Anda di halaman 1dari 8

Rudi Note's

Search
Skip to content

 HOME
 Article
 Physics
 Apple
 Technology
 Network
 Web
 Science
 Inspirasi
 Education
 Review
 Tips & Tricks
 About

Search for:

Fisika

6 Penerapan Teori Relativitas Einstein Dalam


Kehidupan Sehari-hari
12 October 2015 ruddi Leave a comment
Einstein dikenal sebagai salah satu manusia tercerdas dengan kemampuannya dalam bidang
fisika. Teori Relativitasnya menjadi bagian dari teori abad 20 yang paling populer dan masih
terus berkembang hingga saat ini serta masih menjadi misteri.

Jika kita mengingat kembali film Interstellar yang tayang bulan November lalu, mungkin kita
bisa melihat sedikit gambaran serta teori mengenai relativitas mulai dari lubang hitam, waktu
yang relatif, hingga kaitannya dengan dimensi.

Tak perlu pergi keluar angkasa, seperti yang diceritakan film tersebut untuk mengalami
bagaimana relativitas Einstein terjadi, karena pada hakikatnya teori relativitas itu sendiri telah
kita alami dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin belum disadari karena hanya sebagain
kecil yang memahaminya.

Teori Relativitas dirumuskan Einstein pada tahun 1905, dengan asumsi bahwa hukum-hukum
fisika berlaku sama dimanapun berada. Teori ini menjelaskan perilaku objek dalam ruang dan
waktu, dan dapat digunakan untuk memprediksi banyak hal, mulai dari keberadaan lubang hitam,
cahaya lentur karena gravitasi, serta perilaku planet Merkurius terhadap orbitnya.

Teorinya tampak sederhana, namun sangat rumit. Teori pertama menyebutkan bahwa tidak ada
kerangka acuan “mutlak”. Saat mengukur kecepatan objek, momentum atau bagaimana kita
mengalami waktu selalu ada kaitannya dengan yang lain. Kedua, Einstein mengatakan bahwa
kecapatan selalu sama, tidak peduli siapa yang mengukur dan seberapa cepat ia mengukurnya.
Ketiga tidak ada yang lebih cepat dari kecepatan cahaya, bukti besarnya terjadi saat cahaya
matahari menerangi bumi.

Implikasi teori Einstein yang paling terkenal adalah mengenai dilatasi waktu. Yang berarti
bahwa jika kecepatan cahaya selalu sama, maka pesawat ruang angkasa astronot harus bergerak
sangat cepat relatif terhadap bumi. Hal ini menurut pengamat di bumi waktu astronot melambat.
Sehingga disebut fenomena dilatasi waktu, dimana waktu untuk astronot diruang angkasa lebih
awet muda dibandingkan dengan waktu pengamat di bumi. Selain itu pesawat astronot akan lebih
terlihat memanjang, yang disebut kontraksi panjang.

Tak mungkin kita berlari untuk mengejar kecepatan cahaya dalam upaya membuktikannya.
Sadar atau tidak disadari teknologi canggih saat ini, telah memperlihatkan kepada kita bahwa
efek relativitas telah kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus membuktikan bahwa
Einstein benar mengenai teorinya.

Berikut merupakan 6 (Enam) hal yang memperlihatkan


teori relativitas dalam kegiatan manusia sehari-hari di muka
bumi:
1. GPS (Global Positioning System)
pencitraan lokasi oleh GPS, gambar: mnn.com

GPS nampaknya sudah tak asing lagi bagi pengguna smartphone. Penggunaanya bisa ditemukan
pada beragam aplikasi, mulai dari facebook, twitter hingga yang paling populer foursquare dan
Google Maps.

Tak hanya itu, kendaraan seperti mobil dan pesawat menggunakan GPS untuk mengetahui jalur
navigasi secara akurat. Satelit sebagai pusat informasi GPS menggunakan relativitas sebagai
dasar teorinya. Meskipun satelit tidak bisa mengikuti kecepatan cahaya, namun ia sangat cepat
dalam teknologi yang diciptakan manusia untuk memberikan sinyal ke stasiun di bumi.

Stasiun di bumi termasuk GPS akan mengalami percepatan yang lebih tinggi, karena pengaruh
gravitasi dari satelit di orbit. Agar akurat satelit menggunakan jam yang memiliki keakuratan
tinggi dengan hitungan miliar detik (nanodetik). Karena setiap satelit berada pada ketinggian
12.600 mil (20.300) km diatas bumi, bergerak sekitar 6000 mil perjam atau setara 10.000
km/jam, terdapat dilatasi waktu relativistik pada jam sekitar 4 mikrodetik setiap harinya.
Ditambah dengan efek gravitasi menjadi sekitar 7 mikrodetik atau 7000 nanodetik.

Perbedaan yang sangat nyata pada hitungan waktu tersebut. Jika saja tidak ada teori efek
relativistik, maka unit GPS yang memberitahukan kita bahwa jarak setengah mil atau 0,8 km,
dihari berikutnya akan berjarak 8 km atau 5 mil.

2. Medan Magnet

Magnet juga merupakan efek relativistik. Jika kita menggunakan listrik, patut berterima kasih
pada relativitas bahwasanya generator listrik dapat berfungsi dengan baik. Saat mengambil loop
kawat dan digerakan melewatkannya pada medan magnet maka akan dihasilkan arus listrik.
Partikel bermuatan dalam kawat dipengaruhi oleh perubahan medan magnet, yang memaksa
beberapa dari medan magnet untuk bergerak dan menciptakan arus listrik.
lilitan kawat disekitar medan magnet

Tapi saat ini, pada saat kawat beristirahat diam pada medan magnet, ternyata arus listrik masih
tetap terjadi. Seharusnya disaat diam, medan magnet tak lagi mempengaruhi kawat dan tidak
terjadi arus listrik. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada kerangka acuan mutlak atau
istimewa.

Thomas Moore, seorang profesor fisika di Pomona College di Claremont, California,


menggunakan prinsip relativitas untuk menunjukkan mengapa hukum Faraday, yang menyatakan
bahwa Medan magnet berubah menciptakan arus listrik, adalah benar.

Moore mengatakan bahwa “karena ini adalah inti prinsip dibalik transformator dan generator
listrik, siapa saja yang menggunakan listrik akan mengalami efek relativitas”.

Elektromagnetik bekerja melalui relativitas. Ketika arus searah (DC) dari muatan listrik mengalir
melalui kawat, elektron hanyut melalui materi. Biasanya kawat akan terlihat bermuatan netral,
dengan tidak ada muatan positif atau negatif yang bersih. Sebagai konsekuensi memiliki jumlah
yang sama antara (muatan positif) proton dan elektron (muatan negatif ). Namun, jika kita
menaruh kabel lain di sampingnya dengan arus DC, maka kabel menarik atau menolak satu sama
lain, tergantung pada arah geraknya.

Dengan asumsi arus bergerak ke arah yang sama, elektron dalam kawat pertama melihat elektron
dalam kawat kedua sebagai benda bergerak. (Dengan asumsi arus sekitar dengan kekuatan yang
sama). Sementara itu, dari sudut pandang elektron, proton di kawat kedua terlihat seperti
bergerak. Karena kontraksi relativistik panjang, mereka tampaknya menjadi lebih berdekatan,
sehingga ada tambahan muatan lebih positif per panjang kawat dari muatan negatif. Saat muatan
menolak, kabel kedua juga menolak.

Arus berlawanan arah menghasilkan daya tarik, karena dari kawat pertama, elektron dalam kawat
lain bergerak bersama-sama, membuat muatan negatif bersih. Sementara itu, oleh proton dalam
kawat pertama menciptakan muatan positif bersih, dan sebaliknya.
3. Emas

Kebanyakan logam mengkilap karena elektron dalam atom melompat dari tingkat energi atau
“orbital” yang berbeda. Beberapa foton (partikel cahaya) yang mengenai logam bisa diserap dan
dipancarkan kembali, meskipun pada panjang gelombang yang lebih panjang. Kebanyakan
merupakan cahaya tampak.

emas, gambar: mnn.com

Emas adalah atom berat, sehingga elektron bergerak cukup cepat membuat peningkatan massa
relativistik signifikan, serta mengalami kontraksi panjang. Akibatnya, elektron berputar di sekitar
inti dalam jalur yang lebih pendek, dengan momentum lebih. Elektron dalam orbital membawa
energi yang lebih dekat dengan energi elektron terluar, dan panjang gelombang yang bisa diserap
dan dipantulkan lebih panjang.

Panjang gelombang cahaya menunjukkan bahwa beberapa cahaya tampak yang biasanya hanya
akan tercermin akan diserap, dan termasuk cahaya diujung spektrum yaitu biru. Cahaya putih
adalah campuran dari semua warna pelangi, tetapi dalam kasus emas, ketika cahaya akan diserap
dan dipancarkan kembali panjang gelombang biasanya lebih lama. Itu berarti campuran
gelombang cahaya yang kita lihat cenderung memiliki lebih sedikit biru dan ungu di dalamnya.
Hal ini membuat emas tampak kekuningan karena cahaya kuning, oranye dan merah yang
merupakan cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang dari biru.

Efek relativistik pada elektron emas juga merupakan salah satu alasan bahwa logam tidak
menimbulkan korosi atau bereaksi dengan apa pun dengan mudah.

Emas hanya memiliki satuelektrondi kulit terluarnya, tetapimasihtidakreaktifpada


kalsiumataulithium. Sebaliknya,elektron dalamemas, menjadi”berat” dari yang seharusnya,
semuanya karenalebih dekat keinti atom. Iniberartibahwaelektronterluartidak mungkinberada
ditempatdi mana ia dapatbereaksi dengan sesuatu. Hal itumemungkinkan untukberada di
antarasesamaelektronyang dekat denganinti.
4. Merkuri adalah Cairan

Merkuri, Raksa

Mirip dengan emas, merkuri juga merupakan atom berat, dengan elektron dekat pada inti karena
peningkatan massa dan kecepatannya. Pada merkuri, ikatan antara atom lemah, sehingga merkuri
meleleh pada suhu yang lebih rendah dan biasanya cair ketika kita melihatnya.

5. TV/Monitor Tabung

Beberapa tahun yang lalu sebagian besar televisi dan monitor memiliki layar tabung sinar katoda.
Sebuah tabung sinar katoda bekerja dengan menembakkan elektron pada permukaan fosfor
dengan magnet besar.
Televisi Tabung Sinar katoda

Setiap elektron membuat pixel menyala ketika menyentuh belakang layar. Elektron ditembakkan
untuk memunculkan gambar bergerak sampai dengan 30 persen kecepatan cahaya. Efek
relativistik terlihat jelas dalam hal ini, ketika berhubungan dengan magnet harus
memperhitungkan segala efek-efeknya.

6. PLTN dan Supernova

Relativitas adalah salah satu alasan bahwa massa dan energi dapat dikonversi menjadi satu sama
lain, seperti bagaimana pembangkit listrik tenaga nuklir bekerja, dan mengapa matahari bersinar.
Efek lain yang penting adalah dalam ledakan supernova, yang menandakan kematian bintang
masif.

supernova, gambar: pimco.com

Supernova ada karena efek relativistik mengatasi efek kuantum dalam inti bintang cukup besar,
yang memungkinkan tiba-tiba meledak karena beratnya sendiri sampai menjadi bintang neutron
yang jauh lebih kecil dan lebih keras,” kata Moore.

Dalam sebuah supernova, lapisan luar dari runtuhnya bintang turun ke inti, dan menciptakan
ledakan raksasa menciptakan unsur yang lebih berat dari besi. Bahkan, hampir semua elemen
berat kita kenal terdapat dalam supernova.

“Jika relativitas tidak ada, bahkan bintang-bintang yang paling besar akan mengakhiri hidup
mereka sebagai bintang kerdil putih, tidak pernah meledak, dan kami tidak akan ada untuk
berpikir tentang hal itu.” Kata Moore.

Anda mungkin juga menyukai