Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Preeklamsia
urin (proteimuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua
mmHg, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam
kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran
kehamilan yang akut dan dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Dari gejala-gejala klinik preeklampsi dapat dibagi menjadi preeklampsi ringan
kehamilan di usia remaja, kehamilan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun,
mengandung lebih dari satu janin, riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
2010).
8
Universitas Sumatera Utara
2.1.1. Epidemiologi Preeklamsia
mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun,
paritas tinggi dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-
karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa. Di samping itu, preeklampsi
angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsi di RSU Dr. Hasan Sadikin
Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus
dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak
preeklampsi (13% : 5%) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan
penyakit teoritis. Banyak teori-teori di kemukakan oleh para ahli yang mencoba
eklamsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan
kali (primigravida), kejadiannya akan makin tinggi pada adanya penyakit ibu yang
dengan regangan rahim makin tinggi seperti hamil dengan kebanyakan air ketuban,
adalah :
plasma.
e. Defisiensi kalsium
pembuluh darah.
mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil
pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan
kehamilan.
mendadak (sebelum hamil tekanan darah normal) ≥140/90 mmHg dan adanya protein
urine (diketahui dari pemeriksaan laboratorium urine) +1/+2 dan terjadi pada usia
Tanda dan gejala preeklampsi ringan dalam kehamilan, antara lain edema
cairan yang berlebihan di sela-sela jaringan tubuh, tekanan darah tinggi dan dalam air
seni terdapat zat putih telur (pemeriksaan urine dari laboratorium). Preeklampsi berat
terjadi bila ibu dengan preeklampsi ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati
dengan benar. Preeklampsi berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi
eklamsia yaitu :
a. Sakit kepala
b. Gangguan penglihatan
d. Oedema
e. Asimtomatik
Semakin nyata tanda dan gejala, semakin sulit untuk menghambat perburukan
janin berkurang. Makanya, preeklampsi semakin parah atau berlangsung lama bisa
dan janin. Gejalanya adalah pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, terutama
muka dan tangan. Lebih gawat lagi apabila disertai peningkatan tekanan darah secara
tiba-tiba serta kadar protein yang tinggi pada urin (Indiarti, 2009).
Preeklampsi harus segera diatasi, bila tidak akan berlanjut menjadi eklampsi
yang ditandai dengan kejang, bahkan sampai koma, karena dalam darah ibu hamil
yang mengalami preeklampsi ditemukan adanya zat yang bisa menghancurkan sel
endotel yang melapisi pembuluh darah. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil
dan janin, jika tidak segera ditangani akan terjadi kerusakan menetap pada syaraf,
pembuluh darah atau ginjal ibu. Sementara itu, bayi akan mengalami keterbelakangan
mental sebab kurangnya aliran darah melalui plasenta dan oksigen di otak (Indiarti,
2009).
a. Otak
Aliran darah dan pemakaian oksigen pada pre-eklamsia tetap dalam batas-batas
normal. Resistensi pembuluh darah meninggi terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan pada serebral dan
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan arena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada pre-eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya
c. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
d. Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklamsia biasanya disebabkan oleh oedema paru yang
e. Mata
Edema pada retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi pada pre-eklamsia
berat. Gejala lain yang dapat menunjukkkan pre-eklamsia berat yang mengarah
pada pre-eklamsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini
Perubahan metabolisme air, elektrolit, kristaloid dan protein serum umumnya tidak
dijumpai pada pre-eklmasia ringan. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH
darah berada pada batas normal. Pada pre-eklamsia berat kadar gula darah naik,
asam laktat dan asam organik naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan
organik di oksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik
a. Pre-eklamsia Ringan
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini
Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
2) Oedema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
3) Proteiuria kwantittif 0,3gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
b. Pre-eklamsia Berat
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema
nyeri di epigastrium.
lain :
1. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang
pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai
banyaknya mereka melahirkan bayi yang usia gestasinya 24 minggu. Paritas dapat di
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan janin yang usia gestasinya lebih
b. Multipara
Multipara adalah ibu yang telah melahirkan lebih dari 1 bayi kurang dari 5.
c. Grandemultipara
Grandemultipara adalah ibu yang memiliki paritas tinggi, telah melahirkan lebih
dari 4 anak.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (diatas 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas
1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan
pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Paritas tinggi menyebabkan uterus
G (HLA) yang berperan penting dalam modulasi respon imun sehingga ibu menolak
hasil konsepsi (plasenta) sehingga terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga
Menurut Cuningham (2013) pre-eklamsia sering terjadi pada wanita muda dan
nulipara atau primipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih berisiko mengalami
hipertensi kronis yang bertumpang tindih dengan pre-eklamsia. Tingkat paritas telah
menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan ibu dan anak. Dikatakan
umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik
kehamilan dan persalinan. Paritas ibu yang sehat adalah pada paritas 2-3. Preeklampsi
berat/eklampsi sering terjadi pada kehamilan pertama terutama pada ibu yang berusia
> 35 tahun dan menurun pada kehamilan berikutnya kecuali bila ibu mengalami
kelebihan berat badan, diabetes melitus (DM), kehamilan kembar dan hipertensi
dimana persalinan pertama biasanya memiliki risiko relatif lebih tinggi dan akan
Berdasarkan hasil penelitian Betty dan Yanti (2011) di RSUI Yakssi Sragen
Usia reproduksi yang sehat bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun. Pada usia
tersebut bentuk dan fungsi alat reproduksi sudah mencapai tahap yang sempurna
untuk dapat digunakan secara optimal. Usia ibu yang terlalu muda memiliki risiko
yang cukup besar untuk terjadinya preeklampsi berat/eklampsi dalam kehamilan dan
persalinan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia <20
tahun meningkat 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang berusia 20- 35
Usia reproduksi sehat adalah 20-30 tahun, pada usia kurang dari 20 tahun jika
seorang wanita hamil keadaan reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan
Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi perubahan pada jaringan dan alat
kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia ini cenderung didapatkan
penyakit lain dalam tubuh ibu salah satunya hipertensi dan pre-eklampsia
(Widyastuti, 2009).
Menurut Wiknjosastro (2007) usia atau umur pada wanita hamil digolongkan
menjadi 2 yaitu usia tidak berisiko dan usia yang berisiko. Usia yang tidak berisiko
(aman) untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun, sedangkan usia yang
berisiko untuk hamil dan melahirkan adalah < 20 tahun dan > 35 tahun. Pada usia <
20 tahun kematian maternal 2-5 lebih tinggi dari pada kematian maternal pada usia
20-30 tahun, kematian materal meningkat kembali pada usia > 35 tahun.
bahwa umur ibu berhubungan dengan kejadian preeklampsia, semakin banyak umur
ibu (≥35 tahun) maka semakin besar risiko untuk mengalami preeklampsia. Ibu yang
berumur <35 tahun berisiko preeklampsia sebesar 0,823 kali daripada berjarak
Berdasarkan hasil penelitian Langelo, dkk (2012) di RSKD Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu
dengan kejadian preeklamsia. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Utama (2008)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu melahirkan dengan
<20 tahun dan >35 tahun adalah 3,67 kali lebih besar.
3. Kehamilan Kembar
Kehamilan gemeli atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih. Frekuensi kehamilan kembar meningkat dengan paritas ibu. Dari 9,8 per
(Mochtar, 2011).
pre-eklamsia meskipun tejadi lebih banyak pada primigravida, namun jumlahnya juga
(Carolyn, 2010).
satunya yaitu pre-eklamsia oleh karena itu perlu tambahan asuhan prenatal rutin
dan angka tersebut meningkat pada teknologi reproduksi yang dibantu (Carolyn,
2010). Kehamilan kembar dapat di klasifikasikan menjadi 2, yaitu kembar dizigot dan
kembar monozigot. Kembar dizigot terjadi akibat fertilisasi dua ovum berbeda, yang
secara spontan dilepaskan secara bersamaan pada saat ovulasi, oleh dua spermatozoa.
Sedangkan kembar monozigot terjadi akibat fertilisasi satu ovum oleh satu
spermatozoa yang kemudian membelah menjadi dua struktur yang identik (Holmes,
2011).
4. Hipertensi
penyakit sistemik yang diderita ibu sebelum ataupun selama kehamilan. Pada wanita
bèrikutnya. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan seperti itu dapat disertai
bila dibandingkan dengan preeklampsi berat murni dan cenderung menjadi berat pada
kebanyakan kasus. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan umumnya terjadi pada
kronis dan DM atau dengan penyakit ginjal. Insiden hipertensi yang diperberat oleh
(Cunningham, 2003).
atau lebih dan tekanan darah diastolik sebesar <90 mmHg, dalam keadaan pasien
tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi dan tidak sedang menderita penyakit
akut (Gupta dan Kasliwal, 2004). Hipertensi merupakan suatu hipertensi yang sangat
luas dan merupakan suatu faktor risiko independen terhadap penyakit kardiovaskuler
bila Tekanan Darah Sistolik (TDS) 140 mmHg dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
90 mmHg. Hipertensi adalah bila TDS 140 mmHg dengan TDD <90 mmHg. Adapun
klasifikasi khusus untuk hipertensi seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
oleh karena itu melalui pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk mencegah
sesungguhnya dapat dicegah atau komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta
tidak segera dapat ditangani. Seringkali mereka datang setelah Preeklampsi dan
atau setidaknya dapat mendeteksi secara dini preeklampsi dapat mengurangi kejadian
pada sarana kesehatan, sehingga faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau
komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta tidak segera dapat ditangani.
Seringkali mereka datang setelah keadaannya buruk. Oleh karena itu (Depkes RI,
2008) menganjurkan agar setiap ibu hamil mendapatkan paling sedikit 4 kali
b. Satu kali kunjungan pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu).
c. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga (usia kehamilan 28-36 minggu dan
Penelitian Langelo dkk (2012) di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
bahwa umur, paritas dan pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan faktor risiko
kehamilan (ANC) secara rutin dan tidak terbatas pada 4 kali pemeriksaan kehamilan
yang terlatih dan pada fasilitas kesehatan yang baik dapat mendeteksi secara dini
tanda-tanda dan gejala serta faktor risiko gangguan kehamilan dan persalinan
mungkin.
6. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas.banyak
keputusan, dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya adalah
merupakan suatu keinginan individu atau car bertindak yang di pilih atau
Pada masyarakat Aceh dikenal dengan aneka ragam upacara tradisional yang
berkembang dikalangan masyarakat Aceh, pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua
kategori. Kategori pertama merupakan upacara lintas hidup dan kategori ke dua
kehamilan yang paling meriah biasanya dilakukan pada anak pertama, sedangkan
anak kedua dan seterusnya tingkat kemeriahannya sudah berbeda. Akan tetapi tingkat
kemeriahan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan status sosial seseorang.
selama masa kehamialn dara baro akan mengalami upacara ba boh kayee ( bawa
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-
tanda pre-eklamsia sedini mungkin dan diberikan pengobatan yang cukup agar
penyakit tidak menjadi lebih berat, harus selalu waspada terhadap kemungkinan
diit rendah garam juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan
kepentingan ibu dan kepentingan janin. Apabila pelahiran tidak ditujukan untuk
menyebabkan eklamsia atau kematian janin. Pada janin dengan berta badan rendah
juga kemungkinan hidup pada pre-eklamsia berat lebih baik diluar dari pada di dalam
cukup, tirah baring, pengkajian protein urine, pengkajian tekanan darah dan
2011).
Kontrol setiap minggu, anjurkan segera kembali periksa bila gejalanya makin
Penderita pre-eklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap
dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting
mepunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena
itu, monitoring input cairan (melalui oral atau infus) dan output cairan melalui
urine menjadi sangat penting. Pemberian obat anti kejang MgSO4 (magnesium
sulfat) sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk anti kejang pada
bagi menjadi :
1) Konservatif (Ekspektatif)
medikamentosa.
medikamentosa.
Ketika jelas bahwa kelahiran janin lebih dini paling mungkin terjadi, jika
maturnitas paru dan mengurangi komplikasi neonatus. Akan tetapi, pemberian steroid
kelahiran bayi harus terjadi segera mungkin setelah kondisi ibu stabil. Oksitosin harus
diberikan untuk membantu pelahiran pasenta dan ketuban karena ergometrin dan
Pada saat kehamilan dinding rahim terjadi iskemia rahim dan plasenta yang
sehingga terjadilah peningkatan tekanan darah yang diikuti timbulnya oedema, dan
lain : faktor reproduksi yang terdiri dari usia, paritas, jarak kehamilan, keturunan dan
kehamilan ganda (Bobak, 2005). Faktor status kesehatan yang terdiri dari riwayat
hipertensi, riwayat preeklampsia, riwayat penyakit diabetes militus, status gizi dan
akseptor KB, dan akses layanan kesehatan yaitu jarak tempat pelayanan kesehatan