PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Amerika Serikat angka kejadian Sectio caesarea meningkat dari 5,5% pada tahun
1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan 24-30% saat ini. Makin dikenalnya bedah caesar dan
bergesernya pandangan masyarakat akan metode tersebut, diikuti dengan semakin
meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesar. Di Indonesia sendiri, secara umum
jumlah persalinan caesar di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total
persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 %
dari total persalinan. Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi
di atas 11%. Antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah,
cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus,
serta infeksi akibat luka operasi.
Penelitian di Inggris menunjukkan, satu dari sepuluh wanita yang menjalani operasi
caesar menderita infeksi sehingga mereka harus tinggal lebih lama di rumah sakit untuk
perawatan.
Risiko infeksi biasanya terdapat pada luka jahitan bekas sayatan pada tujuh lapisan
jaringan perut. Meskipun mayoritas infeksi pasca operasi caesar tidak serius, tetapi bisa
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman.
"Infeksi minor tetap bisa menyebabkan sakit dan ada kemungkinan akan
memengaruhi jaringan yang lebih dalam. Infeksi yang lebih serius membutuhkan perawatan
lebih lama di rumah sakit," kata Dr.Catherine Wloch, dari Departemen of Healthcare
Associated Infection and Antimicrobial Resistance.
Kerugian lain dari infeksi pasca operasi adalah berkurangnya kemampuan ibu untuk
mengasuh bayinya karena dibutuhkan waktu cukup lama untuk pulih dari operasi. Kurang
lebih 90% dari morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi.
http://dc244.4shared.com/doc/aDVxbnif/preview.html
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan
maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target
MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-
negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di
negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah
organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Prawirohardjo, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh di Indonesia terjadi peningkatan angka
bedah caesar disertai kejadian infeksi luka pasca bedah caesar sekitar 90% dari morbiditas
pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi. RSUP dr.Sardjito tahun 2000 kejadian
infeksi luka pasca bedahcaesar adalah 15%. RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2001 angka
kejadian infeksi luka 20% (Himatusujanah dan Rahayuningsih, 2008).
Angka kejadian Sectio caesarea sejak tahun 1980 meningkat di RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta Sectio caesarea pada tahun 1981 sebesar 15,35% meningkat
menjadi 23,23% pada tahun 1986. Peningkatan ini juga terjadi diseluruh dunia. (Roeshadi,
2003).
Apakah ada hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap
infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo tahun 2018
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah terhadap
infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD dr.AbdoerRahem Situbondo tahun 2018
4. Mengidentifikasi hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi
pasca caesar pada ibu post partum di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
2. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam
rangka menambah wawasan khususnya tentang perawatan pada ibu post partum pasca caesar
di rumah.
Penelitian ini menggunakan metode analitik yakni desain penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh penjelasan dan menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi.
Menerangkan bentuk hubungan antara dua variabel dependen dan independen yang berupa
faktor resiko ataupun faktor efek, (Elfindri, 2011).
Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca
caesar di rumah terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD dr. Abdoer
Rahem Situbondo tahun 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum pasca caesar ± 25 orang responden
yang akan diteliti, proses ini tentu saja melalui tahap survei terlebih
dahulu (Sulistianingsih, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih
menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima
hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak
mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan
lemak sedikit.
4. Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan
tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan
mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
5. System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan
eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah
tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah
yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali
mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan
ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil (Saifuddin, 2002).
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya
trombosistromboemboli.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami
sulit kencing, karena fingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
m.spincter ani selama persalinan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 pasca persalinan.
5. Perawatan payudara
6. Laktasi (Marsha Khumaira, 2012).
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.
a) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/ kerusakan yang luas.
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan.
Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima. Pembuluh
darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi),
dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah
saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang
keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai
vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik
reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu
hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh
darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim
hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang
kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis).
Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka
hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir
minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar
kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan
luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat
kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses
mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel
tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka,
proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah
proses pematangan dalam fase penyudahan.
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan
yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali
jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan
berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali
semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel
muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih
diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan
jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat
pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan
regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan
setelah penyembuhan.
2.2.3 Perawatan Luka
Diagnosis
Pertama-tama, dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan
yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul, luasnya
kematian jaringan, banyaknya kontaminasi, dan berat ringannya luka (Buku-ajar Ilmu Bedah,
2004).
2.3 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang,
dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat
pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai
organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas,
mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan,
digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan
patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis
organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di dalam
saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Hal yang sama berlaku untuk bakteri yang
biasanya menghuni mulut.
2. Tiga hari setelah operasi, perban biasanya diganti dengan perban yang tahan air sehingga
ibu dapat mandi. Sebelumnya, karena bekas jahitan tidak boleh kena air, biasanya cukup
diseka saja badannya dengan air hangat.
3. Hindari melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan sebab jahitan di dalam belum
kering sehingga masih terasa sakit (Cendika dan Indarwati, 2010).
Dependen
Kejadian infeksi pasca caesar
Karakteristik
1. Umur
2. Paritas
3. Pendidikan
Independen
Perilaku perawatan luka pasca
caesar
2.9 Hipotesa
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang
diharapakan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara empiris
(Notoatmodjo, 2010). Biasanya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap ada atau tidak ada
hubungan antara dua variable,yaitu variable bebas (independent variables) dan variable
terikat ( dependent variable).
Dalam penelitian kali ini akan membuktikan ada atau tidak ada hubungan antara
variabel independent dengan variable dependent yang diteliti yaitu :
1. Ha : Ada hubungan antara perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar di RSUD
Subang Tahun 2012.
2. Ho : Tidak ada hubungan antara perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar di
RSUD Subang Tahun 2012
Keterangan :
Jika : P value < α (0,05), maka (Ho) ditolak artinya statistik ada hubungan bermakna.
Jika : P value > α (0,05), maka (Ho) gagal ditolak artinya statistik tidak ada hubungan bermakna.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik yakni desain penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh penjelasan dan menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi.
Menerangkan bentuk hubungan antara dua variabel dependen dan independen yang berupa
faktor resiko ataupun faktor efek (Elfindri, 2011). Penelitian ini menggunakan rancangan
cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan
pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/ paparan dengan penyakit
(sulistianingsih, 2011).
3.2 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau keseluruhan individu yang diteliti
dan memiliki karakter tertentu. (Notoatmojo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah ibu
post partum pasca caesar di RSUD Subang tahun 2012. Total responden ± 25 ibu post partum
pasca caesar.
3.3 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. (Elfindri, 2011). Pengambilan sampel dilakukan dengan
mendaftar nama-nama responden kemudian melakukan undian sebanyak (n) sampel. Adapun
yang dijadikan sampel memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yaitu
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi dan terjangkau akan diteliti. Kriteria
ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan yang memenuhi kriteria inklusi dari studi
karena berbagai alasan (Nursalam, 2001).
1. Kriteri Inklusi
-Ibu yang berada di RSUD Subang tahun 2012
-Ibu yang mengerti bahasa Indonesia
-Ibu yang bersedia dijadikan responden
2. Kriteri Ekslusi
-Ibu yang tidak bersedia dijadikan responden
-Ibu yang tidak berada di RSUD Subang tahun 2012
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik random
sampling (simple random sampling) atau systematic sampling. Dengan menggunakan sebagai
berikut :
n= N
1+N (d)²
Ket :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang di inginkan
n= 25
1+ 25 (0,05) ²
n= 25
1+25 (0,0025)
n= 25
1+0.0625
n= 23
Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 23 orang.
3.4 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (variabel penelitian). Jenis instrumen penelitian tergantung
pada tehnik pengumpulan data. Bila tehnik pengumpulan data dengan komunikasi/
wawancara, maka dapat menggunakan kuesionerb atau angket atau pedoman wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat kuesioner sebagai instrumen penelitian.
(sulistianingsih, 2011). Di samping itu peneliti mengunakan lembar observasi untuk
mengukur seberapa parah infeksi luka sehingga bisa dilakukan tindakan segera apabila terjadi
perlukaan yang luas.
Variabel
4 Perilaku Kemampuan Kuesioner 1.Kurang Nominal
perawatan responden (tidak mengganti
luka pasca untuk perban sama sekali/
caesar melakukan tidak melakukan
perawatan perawatan)
pasca caesar 2.Baik
( 1x mengganti perban/
melakukan perawatan)
Sumber:Sjamsuhidajat,
2004
5 Infeksi pasca Reaksi Observasi 1.Terjadi Infeksi Nominal
caesar inflamasi (muncul tanda-tanda
masuknya infeksi seperti luka
bakteri pada menjadi bengkak dan
luka kemerahan)
Sumber: Syafrudin,
2011
2.Tidak Terjadi infeksi
(luka tidak
menunjukkan tanda-
tanda infeksi)
Sumber: syafrudin,
2011
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Subang, yang beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso
No. 37, Dangdeur, Subang (0260) 411421
Sejarah
Pada masa penjajahan inggris dan belanda, sudah ada rumah sakit untuk kalangan
sendiri di daerah Subang yang bernama Rumah sakit PT. Perkebunan, yaitu pada tahun 1942
yang dikelola oleh Dr. Meutiono, namun untuk rumah sakit umum belum memiliki karena
masih dalam status kewedanaan. Pada tahun 1948 di ruang bekas took besi di jalan Oto
Iskandardinata didirikan sebuah rumah sakit Umum Subang yang sangat sederhana dengan
kepala Rumah Sakit pada saat itu adalah Dr. Soekono yang menjabat sampai tahun 1955 dan
merupakan Rumah sakit Umum pertama di Subang.
1) Tahun 1956 Dr. Soekono digantikan oleh Dr. Gabirino dari Italia dan Dr. Heize dari
Jerman.
2) Tahun 1956-1957 dipimpin oleh Dr. Punchera dari Jerman.
3) Tahun 1959-1962 dipimpin oleh Dr. Musa.
4) Tahun 1962-1967 dipimpin oleh Dr. Agustina LK.
5) Tahun 1965 Rumah Sakit Umum Subang dipindahkan ke Pasir Kareumbi Subang.
6) Tahun 1976-1977 dipimpin oleh Dr. Yuniar.
7) Tahun 1977-1980 dipimpin oleh Dr. Koentjoro.
8) Tahun 1981-1984 dipimpin oleh Dr. Sopandi W.
9) Tahun 1981-1984 dipimpin oleh Dr. Ade LRG
10) Pada tanggal 20 November 1985 Rumah Sakit Umum Subang pindah ke jalan brigjen
Katamso No. 37 Subang diresmikan oleh Bupati Subang yaitu IR Sukanda Kartasamia dan
Kepala Kanwil Kesehatan Propinsi Jabar DR. Rustandi MPH.
11) Tahun 1997-2004 dipimpin oleh Dr. H. Gunawan D, SpTHT, MARS.
12) Tahun 2004-2006 dipimpin oleh Dr. H. Sodibjo SA, SpOG.
13) Tahun 2007-2009 dipimpin oleh dr. H Guntur Setyono, MARS.
14) Tahun 2009- sekarang dipimpin Drs. Aseng Junaedi, M.Si. pada tahun 1999 Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas B Kabupaten Subang telah lulus Akreditasi untuk 5 (lima) bidang
pelayanan.
Keberhasilan ini terus ditingkatkan dengan terus meningkatkan kualitas berbagai bidang
pelayanan dan melalui Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor H.K. 00.06.3.5.248
tentang pemberian status akreditas penuh tingkat lanjut 12 (dua belas) pelayanan. Hal ini
tentunya menjadi suatu pijakan bagi seluruh staf dan manajemen rumah sakit untuk lebih
berkomitmen terhadap mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam rangka mendukung
program-program pemerintah Kabupaten Subang khususnya pembangunan bidang kesehatan.
Terhitung sejak tanggal 12 April 2007 melalui surat keputusan Menteri Kesehatan nomor
484/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 dinyatakan sebagai rumah sakit pemerintah kelas B non
pendidikan. Manajemen rumah sakit terus berusaha untuk meningkatkan cakupan dan
kualitas pelayanan melalui pengembangan organisasi, peningkatan sumber daya manusia,
pengembangan sarana dan prasarana pelayanan serta dengan peningkatan pola pengelolaan
keuangan kearah bisnis yang sehat yang dapat menjadi organisasi Rumah Sakit Umum
Daerah kelas B Kabupaten Subang sebagai institusi pemerintah yang profesional dan
akuntable.
Tabel IV-I
Distribusi Frekuensi Perilaku Perawatan Luka Pasca Caesar pada Ibu Post Partum di RSUD
Subang Tahun 2012
Sumber: Hasil kuesioner Nurleli pada ibu post partum pasca caesar
Hasil penelitian didapatkan bahwa angka perilaku perawatan luka pasca caesar pada
ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 sebanyak 73,9% dari data tersebut terdapat 17
ibu post partum yang tidak melakukan perawatan luka dengan jumlah total 23 responden.
Tabel IV-II
Distribusi Frekuensi Infeksi Pasca Caesar pada Ibu Post Partum di RSUD Subang Tahun
2012
No Infeksi Frekuensi %
1 Terjadi Infeksi 12 52,2
2 Tidak terjadi infeksi 11 47,8
Jumlah 23 100,0
Sumber: Hasil kuesioner Nurleli pada ibu post partum pasca caesar
Hasil penelitian didapatkan bahwa angka infeksi luka pasca caesar pada ibu post
partum di RSUD Subang Tahun 2012 sebanyak 52,2% dari data tersebut terdapat 12 ibu post
partum yang mengalami infeksi luka dengan jumlah total 23 responden.
4.1.3 Analisa Bivariat
Distribusi Frekuensi Hubungan perilaku tentang perawatan luka pasca caesar di rumah
terhadap
infeksi pasca
caesar pada Perilaku Perawatan Luka
ibu post P
Infeksi pasca Jumlah
partum di No Tidak value
caesar Melakukan
RSUD Subang melakukan
perawatan
tahun 2012 perawatan
N % N % N %
1 Terjadi infeksi 6 50 0 50 6 100
Sumber: Has 2 Tidak terjadi 6 35.30 11 64.70 17 100 0,009
Sumber: infeksi
Kuesioner Jumlah 12 52.17 11 47.83 23 100
Nurleli pada ibu post partum pasca caesar
Hasil uji statistic Chi Square α = 0,05 dengan nilai P value =0,009, sehingga P value <
α (0,05). Kesimpulan : Ho ditolak berarti, adanya hubungan antara perawatan luka pasca
caesar dengan infeksi pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang.
4.2 Pembahasan
Selama penelitian di RSUD Subang didapat kasus ibu post partum yang tidak
melakukan perawatan luka pasca caesar, dan terjadi infeksi luka dengan angka prevalensi
64,70%. Angka ini lebih besar dengan angka prevalensi penelitian terdahulu 58, 95%
keadaan ini tentu menjadi fokus bagi peneliti untuk mencari penyebab utama terjadinya
infeksi.
Kejadian infeksi ini didominasi oleh karakteristik ibu seperti berikut; Umur 20-35
tahun sebanyak 14 orang (60,86%), paritas dengan katagori Primipara sebanyak 11
orang (47,82%), pendidikan diperoleh data dengan pendidikan rendah (SD sampai
SMP) sebanyak 16 orang (69,56%), hasil penelitian menunjukkan ciri-ciri seperti yang
disebutkan di atas bahwa umur menentukan kemampuan seseorang untuk menambah
kematangan dalam berperilaku dan bersikap. Paritas dalam kasus ini didominasi oleh ibu post
partum katagori primipara (kehamilan pertama), katagori ini mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang, dibandingkan dengan kategori multipara (kehamilan yang kedua,
ketiga dan keempat) yang sudah mempunyai banyak pengetahuan dari pengalamannya pada
kehamilan terdahulu terutama ibu post partum yang sudah pernah melakukan persalinan
caesar. Pendidikan rendah mendominasi kasus kejadian infeksi di RSUD Subang, karena
pengetahuannya yang rendah membuat ibu post partum kurang mampu melakukan
pencegahan infeksi seperti melakukan perawatan luka.
1. Perilaku perawatan luka pasca caesar
Perilaku perawatan luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang
menunjukkan angka prevalensi yang tinggi untuk ibu post partum yang tidak melakukan
perawatan. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari tenaga kesehatan di RSUD Subang
tahun 2012.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-
cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan
tentang faktor-faktor yang terkait, dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak
menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular,
tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan. Konsep
perilaku menurut Becker.
Berkaitan dengan pengetahun, sikap dan tindakan sebagai tenaga kesehatan bidan berperan
penting untuk membantu menurunkan angka morbiditas ibu dan mencegah terjadinya
komplikasi pada ibu post partum. Dalam hal ini bidan berperan sebagai promotof, preventif,
dan rehabilitatif.
2. Infeksi luka pasca caesar
Kejadian infeksi luka pasca caesar RSUD Subang harus ditangani secara serius
melihat angka morbiditas ibu post partum karena infeksi luka pasca caesar masih tinggi di
RSUD Subang. Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan normal.
Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar
dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi
sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang.
3. Hubungan perilaku perawatan luka pasca caesar terhadap infeksi pasca caesar pada ibu post
partum
Operasi caesar sebaiknya dipilih jika memang ada gangguan pada ibu atau bayinya,
yang bisa berakibat fatal apabila dilakukan secara normal. Tapi jika semuanya berjalan lancar
disarankan untuk melahirkan secara normal.
Namun, jika operasi caesar tetap dilakukan, sebaiknya sang ibu melakukan persiapan-
persiapannya. Perlu persiapan fisik maupun mental. Kemudian, luka bekas operasi jangan
sampai kena air, lakukan penggantian perban dengan hati-hati, larutan betadin jangan sampai
terlalu banyak ketika mengganti perban tetapi diusahakan kesat sehingga perban tidak
menempel ketika harus diganti.
Dengan operasi caesar, maka kehamilan berikutnya akan lebih besar risikonya. Sebab,
ada luka bekas operasi yang punya potensi untuk robek ketika melahirkan. Karena itu, agar
lebih aman, maka kehamilan berikutnya setidaknya enam bulan setelah operasi caesar
dilakukan. Semakin lama kehamilan berikutnya, akan semakin baik bagi ibu. Seperti yang
sudah dijabarkan oleh teori di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan luka pasca caesar
berpengaruh penting terhadap pemulihan ibu post partum, terutama menghindari kejadian
infeksi yang dominan kasusnya disebabkan oleh infeksi luka tersebut. Berarti hubungan
antara keduanya sangat berkaitan. Maka sangat penting bagi ibu hamil maupun ibu post
partum pasca caesar untuk mengetahui pengetahuan perawatan pasca caesar itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan perawatan luka pasca caesar dengan infeksi luka pasca caesar pada ibu post partum
di RSUD Subang tahun 2012. Melihat prosedur penulisan proposal ini melalui tahapan yang
sistematis sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku perawatan luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012
yang terbanyak adalah 17 orang dengan kategori “kurang/ tidak melakukan perawatan luka
pasca caesar”.
2. Infeksi luka pasca caesar pada ibu post partum di RSUD Subang Tahun 2012 yang
terbanyak adalah 12 orang yang mengalami infeksi pasca caesar.
5.2 Saran
3. Peneliti
Dapat memperkaya dan meningkatkan pengetahuan, informasi serta menambah wawasan
bagi peneliti mengenai hubungan perilaku perawatan luka pasca caesar dengan infeksi pasca
caesar pada ibu post partum.
4. Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian selanjutnya demi
kesempurnaan penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Yusmiati. 2007. Operasi CAESAR. Jakarta: EDSA-Mahkota
Indiarti. 2007. Cesar, kenapa tidak?. Yogyakarta: elMATERA-Publishing
Khumaira Marsha. 2012. ILMU KEBIDANAN. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta
Mander, Rosemary. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. KESEHATAN MASYARAKAT- ilmu & seni. Jakarta:
Rineka Cipta
Prawirohardjo. 2005. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN
NEONATAL. Jakarta: PT Bina Sarana Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarana Sarwono
Prawirohardjo
Syamsuhidayat. R. 2004. Buku- ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
HUBUNGAN PERILAKU TENTANG PERAWATAN LUKA PASCA CAESAR
DI RUMAH TERHADAP INFEKSI PASCA CAESAR PADA IBU POST PARTUM DI
RSUD SUBANG TAHUN 2012
Disusun Oleh:
Nurleli
10.156.02.11.123
nur leli
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.