Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode yang dijalani dalam rentang kehidupan

manusia. Pada masa ini, remaja mengalami suatu periode peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa. Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2009), masa remaja

merupakan masa peralihan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11 tahun sampai

masa akhir atau usia dua puluhan awal yang melibatkan perubahan besar dalam aspek

fisik, kognitif dan sosial yang saling berkaitan. Remaja juga mengalami perkembangan

pada aspek emosi yang ditunjukkan melalui perilaku remaja (Santrock, 2002; dalam Jahja

2012)

perubahan yang terjadi pada masa remaja adalah perubahan pada proses kognitif.

Menurut David Elkind (dalam Papalia, 2009) pada proses perkembangan kognitif, remaja

belum mencapai pola pemikiran yang matang karena kurangnya pengalaman remaja

dalam berfikir formal, kondisi itu dapat menjadikan remaja suka mengkritik, dorongan

mengeluarkan pendapat tanpa mempertimbangkan, ketidakmampuan membuat keputusan,

berasumsi bahwa diri mereka spesial dan kuat menghadapi apapun.

Remaja juga mengalami fluktuasi emosi yang berubah-ubah dari tinggi ke rendah yang

membuat mereka bisa saja merasa sangat bahagia pada suatu saat namun merasa tidak

merasa berharga sama sekali pada waktu berikutnya (Rosenblum & Lewis, 2013). Dalam

beberapa kejadian, intensitas dari emosi yang mereka alami memiliki proporsi yang

terlalu berlebihan dibandingkan kejadian yang menyebabkannya (Steinberg & Levine).


2

Pada perkembangan psikososial, Erikson (dalam Papalia, 2009) mengatakan bahwa

remaja dalam masa pencarian identitas, remaja membentuk identitas mereka dengan

menggabungkan identifikasi dari lingkungan seperti lingkungan keluarga, sekolah dan

tempat tinggal. Identitas yang terbentuk saat remaja menyelesaikan tiga persoalan besar

seperti pilihan pekerjaan, pemilihan nilai-nilai untuk diterapkan dalam hidup dan

perkembangan identitas sosial mereka.

Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan hingga pada saatnya akan mencapai

kematangan (Ali & Asrori, 2009). Kematangan yang dicapai dapat membantu remaja

dalam melaksanakan peran dan tugas perkembangan. Menurut Hurlock (dalam Ali &

Asori, 2009) peran dan tugas perkembangan pada masa remaja diawali dengan

kemampuan remaja dalam menerima keadaan fisiknya yang mengalami perubahan.

Remaja hendaknya juga mengetahui peran seks usia dewasa, sehingga mampu

menjalankan peran laki-laki dan perempuan nantinya. Selanjutnya remaja mampu

mencapai kematangan emosional, belajar mengontrol perilaku yang lebih matang dengan

mengembangkan keterampilan intelektual dalam anggota masyarakat.

Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain

agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang tinggi dalam arti

mental (Mardianto,2012) Pendidikan memiliki peranan penting dalam keseluruhan aspek

kehidupan manusia. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pendidikan secara langsung

terhadap perkembangan seluruh aspek kehidupan manusia. Pada dasarnya pendidikan

merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga

manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sebagai sebuah proses maka

pendidikan memerlukan pemahaman tentang manusia, bagaimana memahami kondisi


3

manusia secara tepat dan benar agar pelaksanaan pendidikan dapat dilaksanakan dengan

baik sesuai dengan tujuan dan kehendaknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

syafaruddin (2012), yaitu: “Pendidikan bertujuan untuk membantu generasi muda

mengembangkan semua unsur potensi pribadinya baik spiritualitas, moralitas, sosialitas,

ras, maupun rasionalisme. Dengan pendidikan yang baik, setiap orang akan mengetahui

hak dan tanggung jawabnya sebagai individu, anggota masyarakat dan sebagai makhluk

Tuhan. Jadi pendidikan merupakan hak setiap pribadi yang memungkinkan dirinya akan

menjadi manusia berkepribadian paripurna ditengah derasnya arus perubahan zaman.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa.

Maksudnya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata

lain pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Proses belajar yang

dilakukan siswa tidak lagi hanya di sekolah maupun diluar sekolah. Proses belajar juga

dapat belangsung didalam dunia maya yang kita sebut internet, yang saat ini sedang

berkembang dengan pesatnya.

Internet dapat dikatakan sebagai perpustakaan multimedia yang sangat lengkap, bahkan

internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya). Dikatakan demikian karena

hampir seluruh informasi bidang ilmu pengetahuan disuguhkan internet, seperti bisnis,

hiburan, lembaga pemerintahan maupun swasta dari seluruh negara yang ada di dunia.

Khususnya untuk bidang pendidikan, pengguna dapat memperoleh informasi mengenai

universitas/institusi/akademik, lembaga-lembaga pendidikan, museum, perpustakaan, data

bibliografi, seperti jurnal, disertasi dan lain sebagainya.


4

Saat ini perkembangan internet semakin pesat saja. Hal ini dapat diketahui dari semakin

banyaknya pengguna internet yang ada di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi

Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) mengungkap bahwa lebih dari

setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Survei yang dilakukan

sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke

internet, dengan total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. Data ini

menunjukkan sekitar 51,8 % penduduk indonesia menggunakan internet. Jika

dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, pengguna internet ini semakin bertambah

jumlahnya dari tahun ke tahun. Pada tingkat internasional indonesia berada pada urutan

ke-enam sebagai pengguna internet dengan posisi lima teratas diperoleh negara Cina,

Amerika Serikat, India, Brazil dan Jepang(Kominfo, 2017)

Pemanfaatan internet dalam dunia pembelajaran akan sangat bermanfaat jika digunakan

dengan bijak. Internet dapat dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi atau materi

pelajaran disekolah. Internet bagaikan perpustakaan dunia yang bisa kita akses dengan

mudah segala kebutuhan yang kita perlukan. Internet mempunyai jaringan dunia,

seseorang dapat mengakses dengan bebas didalam internet sesuai kehendaknya.

Adapula kasus yang menjadi dampak dari penggunaan internet yang juga merugikan yaitu

turunnya prestasi belajar anak setelah mereka mengenal internet. Kecanduan internet ini

menyebabkan dampak yang cukup serius seperti bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas

dan menurunnya prestasi akademik siswa (Laili & Nuryono, 2015). Anak membolos

sekolah demi mendatangi warung internet untuk mengakses internet yang kadang

berkonten pornografi atau sekedar untuk bermain online. Mereka juga akan menggunakan

uang jajan yang seharusnya bukan digunakan untuk bermain internet (Andriani, 2016).
5

Jelas hal itu sangatlah merugikan anak dari segi pendidikan, karena anak rela membolos

sekolah untuk pergi ke warung internet. Anak juga tidak segan untuk membohongi orang

tua karena mereka menganggap orang tua mereka tidak akan paham dengan kegiatan

yang mereka lakukan. Anak juga akan mengabaikan tugas sekolah mereka demi untuk

mengakses internet.

Kecanduan internet yang terjadi pada remaja merupakan awal terjadinya berbagai

masalah yang merugikan. Remaja akan mengalami beberapa dampak diantaranya

perkembangan mereka akan terhambat karena mereka tidak melakukan aktivitas fisik dan

mereka lebih senang untuk duduk sambil menikmati bermain internet (Setiawan &

Haryanto, 2014).

Selain memiliki dampak yang positif, internet juga dapat menimbulkan dampak yang

negatif. Dampak negatif yang sering terjadi pada sisawa adalah penurunan prestasi

akamdemik. Banyak siswa yang sudah kecanduan internet, seperti game online dan media

sosial. Mereka rela mengabiskan waktu berjamjam di depan PC/ atau smartphonenya. Hal

ini tentu saja akan menyita banyak waktu siswa sehigga tersisa sedikit atau bahkan tidak

ada lagi waktu untuk belajar. Selain kecanduan internet, konten pornografi juga rentan

diakses oleh siswa yang sangat berbahaya bagi moral siswa.

Dalam hal ini orang tua dan guru harus selalu waspada dalam memperhatikan anak-

anaknya dari penggunaan internet. Dan harus ada kerjasama yang baik antara guru dan

orang tua

Penelitian di Turki menyebutkan bahwa tingkat penggunaan internet yang tidak baik

sebanding dengan penurunan prestasi akademik siswa (Gener dan Koc 2012 dalam Imam
6

2015). Indonesia juga memiliki contoh yaitu penelitian yang dilakukan imam di SMAN 1

Kota Baru tahun 2015 menyebutkan bahwa SMA tersebut mengalami penurunan prestasi

belajar. Berdasarkan hasil Ujian Akhir Nasional, dimana prestasi SMAN 1 Kota baru

menepati peringkat 4, ini menurun dari tahun sebelumnya yang menempati peringkat 3.

Hal ini dikarenakan penggunaan internet yang tidak tepat (Disdik, 2015).

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh laveris (2016). Penelitian

yang dilakukan di SMAN 4 SOLOK ini menunjukan hasil 66,2% keterkaitan hubungan

antara penggunaan teknologi internet dengan prestasi belajar siswa dan 33,8 %

dipengaruhi oleh faktor lain.

Penelitian yang dilakukan Beauty,Yudi Dn Franly(2015) mengungkapkan bahwa nilai

rata-rata di kelas XI MIA 5 SMAN 9 Menado yaitu 22 (53,7%) responden yang jarang

menggunakan internet, 20(48,8) diantaranya mendapat nilai yang tinggi, sedangkan 2

(4,9) mendapat nilai rendah, selain itu 10 (24,4%) responden lainnya yang sering

menggunakan internet mendapat nilai tinggi dan 9 (22,0%) mendapat nilai rendah, dan

mendapatkan hasil 30 (73,2%) responden menggunakan internet untuk mengakses media

sosial sedangkan 22(26,8%) responden lain menggunakan internet untuk belajar.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil statistik ‘We Are Social Singapore”, ada 88,1 juta orang pengguna aktif

internet di Indonesia. Itu berarti 34% dari total populasi di Indonesia. Dimana 64 juta

orang mengakses internet dengan menggunakan handphone/HP setara dengan 25%

populasi penduduk di Indonesia.


Jika ditinjau dari segi intensitas mengakses internet, maka ada 48% diantaranya yang

mengakses internet setiap hari. 35% nya setidaknya seminggu sekali, 12% nya setidaknya

sebulan sekali dan hanya 5% saja yang kurang dari sebulan sekali. Kemudian jika dilihat
7

dari segi durasi yang dihabiskan setiap hari untuk mengakses internet yaitu, durasi

pengakses internet yang menggunakan PC/tablet di Indonesia rata-rata 4 jam 42

menit/hari. Pengakses internet yang menggukan HP/handphone rata-rata menghabiskan

waktu 3 jam 33 menit/hari. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengguna

internet di Indonesia sangat banyak dengan intensitas pengguanaan internet yang tinggi.
Berdasarkan kasus yang terjadi sehari-hari pada siswa SMA Santika Bambu Apus,

beberapa siswa pada jam pelajaran terlihat duduk duduk di warung kopi dekat kampus

URINDO. Kebanyakan dari siswa tersebut bermain game online bersama melalui situs

jejaring internet. Oleh karena ini peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan

antara penggunaan internet dengan prestasi belajar siswa SMA Santika Bambu Apus?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan penggunaan internet dengan

prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Santika Bambu Apus


1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi Penggunaan Internet pada Siswa Sekolah

Menengah Atas Santika Bambu Apus


b. Diketahuinya distribusi frekuensi prestasi belajar Siswa Sekolah Menengah

Atas Santika Bambu Apus


c. Diketahuinya hubungan antara penggunaan internet dengan prestasi Siswa

Sekolah Menengah Atas Santika Bambu Apus.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu staf pengajar di sekolah dalam

mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa serta mampu menjadi masukan

dalam peningkatan prestasi siswa


2. Bagi Orang tua dan Masyarakat
8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua tentang

dampak positif maupun negatif dari penggunaan internet dan diharapkan orang tua

dapat memberika perhatian lebih terhadap penggunaan internet pada remaja


3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literature atau contoh untuk penelitian

selanjutnya.
9

BAB II

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi

dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa

remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti,

Rahmawati, Purnamaningrum; 2009). Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana

kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa

remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi.

Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual)

(Santrock, 2002; dalam Jahja 2012).

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari

mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang

berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada

perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang

dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock).

Santrock (2002) menambahkan bahwa kita dapat mengetahui kapan seorang anak

muda mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat permulaan dan
10

akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi agak terlambat pada masa

pubertas, tidak ada tanda tunggal yang menggemparkan pada masa pubertas.

WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih

bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi

sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-

kanak menjadi dewasa.


3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan

sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja

baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami

menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa

remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini

menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.

2.1.2 Batasan Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir

menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal,

masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja

awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria
11

usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki

yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21

tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai

pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua

puluhan tahun.

Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak

perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,

meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak

perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya

dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat

berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21

tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia

remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan

17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun

adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2009).

Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila

telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan sebelumnya.

Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah (Hurlock

dalam Ali & Asrori, 2009).


12

Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia

dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam

semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2009). Batasan usia remaja menurut WHO

adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan

belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan relatif

lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan

perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja

Hurlock menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa remaja

dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-

kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas

tersebut antara lain:

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku

mengembangkan ideologi.

Ali & Asrori (2009) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja

difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta


13

berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2009) juga menambahkan bahwa tugastugas

perkembangan masa remaja adalah berusaha:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya;


2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;


7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa;


9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja adalah

sebagai berikut:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.


2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai

otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul

dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kolompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya

sendiri.
6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai,

psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).


7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-

kanakan.

2.1.4 Perkembangan Fisik Masa Remaja


14

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik adalah

perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik.

Piaget (dalam Papalia & Olds 2009, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa

perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa

yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna

untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ

seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan

melaksanakan fungsi reproduksi

2.1.5 Perkembangan Psikis Remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja.

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:


1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya
bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja

putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.


2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang

mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari

perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.


15

3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi

bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.


b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin

mencoba-coba.

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat

dibandingkan perubahan fisiknya.

2.1.6 Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,

menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012). Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002;

dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara

aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak

langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu

membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya,

lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja

mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah

cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif

dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih

abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang

menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara


16

sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir

tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciriciri ideal diri mereka sendiri,

orang lain, dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang

lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung

menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002; dalam Jahja, 2012).

2.1.7 Perkembangan Emosi Pada Remaja

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status

remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali &

Asrori, 2009). Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2009) mengibaratkan: terlalu besar

untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi

juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi

berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering

mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2009) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada

umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja

juga demikian halnya Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku

itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional,

misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti

diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.


17

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2009) yang dapat mempengaruhi

perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya

perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan

pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang

mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh

ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.

Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-

lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan

penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan

perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam

tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan

emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua terhadap anak,

termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang

dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan

perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu

anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat

menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja seringkali membangun

interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk

melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi


18

antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki

kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam

bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja

karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar. Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat

menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:


1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadangkadang

mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan

penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka

masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri

remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku

emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk

remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja lakilaki memiliki banyak teman

perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan

kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-

laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang

baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan

pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah

laku emosional.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam

kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.


e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum menginjak

masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka.
19

Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena

selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta

didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,

bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru

semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak

melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

2.2. Penggunaan Internet

2.2.1. Pengertian Internet

Internet adalah singkatan dari Interconnected Networking yang apabila diartikan

dalam Bahasa Indonesia berarti rangkaian komputer yang terhubung di dalam

beberapa rangkaian jaringan. Internet merupakan salah satu hasil dari

kecanggihan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan manusia.

Rahmadi (2013) dalam modul pembelajaran internet mengatakan bahwa internet

merupakan sebuah sebutan untuk sekumpulan jaringan komputer yang dapat

menghubungkan berbagai situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi,

hingga perorangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa intenet mampu untuk

menyediakan askes untuk layanan telekomunikasi dan berbagai sumber daya

informasi untuk jutaan pemakaiannya yang tersebar di seluruh dunia. Internet

memliki berbagai macam layanan-layanan internet meliputi komunikasi secara

langsung seperti email dan juga chatting, diskusi seperti Usenet News, email dan

juga milis serta sumber daya informasi yang terdistrubusi (World Wide Web,

Gopher), remote login, dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan lain-lainnya.
20

Menurut strauss, El-Ansary, Frost (2013) Internet adalah seluruh jaringan yang

saling terhubung satu sama lain. Beberapa komputer- komputer dalam jaringan

ini menyimpan file, seperti halaman web, yang dapat diakses oleh seluruh

jaringan komputer.

Pengertian internet secara umum (menurut bahasa) adalah kumpulan dari

jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai suatu sistem. Sedangkan

pengertian Internet secara khusus adalah suatu jaringan komputer terbesar di

dunia karena menghubungkan seluruh jaringan komputer yang ada di dunia ini.

Sedangkan Jaringan adalah cara untuk menghubungkan beberapa komputer

sehingga setiap komputer yang ada di dalamnya bisa saling berhubungan dan

berbagi sumber daya.

Beberapa layanan populer di Internet yang menggunakan protokol di atas, ialah

email/surat elektronik, Usenet, Newsgroup, berbagi berkas (File Sharing), WWW

(World Wide Web), Gopher, akses sesi (Session Access), WAIS, finger, IRC,

MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat elektronik dan World Wide

Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak servis yang dibangun

berdasarkannya, seperti milis (Mailing List) dan Weblog. Internet

memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service), seperti web radio, dan

webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia. Selain itu melalui Internet

dimungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung antara dua pengguna atau

lebih melalui program pengirim pesan instan seperti Camfrog,


21

Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete, Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan

Windows Live Messenger. “Internet tidak membatasi diri untuk setiap definisi

tertentu. Namun secara umum internet dapat didefinisikan sebagai kabel atau

nirkabel yang saling berkomunikasi yang bertujuan untuk mengirimkan

informasi”. (Engineers Garage)

Di Indonesia, jaringan Internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas

Indonesi, berupa UINet oleh Joseph F.P Luhukay yang ketika itu baru saja

menamatkan Program Doktor Filosofi Ilmu Komputer di Amerika

Serikat. Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama,

Luhukay juga mulai mengembangkan University Network (Uninet) di

lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan jaringan

komputer dengan jangkauan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia,

Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Univeritas Gadjah Mada,

Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanudin dan Dirjen Dikti (Budi

Sutedjo, 2017: 52).

Jejaring sosial adalah sebuah layanan yang dirancang untuk membangun

hubungan sosial antara sekumpulan orang dengan minat, hobi, aktifitas, atau latar

belakang yang sama. Situs jejaring sosial mengizinkan penggunanya untuk saling

berbagi ide, gambar, aktifitas terbaru, event penting, dan ketertarikan antar

pengguna (Patilima, H. ,2015) Contoh situs jejaring sosial yang banyak digemari

diantaranya Facebook, Twitter, Google+, Instagram, Ask.fm, Snapchat dan masih

banyak lagi. Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete, Yahoo! Messenger, MSN Messenger
22

dan Windows Live Messenger. “Internet tidak membatasi diri untuk setiap

definisi tertentu. Namun secara umum internet dapat didefinisikan sebagai kabel

atau nirkabel yang saling berkomunikasi yang bertujuan untuk mengirimkan

informasi”. (Engineers Garage)

Di Indonesia, jaringan Internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas

Indonesi, berupa UINet oleh Joseph F.P Luhukay yang ketika itu baru saja

menamatkan Program Doktor Filosofi Ilmu Komputer di Amerika

Serikat. Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama,

Luhukay juga mulai mengembangkan University Network (Uninet) di

lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan jaringan

komputer dengan jangkauan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia,

Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Univeritas Gadjah Mada,

Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanudin dan Dirjen Dikti (Budi

Sutedjo, 2017: 52).

Jejaring sosial adalah sebuah layanan yang dirancang untuk membangun hubungan

sosial antara sekumpulan orang dengan minat, hobi, aktifitas, atau latar belakang

yang sama. Situs jejaring sosial mengizinkan penggunanya untuk saling berbagi ide,

gambar, aktifitas terbaru, event penting, dan ketertarikan antar pengguna (Patilima,

H. ,2015) Contoh situs jejaring sosial yang banyak digemari diantaranya Facebook,

Twitter, Google+, Instagram, Ask.fm, Snapchat dan masih banyak lagi.

Facebook ditemukan oleh Mark Zuckerberg pada Februari 2004. Pada September

2012, facebook memiliki lebih dari 1 milyar pengguna aktif. Survei yang dilakukan
23

Consumer Reports tahun 2011 menyatakan bahwa terdapat 7,5 juta anak berusia

dibawah 13 tahun sudah memiliki akun dan 5 juta anak berusia dibawah 10 tahun

melanggar aturan layanan situs facebook. Twitter dibuat pada bulan Maret 2006

oleh Jack Dorsey dan langsung diluncurkan pada bulan Juli. Twitter langsung

populer di seluruh dunia dengan lebih dari 500 juta pengguna terdaftar pada tahun

2012. Setiap harinya terdapat lebih dari 340 juta tweet dan 1,6 milyar pertanyaan

pencarian. (Putri, G. A., Suryani, & Hernawati, T., 2017)

Sebuah survei internasional dilakukan pada 4500 pasang anak di 5 negara termasuk

Indonesia tahun 2012 lalu. Hasilnya menunjukkan 67% anak memiliki telepon

genggam dan 12% nya merupakan pengguna smartphone, 89% anak pengguna

smartphone menggunakan layanan aplikasi yang sebagian besar adalah aplikasi

hiburan, 63% mengakses internet untuk jejaring sosial dan merupakan persentase

tertinggi diantara 5 negara yang dilakukan survei.

Gambar 1. Persentase anak yang mengakses jejaring sosial di telepon genggam


24

2.2.2. Fungsi Internet

Tidak dapat dipungkiri internet termasuk di dalamnya jejaring sosial, baik secara

langsung maupun tidak langsung mempunyai dampak bagi masyarakat, baik itu

berdampak positif ataupun negatif. Dampaknya pun tidak terbatas terhadap

kalangan tertentu saja, namun telah meluas ke semua kalangan baik kalangan

terpelajar maupun bukan kalangan terpelajar, Sebagai

salah satu lembaga yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari,

lembaga pendidikan pun, dalam hal ini sekolah, tidak ketinggalan memanfaatkan

fungsi internet tersebut dalam proses pendidikan dan pembelajaran di dalam

kelas. “Walaupun secara fisik Internet adalah interkoneksi antar jaringan

komputer namun secara umumInternet harus dipandang sebagai sumber daya

informasi. Isi Internet adalah informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu

database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap. Bahkan

Internet dipandang sebagai dunia dalambentuk lain (maya) karena hampir

seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada diInternet seperti bisnis, hiburan,

olah raga, politik dan lain sebagainya.” Lani Sidharta (20166)

Fungsi lain dari internet adalah sebagai alat atau media dalam proses belajar

mengajar dalam kelas. Dengan adanya fasilitas yang tersedia, tidak

mengherankan jika internet menjadi pola hidup bagi sebagian masyarakat, tak

terkecuali bagi kalangan pelajar. Sebagian besar alasan para pelajar

menggunakan internet adalah untuk mengerjakan tugas dari Guru. Karena itu
25

dalam dunia pendidikan, internet memberikan suatu akses data yang dapat

memudahkan dalam proses belajar mengajar.

Terhubung ke internet harus hati-hati dan mempersiapkan sistem pengamanan

yang baik agat terhindar dari resiko kerusakan dan kehilangan data. d. Pornografi

mudah diakses Kemudahan teknologi internet apalagi dengan lahirnya

multimedia internet telah memungkinkan disalahgunakan oleh beberapa

kalangan yang kurang menjunjung etika dan moralitas dengan menciptakan

situssitus porno yang mengeksploitasi gambar atau video porno. Oleh karena itu,

para pemakai khususnya para remaja perlu mempertimbangkan dengan masak

bila ingin mengakses situs-situs tersebut karena akan mempengaruhi dan

merusak pertumbuhan psikologis dirinya.

Pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangannya seperti jaringan

komputer dan internet, tidak saja mendorong lahirnya inovasi keilmuan dan

dunia usaha, namun juga melahirkan kejahatan model baru, antara lain

pembelokan transaksi perbankan ke rekening seseorang, pemanfaatan kartu

kredit palsu untuk transaksi e-education untuk pembayaran SKS dan sebagainya.

2.2.3. Dampak Internet dalam Kegiatan Belajar

a. Dampak Positif

Pada saat ini, internet sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan belajar

mengajar terutama pada bagian informasi biasanya berkaitan dengan pelajaran

dan tugas sekolah. Dahulu informasi hanya bisa didapat dengan membaca buku

dan Koran atau mendengarkan televisi dan radio. Akan tetapi berbeda dengan
26

sekarang, hanya dengan mengetik kata kunci pada search engine maka milyaran

informasi akan muncul sesuai dengan kata kunci tersebut. Tidak sedikit dan

tentunya banyak pelajar saat ini sudah menguasai bagaimana cara menggunakan

internet. Dampak positif internet bagi pelajar lainnya adalah bagi yang hobi tulis

menulis dapat mempublikasikannya lewat blog. Namun juga harus diperhatikan

etika dan aturannya, sehingga tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Tulisan

pada internet akan menjadi refrensi sepanjang masa dengan sistem internet

yang 24 jam non stop.

Dan diharapkan dapat bermanfaat dari generasi ke generasi. Tentu saja media

internet menjadi pilihan bagi pelajar yang mengasyikan. Praktis dan efisien

menjadi pertimbangan utama. Selain itu kecepatan dan keakuratan informasi

juga mempengaruhi. Selain itu pelajar dapat mengembangkan bakat dan minat

di bidang Internet, seperti halnya membuka usaha online disamping tidak

melanggar hak dan kewajiban seorang pelajar. Pelajar tidak perlu menunggu

tokonya untuk melayani konsumen, hanya dengan menentukan ketentuan dan

persyaratan bagi konsumen barang sudah dapat dikirim. Jejaring sosial yang

popular di kalangan pelajar seperti email, facebook, twitter juga merupakan

hal penting bagi pelajar untuk kemudahan akses berkomunikasi terutama bagi

pelajar sekolah menengah pertama dan menengah atas. Selain itu, jejaring

sosial diyakini dapat meningkatkan rasa solidaritas antar sesama. Pelajar dapat

berteman dengan siapapun dan dapat mengasah kemampuan berbahasa.

b. Dampak Negatif
27

Membuat siswa malas, dengan adanya internet ini cenderung karena merasa

mudah untuk mencari apapun di internet, hal ini mengakibatkan timbulnya

rasa malas dikalangan siswa untuk membaca buku. Yang pada akhirnya

timbulah perasaan menganggap mudah terhadap suatu masalah terutama

masalah sekolah. Hal ini juga mengakibatkan kurang diminatinya membaca

buku baik itu di perpustakaan, maupun di tempat-tempat lainnya.

Pornografi. Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan

pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi

yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.

Hal ini karena akses internet bersifat bebas dan muda diakses oleh siapa saja

sehingga situs-situs pornografi yang tidak boleh ditonton oleh kalangan

dibawah umur (belum menikah) terutama siswa.

Hal ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan prestasi siswa. Akibat dari

terkontaminasinya alam fikiran siswa yang seharusnya berpusat penuh pada

belajar menjadi terpusat pada pornografi yang akan menghancurkan masa

depannya. Untuk mengantisipasi hal ini para produsen web browser

melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-

page yang dapat diakses.

Dengan terdapatnya gambar-gambar pornografi dan kekerasan di internetbisa

mengakibatkan dorongan kepada seseorang untu bertindak kriminal, tindakan

ini disebut Violence and Gore. Dengan adanya kekejaman dan kekerasan ini

bisa memotivasi pengguna terutama dikalangan siswa untuk berperilaku


28

seperti yang ada didalam gambar yang mereka lihat. Hal ini bisa kita lihat

dengan banyaknya terjadi tawuran dikalangan siswa yang salah satunya adalah

sebagai dari akibat Violence and Gore.

Penipuan: Hal ini merajalela dibidang manapun termasuk internet. Seorang

siswa yang memiliki pengetahuan yang minim akan mudah terpengaruh

dengan iklan-iklan yang terdapat didalam internet yang pada akhirnya akan

merugikan mereka sendiri.

Ketergantungan: Dengan adanya internet ini membuat siswa semakin malas

untuk membaca buku yang memiliki kelengkapan informasi yang lebih

lengkap dibandingkan dengan internet. Hal ini mengakibatkan ketergantungan

siswa didalam menggunakan internet.

2.2.4 Intensitas Waktu Penggunaan Internet


Mengenai waktu penggunaan internet ini, SWA-Mark&Co (dalam abrar, 2013)

menemukan pada 1.100 pengguna internet, menggolongkan tipe penggunaan

internet berdasarkan waktu yang digunakan, ialah sebagai berikut :


a. Pengguna Berat, yaitu individu yang menggunakan internet selama >10 jam

perminggu atau >40 jam perbulan


b. Pengguna sedang, yaitu individu yang menggunakan internet selama 2,5

jam-10 jam perminggu atau 10-40 jam perbulan.


c. Pengguna Ringan, yaitu individu yang menggunakan internet selama < 2,5

jam perminggu atau <10 jam perbulan

Menurut Horrigan (2010), terdapat dua hal yang mendasar yang harus diamati

untuk mengetahui intensitas penggunaan internet, yaitu frekuensi dan durasi

penggunaan.
29

c.3 Prestasi Belajar

2.3.1. Pengertian Prestasi

Prestasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi dua, 787) adalah hasil

yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Arif Gunarso

(Sunarto, 2012) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang

dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar

dapat diukur melalui tes yang sering disebut prestasi belajar.

Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam

bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil

yang dicapai. Prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes (KBBI,

2008:895). Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah

dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa

keterampilan (Qohar,2010).

Menurut Muhibbin Syah “Prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program (2010)”. Sumadi

Suryabrata mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah nilai yang merupakan

perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi

belajar selama masa tertentu (2017)”. Pendapat senada juga diungkapkan oleh

James P. Chaplin (2012) bahwa “Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang

telah dicapai atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh
30

guru/dosen, lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat kombinasi kedua hal

tersebut”. Hal ini misalnya prestasi belajar mahasiswa selama satu semester yang

diukur dengan nilai beberapa mata kuliah yang harus ditempuh selama satu

semester tersebut, jika mahasiswa bisa mengumpulkan nilai yang tingg dalam

masing-masing mata kuliah dan mengumpulkan jumlah yang tinggi atau lebih

dari yang lain berarti mahasiswa tersebut mempunyai prestasi belajar yang

tinggi.

Dalam kaitannya dengan judul penelitian, yang dimaksud prestasi tersebut

adalah prestasi akademik, yaitu hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan

belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian belajar. Hasil belajar tersebut, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai.

2.3.2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan

perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Drs. H. Abu Ahmadi

menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu

kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk

mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,

penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki,

mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan
31

balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test)

(Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)

Djamarah (2014) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai

hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan yang

mau dicapai dari akti#itas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu

indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam

segala hal yang diperolehnya di sekolah. !engan kata lain prestasi belajar

merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat

perbuatan belajar atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat

dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

setelah mengalami proses belajar. Prestasi dapat diketahui apabila seseorang telah

melalui tahap evaluasi. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi

belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan

yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar

yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah

dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test

nilai sumatif.
32

Kemendikbud (2018) menjelaskan standar nilai komulatif siswa disetiap sekolah

berbeda berdasarkan kurikulum dan berdasar kebijakan sekolah dan guru pengajar.

Namun nilai standar rata rata yang dikemukanan kemendikbud 2018 adalah 70.

Anda mungkin juga menyukai