Anda di halaman 1dari 2

PEMAHAMAN SALAH TENTANG DIABETES YANG BERAKIBAT FATAL

Penulis: Dr. Irsyal Rusad. Sp.PD


Spesialis Penyakit Dalam Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Anggota Persatuan Ahli Penyakit Dalam Infonesia ( PAPDI) dan Pengurus PAPDI
Cabang Riau. Berminat dalam bidang Healthy Life, Healthy Aging, dan Diabetes
Mellitus.

Seorang pasien tampak sedikit agak bingung


ketika saya beritahu bahwa ia menderita diabetes melitus. “Kenapa bisa dokter?” tanya
pasien. “Padahal saya jarang minum gula dok, dan orang tua saya tidak ada yang diabetes,
saudara saya juga.”
Walapun diabetes mellitus bukan penyakit asing seiring peningkatan kasusnya dari waktu
ke waktu, tetapi pemahaman, pengertian pada kebanyakan pasien kelihatannya masih
kurang. Padahal, pemahaman tentang penyakit diabetes ini menentukan perjalananannya
ke depan dengan segala akibatnya. Apalagi, seperti diketahui, penyakit diabetes adalah
penyakit gaya hidup. Sikap, perilaku, bagaimana Anda menanggapi penyakit ini sangat
menentukan apakah dapat hidup bersamanya atau akan menjadi korbannya.
Seperti halnya pasien di atas, banyak pasien lain menganggap penyakit diabetes hanya
karena minum air gula saja. Bila tak mengonsumsi gula, ia tidak mungkin terkena diabetes.
Dan kalau kadar gula darahnya tinggi, otomatis akan normal lagi. Penyakit diabetes serta
merta juga akan baik sendirinya. Jadi, mau makan-minum apa saja, nasi, kue, roti, ubi
kayu, kerupuk, kentang, minuman kaleng, tak menjadi persolan. Apalagi kalau makan
gratis ketika ada undangan, diajak teman, apa pun yang masuk ke dalam perutnya
dianggap tidak masalah juga
Faktor keturunan juga sering dijadikan sebagai biang kerok penyakit diabetes yang
dideritanya. Jadi, bila orang tuanya ada yang menderita diabetes, kemudian ia juga terkena
penyakit yang sama, itu sah-sah saja. Apapun yang dilakukan, tidak akan banyak
bermanfaat untuk mencegah atau mengobatinya. Bila tak ada orang tua, keluarga, saudara
dengan yang menderita diabetes, maka pasien mengannggap mereka juga tidak mungkin
menderitanya.
Kebanyakan pasien juga beranggapan bahwa bila gula darah sudah dikatakan normal, maka
pasien sering menganggap penyakitnya sudah sembuh. Oleh karena itu, tidak perlu lagi
diet, olahraga, makan obat atau kontrol. Bila pasien luka, dan lukanya bisa sembuh begitu
saja, pasien juga menganggap walaupun gula darahnya tinggi, gula darah yang tinggi
dianggap juga tidak masalah. Dan bahkan, pasien tidak percaya kalau dia menderita
diabetes melitus. Sehingga, risiko kejadian kompliksi diabetes seperti kebutaan, gagal
ginjal, amputasi, gangguan syaraf cukup tinggi dan terjadi lebih dini.
Padahal, sampai sekarang penyakit diabetes masih dianggap sebagai sebagai penyakit
yang akan mendampingi Anda seumur hidup. Jadi, sekali Anda didiagnosis sebagai
penyandang diabetes mellitus, selamanya dia bersama Anda. Dalam beberapa kasus
tertentu mungkin saja Anda tidak memerlukan obat-obatan, tetapi diet, mempertahankan
berat badan yang normal olahraga tetap menjadi pilihan hidup Anda.

Beberapa pasien yang mengalami luka yang khas untuk pasien penyakit diabetes, seperti
tak mempermasalahkan luka itu. Walaupun saya lihat, luka itu mulai membusuk, hanya
karena pasien tidak merasakan rasa sakit akibat lukanya. Jadi, kalau luka tidak sakit– pada
hal hilangnya rasa sakit itu akibat kerusakan syaraf tepi karena komplikasi diabetes–bagi
sebagian pasien hal itu tidak disikapi sebagai sesuatu yang serius. Ini juga saya lihat
sebagai faktor penting, penderita diabetes menjadi terlambat mendapatkan penanganan
yang tepat oleh dokter. Banyak pasien diabetes yang mengalami amputasi karena
keterlambatan ini.
Dalam masyarakat juga beredar semacam pemahaman, atau istilah “diabetes kering”, dan
“diabetes basah”. Menurut mereka, walaupun kadar gula darah tinggi, tetapi tidak ada
luka, infeksi di kaki misalnya, itu juga dianggap tidak apa-apa, dan ini disebut diabetes
kering. Asumsi seperti ini dapat berakibat fatal, seperti hiperglikemi dan komplikasi kronik
yang baru diketahui dalam tahap lanjut.
Banyak lagi pemahaman lain yang keliru, salah dalam masyarakat terkait penyakit diabetes
yang mulai meroket di Indonesia ini. Kekeliruan ini dapat berakibat fatal, seperti
komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam kualitas hidup mereka. Karena itu,
sosialisasi, edukasi mengenai penyakit ini sangat penting sekali. (Sumber: KOMPAS.Com,
Kamis, 6 Juni 2013)

DIABETES BISA DIOBATI DENG AN PROPOLIS

Propolis adalah zat yang dihasilkan oleh lebah madu. Propolis sudah
dikenal sejak jaman dahulu untuk mengobati berbagai macam penyakit, baik yang infeksi
maupun non-infeksi.
Bagi penderita diabetes, propolis bisa membantu menormalkan kadar gula darah.
Kandungan Bioflavonoids yang tinggi dalam propolis juga berfungsi memperbaiki dan
memulihkan sistem kapilari, kebocoran, dan elastisitas pembuluh darah. Sehingga propolis
mampu membantu mencegah terjadinya komplikasi penyakit seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), jantung, gangguan ginjal dll, yang biasa di alami oleh penderita diabetes.
Penggunaan propolis juga untuk mengobati luka-luka yang sulit sembuh yang biasanya di
alami oleh penderita diabetes, sehingga proses pengobatan bisa lebih baik.
Diabetes bisa diobati dengan propolis sudah cukup banyak kesaksiannya. Kandungan zat-
zat alami dalam propolis ternyata sangat baik bagi penderita diabetes untuk bisa kembali
sehat. Propolismerupakan antibiotika alami dan benteng pertahanan kesehatan tubuh
karena mengandung zat-zat suplemen yang mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai