

Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat

defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam

urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat

yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Arora P. Et

al, 2006).

7
B. Anatomi Fisiologi

Anatomi kandungkemih

Gambar II.1. Anatomi Kandung Kemih

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses

penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan

dikeluarkan berupa urin (Syaifudin, 2011).

1. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini

berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya dibelakang simfisis pubis di


dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan

mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari:

a. Lapisan sebelah luar(peritoneum).

b. Tunika muskularis (lapisanberotot).

c. Tunika submukosa.

d. Lapisan mukosa (lapisan bagiandalam).

2. Urin (AirKemih)

a. Sifat fisis air kemih, terdiridari:

Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan

(intake) cairan dan factor lainnya.

b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadikeruh.

c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan

sebagainya.

d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbauamoniak.

e. Berat jenis1,015-1,020.

f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari

pada diet (sayur menyebab kan reaksi alkalis dan protein memberi

reaksi asam.

Komposisi air kemih, terdiri dari:

a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95%air.

b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak

dan kreatinin

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dansulfat.


d. Pagmen (bilirubin danurobilin).

e. Toksin.

f. Hormon.

C. Etiologi

Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan

infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan

perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih

(Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,

hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan

tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,

sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihankalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,

khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I

(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan

masukan proteintinggi.

3. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu

pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah airkemih


Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yangdiminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan

jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini

disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium

intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang

mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak

dijumpai predisposisi metabolik).

8. Batu Asam Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiper

urikosuria (primer dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan

organisme yang memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

1. 75 %kalsium.

2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium AmoniumFosfat).

3. 6 % batu asamurat.

4. 1-2 % sistin(cystine).
D. Pathofisiologi

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena

infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering

menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran

kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta

kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra

sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan

statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga

membentuk batu (Syaifudin, 2009).

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Muttaqin, 2012) :

1. Teori Supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap

menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

2. Teori Matriks

Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %

hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan

penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

3. Teori KurangnyaInhibitor

Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang

melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat

pengendapan. Fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakanpenghambat


pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah

terjadi pengendapan.

4. Teori Epistaxy

Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah

satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan

pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih

dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat

sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori Kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

E. Tanda dan Gejala

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi

dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi

obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa

menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam

kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,

nyeri dan perut kembung (Elizabeth,2009).

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka

gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya

penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut)

biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah

antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika

penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya


tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan

tulang punggung.

Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal

(2006) adalah:

1. Hematuri.

2. Sering ditemukan infeksi disalurankemih.

3. Demam.

4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih danginjal.

5. Mual.

6. Muntah.

7. Menggigil.

F. PemeriksaanPenunjang

Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan di

laboratorium yang meliputipemeriksaan:

1. Urine

a pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme

dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah

menyebabkan pengendapan batu asamurat.

b Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita

dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akanmeningkat.

c Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi

dalam proses pembentukan batu salurankemih.


d Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihatapakah

terjadihiperekskresi.

2. Darah

a Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

b Lekosit terjadi karena infeksi.

c Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

d Kalsium, fosfat dan asamurat.

3. Radiologis

a Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi

bendungan atautidak.

b Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada

keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan

dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang

memadai.

4. USG (Ultra SonoGrafi)

Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

5. RiwayatKeluarga

Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu

saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang

telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

G. Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai berikut

(Muttaqin, 2012) :
1. Sistem Pernafasan

Atelektasis bias terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena

pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang

menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan secret dapat

menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens

analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.

2. Sistem Sirkulasi

Dalam system peredaran darah bias menyebabkan perdarahan karena

lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bias

menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk

atau imobilisasi yang terlalu lama bias terjadi trombo flebitis, statis vena

juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.

3. Sistem Gastrointestinal

Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun

sehingga bias terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala

meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.

Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya

peristaltikusus.

4. Sistem Genitourinaria

Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter karena

hilangnya tonus otot.


5. Sistem Integumen

Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan

infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens

luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan

jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan

internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta bias terjadi

pula surgical mump (parotitis).

6. Sistem Saraf

Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

H. Penatalaksanaan

Menurut Putri, (2013)pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simtom

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,

berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi

koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.

2. Pengambilan Batu

a Batu dapat keluarsendiri

Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi

6 mm.

b Vesikolithotomi.

c PengangkatanBatu

1) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal


Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.

Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu

tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas

ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani

dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan

prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil

seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

2) Metode endourologi pengangkatanbatu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi

mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat

dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu

alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai

gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

3) Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan

memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat

dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,

atau ultrasound kemudian diangkat.

d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsiumoksalat)

1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium danoksalat)

2) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat

(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau
lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan

masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

3) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari

masukansoftdrinks,kurangimasukanprotein(sebesar1g/KgBB

/hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100

meq/hari), dan masukan kalsium.

4) Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan

kelainan metabolik yang ada.


Patway

Gangguan metabolism Bakteri pseudomonas Konsumsi berlebihan protein Devisiansi Stasis urine
Kelebihan vit D
hiperkalemik dehidrasi proteus menghasilkan asam amino sitrat
meriabilis dan asam urat

Timbul
endapan
Peningkatan konsentrasi urine

Proses kristalisasi

Terbentuknya batu saluran kemih

Mk. Retensi urine Obstruksi saluran kemih Mk. Nyeri

Akumulasi bakteri pada saluran kemih

Infeksi kronik gangguan haluaran urin


Nyeri saat miksi,
urine keruh
Pembedahan vesikolithotomi

Tindakan non infasif


21

Trauma jaringan Terputusnya kontinuitas


pendarahan kulit jaringan ( operasi ) Intolerasi aktvitas Mk. Resiko perdarahan

Mk. Kerusakan Mk. Resiko infeksi Mk. Gangguan mobilitas fisik


integritas jaringan

Sumber : (Buyung.2015.UMP)
DAFTAR PUSTAKA 22

Arora P. Et al. “Care of Elderly Patients with Chronic Kidney Disease”. Int

Urol Nephrol. 38 (2) : 363-70/2006.

Effendi, Imam, Markum. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi

IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Lina, Nur. 2008. Faktor-faktor Resiko Kejadian Batu Kandung Kemih Pada

Laki- laki.http//jurnal.unimus.ac.id.diakses tanggal 11 juni 2010.

Muttaqin, A. & Sari, K. 2012. Asuhan keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Maryono, Djoko. 2008. Mitos dan Fakta Penyakit Jantung. Jakarta : BIP

Kelompok Gramedia.

Kusuma, H. & Huda, A. (ed.). 2013. NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction

Publishing.

Purnomo, Basuki. 2009. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : CV. Sagung

Seto. Putri & wijaya. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2. Yogyakarta

Suyono, Slamet. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3.Jilid I II. Jakarta.:

Balai Penerbit FKUI.

Syaifudin, 2009. Fisiologi Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2.

Jakarta : Salemba Medika.

Syaifudin, 2011. Anatomi Fisiologi : kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk

Keperawatan & Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai