KEPEMIMPINAN
(Menurut Agama Islam)
Disusun Oleh :
1. Aas Ashari
2. Huri Herwoko
3. Ade Isnanto
4. Fitria Sintami
5. Dede Suhendar
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kepemimpinan ................................................................................................2
B. Ciri-Ciri Pemimpin Menurut Islam.................................................................3
C. Syarat-Syarat Pemimpin Dalam Islam ...........................................................6
D. Pokok-Pokok Kepemimpinan Islam ...............................................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................20
B. Saran ...............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinannya.” Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan pas bagi setiap orang
muslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak, manusia diturunkan di bumi ini adalah sebagai
khalifah yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita juga sepakat bahwa pada
setiap individu manusia muslim adalah seorang pemimpin. Yakni memimpin dirinya sendiri dan
bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah:
BAB II
PENJELASAN KEPEMIMPINAN
A. Kepemimpinan
1. Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk
mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak
lainnya. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal
untuk menyelesaikan tugas – Field Manual (22-100).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat
– sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
2. Kriteria Pemimpin
Adapun kriteria pemimpin itu sendiri, yakni:
a. Pemimpin yang mukmin.
b. Tegas dalam menjalankan perintah Tuhan.
c. Takut kepada Allah swt sewaktu mengurusi orang-orang yang dipimpinnya.
d. Tidak menzalimi siapapun.
e. Tidak memerkosa hak-hak orang lain.
f. Menegakkan dan bukan melecehkan hudud Allah swt.
g. Membahagiakan rakyatnya dengan mengharap rida Allah swt.
h. Orang kuat di sisinya menjadi lemah sehingga si lemah dapat mengambil kembali haknya yang
direbut si kuat.
i. Orang lemah di sisinya menjadi kuat sehingga haknya dapat terlindungi.
j. Menampakkan kepatuhan kepada Allah swt dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan
dengan hajat hidup orang banyak sehingga dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya merasa
bahagia.
k. Semua orang hidup aman dan tenteram.
l. Sangat mencintai manusia, begitu pula sebaliknya.
m. Selalu mendoakan manusia, begitu pula sebaliknya. Kriteria di atas menjadi indikator bagi
pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi Allah swt dan manusia.
BAB III
SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi mempunyai
kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata
lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya
sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu (Madinah), maka beliau
segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar-dasar tersebut antara lain:
1. Pembagunan masjid, selain sebagai tempat ibadah masjid juga digunakan sebagai pusat
pemerintahan.
2. Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar.
3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lainyang tidak beragama Islam.
Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di
samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi
yang cakap. Hanya dalam sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan
seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
Dalam sejarah Islam dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara, yakni pada
masa Khulafaur Rasyidin; Abu Bakar ditetapkan berdasarkan pemilihan dengan musyawara
terbuka, Umar ibn Khattab ditetapkan berdasarkan penunjukan kepala negara terdahulunya,
Usman ibn Affan ditetapkan berdasarkan pemilihan dalam suatu dewan formatur, dan Ali ibn Abi
Thalib ditetapkan berdasarkan pemilihan musyawarah dalam pertemuan terbuka.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, beliau bermusyawarah dengan
para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai gantinya dengan maksud untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu
Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah
seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair,
Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah
dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melaui persaingan yang agak ketat dengan Ali
ibn Abi Thalib.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun pada pemerintahannya yang dapat dikatakan
stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Usman.
Dia yakin pemberotakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara
orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Kekuasaan Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, merupakan kelanjutan dari kekuasaan
dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti
ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhamad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). selama
dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan oerubahan
politik, sosial, dan budaya.
BAB III
ANALISIS SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM
1. Dasar al-Qur’an
a. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku
adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mu’minun: 52)
صنلنة نوأنسمبربهسم ب
شونرىَ نبسيِننبهسم نوذَّملماَ نرنزسقنناَبهسم بيِسنفذَّبقونن نواَللذَّذيِنن اَسسنتنجاَببواَ لذَّنرببذَّهسم نوأننقاَبمواَ اَل ل
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka. (QS. asy-Syura [42]:
38)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus bisa
menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah sebagai seorang
pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati
tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi.
B. SARAN
Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa
hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang berupa makalah
khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat sendiri agar kedepannya kita
menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan masyarakat maupun dunian kerja.